Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ubud: Kuatnya Magnet Budaya di Bumi Sang Maestro

8 November 2015   00:33 Diperbarui: 24 Juni 2022   02:43 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata siapa yang tidak terbelalak melihat lukisan yang dipajang di dinding museum Antonio Blanco?. Sapuan yang memadukan gerak kuas diatas kanvas itu menggambarkan detail lekuk tubuh perempuan secara vulgar namun tertutup dengan selubung nilai seni. Ya, Sang Maestro menjadikan perempuan Bali sebagai inspirasi lukisan dan karya lain yang dihasilkan. Sebagai Perempuan, saya melihat, sosok Antonio Blanco sedemikian terobsesi menjadikan lekuk tubuh perempuan Bali menjadi objek seninya. Tidak dapat di vonis dalam kategori pelecehan tentunya. Mengingat ini adalah ruang seni yang memberi kebebasan berekspresi. Apalagi jika kita menyadari, apa yang digambarkan Sang Maestro dalam karyanya itu memang sempat menjadi bagian budaya perempuan Bali.

Pada masa itu, era tahun 50'an perempuan Bali dengan budaya yang melekat memperlihatkan tradisi (maaf) bertelanjang dada. Dan dalam lingkup masyarakat berkebudayaan tentunya hal itu sah-sah saja bahkan menjadi sebuah sejarah budaya perempuan yang melengkapi peradaban budaya masyarakat bali. Mungkin, Bagi Antonio Blanco itulah salah satu hal yang justru membawa inspirasi besar hingga kemudian terlahir karya seni fenomenal. Itulah gambaran betapa luar biasanya pesona indonesia .

Tak hanya lukisannya saja yang mampu membawa imajinasi seni bernilai tinggi. Tiap karya seni yang menempel di dinding menjadi semakin sempurna nilainya dengan aneka desain pigura atau bingkai yang terbuat dari kayu. Pigura-pigura itu juga memunculkan kesan yang eksentrik dengan beberapa tambahan bahan brupa botol bekas disudut pigura. Bahkan salah satu pigura yang digunakan sengaja dibuat dari kayu yang memang sudah dimakan rayap. Antonio Blanco ternyata bukanlah pelukis murni. Diantara deretan lukisan sensualnya itu terselip beberapa kolase dan Puisi. Apa itu Kolase? Berdasarkan penelusuran  di wikipedia, kolase merupakan perpaduan seni rupa yang menggabungkan beberapa bahan antara lain kertas, kain, kaca , logam ataupun tulisan hingga menjadi satu kesatuan yang memiliki nilai keindahan. Salah satu kolase Sang maestro itu diberi judul Kingkong. Sungguh menarik menyelami naluri seni dan pesan budaya yang tersembunyi melalui hasil karya yang dapat dinikmati saat ini. Beberapa kolase lain, Sang Maestro acapkali menggunakan media bahan berupa aneka bentuk dan merk sabun yang beredar di jaman itu.

Museum tempat memamerkan karya-karya seni Antonio Blanco ini merupakan bangunan yangterdiri dari dua lantai. Di lantai 1 nyaris tidak ada sekat ruangan. Pengunjung hanya perlu berkeliling untuk bisa melihat lebih dekat lukisan bertajuk detail tubuh perempuan itu satu demi satu. Sedikit berbeda dengan penataan ruangan di lantai 2 yang memiliki beberapa sekat ruangan, dimana tiap ruangan menyimpan kejutan tersendiri. Jangan kaget jika nanti akan dipandu menuju ruangan erotis. Ruangan ini sama sekali bukanlah ruang yang sarat dengan pornography, sebab sekali lagi seni dan budaya merupakan ranah bebas berekspresi. Meski tidak semua orang memiliki sense of art yang memiliki toleransi tinggi terhadap "kenylenehan" karya seni itu sendiri.

[caption caption="dok.pri tulisan tangan Antonio Blanco pada secarik kertas yang ditempel di pintu masuk ruang kerjanya"]

 

[caption caption="dok.pri mengabadikan ruang kerja Sang maestro dengan pose bersama"]

[/caption][/caption]

Antonio Blanco meninggalkan jejak sejarah budaya di Indonesia. Pada Pintu masuk ruang kerjanya dia menempel tulisan tangan diatas sebuah kertas yang di tempel di pintu kayu yangtampak lapuk ukiranya. Bahkan ruang tempat dia melukis masih tertata sedemikian rupa. Meski kini dia telah kembali ke nirwana. Dia meninggal sebagai WNI pemeluk Hindu. Jasadnya menjadi abu karena proses kremasi. Namun magnet budaya di bumi Sang Maestro masih begitu kuat terasa. Bahkan keberadaanya mampu menyedot pengunjung dari berbagai belahan dunia untuk takjud pada Ubud. Beruntung, pengunjung diperbolehkan mengambil gambar petilasan tempat lahirnya karya yang hampir semuanya bertema sensualitas perempuan.

Sebelum meninggalkan ruang penuh karya Sang Maestro, saya memberanikan diri untuk menyalin sepenggal puisi berbahasa Inggris Karya Antonio Blanco. Ada kedalaman makna kehidupan yang sedemikian mengalir, menyatu dengan alam. Membentuk keseimbangan hingga menyatu dalam kuasa Tuhan melalui jiwa kemanusiaan. Ijikan saya untuk menulisnya kembali dalam petikan berikut ini :

The Dust of the dead Kings is Blown into the street

and the dust of the street blown to the river

And the middy river Tumbled into the Sea

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun