Selesainya rangkaian acara formal hari pertama di tanah Papua, memberi kesempatan bagi saya untuk melihat lebih dekat budaya masyarakat disana. Apalagi kalau bukan makanan khas atau kuliner tradisional Papua, yakni Papeda. Warung sederhana itu terletak di samping terminal pasar bersama itu diberi nama oleh pemiliknya dengan nama Warung Cahaya. Siang menjelang sore waktu itu dan Kota Sorong diguyur hujan. Hangat pemilik warung menyambut rombongan yang ingin menikmati makanan khas Papua, Papeda Kuah Ikan Kuning.
Tak berapa lama, di hadapan saya terhidang papeda (bubur sagu) dalam mangkuk, Ikan yang dimasak kuah kuning, tumis bunga pepaya dan sambal. ada juga Kasbi dan Betetas (Singkong dan Ubi) rebus. Agak sedikit bingung saya memulai mengambil menu. Namun, adalah Herdy, putra Papua yang didaulat menjadi Ketua Panitia ini kemudian dengan baik hati mengajari dan menjelaskan tentang bagaimana cara menyantap Papeda.
Pelan-pelan saya pun mencoba Bale-Bale papeda dengan menggunakan dua sumpit yang dipegang terpisah masing-masing di tangan kanan dan kiri. Ya bale-bale adalah cara untuk mengambil papeda dari mangkuk saji ke piring dengan cara diputar-putar hingga menempel di kedua sisi sumpit. Papeda terbuat dari sagu yang murni diproses dari batang sagu. Terasa lembut di mulut. Jangan kaget ketika mencicip Papeda tanpa tambahan lauk lain. Papeda berasa tawar, Namun ketika sudah diguyur Ikan kuah kuning dan disantap berbarengan, yang ada hanyalah kenikmatan tiada tara. Selain Papeda dengan Ikan kuah kuning. Pemilik warung juga menyajikan kasbi dan Betatas rebus istilah Papua untuk menyebut Ubi dan Singkong rebus. Luar biasa bukan budaya kuliner Papua?
Setelah kenyang menyantap papeda, hujanpun reda saya diajak berkeliling kota Sorong. Sebagian dari mereka meminta membeli pinang sirih. Inilah bentuk budaya pergaulan antar warga di Papua. Mengunyah pinang sirih. Membuat bibir menjadi merah dan meludah air sirih agar tidak tertelan. Sebagian warga menjadikan kebiasaan mengunyah pinang sirih sebagai sebuah jalinan keakraban. Tua-muda, laki-laki - perempuan menikmati budaya mengunyah pinang -sirih. Pinang-sirih yang dikunyangpun benar-benar berasal dari buah pinang segar dan bunga sirih yang memanjang (bukan yang berbentuk daun). Ada tambahan bubuk kapur, sehingga air ludah yang dihasilkan berwarna merah. Bagi sebagian pendatang, mengunyah pinang sirih menjadi tanda keakraban, kebersamaan dan persaudaraan. itulah kenapa ada yang menyebut mengunyah pinang sirih di Papua merupakan bagian dari bahasa pergaulan. Tidaklah mengherankan jika di sebagian tepian jalan kota Sorong banyak dijual pinang -sirih. Saya pun tidak ketinggalan untuk mencoba dan belajar mengunyah pinang sirih ini dari mama Papua yang menjualnya.
[caption caption="dok.pri membeli pinang sirih di Kota Sorong"]
[caption caption="dok,pri mengunyah pinang sirih"]
Rasanya tidaklah lengkap berkunjung ke Papua tanpa membawa cendera mata yang khas dari sana. Pilihan itu jatuh pada Noken. Tas tradisional Papua yang terbuat dari rajutan serat kulit pohon. Untuk lebih menarik pembeli dari luar Papua, masayarakat membuat Noken yang berwarna warni sehingga terlihat lebih menarik. Tersedia aneka ukuran sesuai kebutuhan dari Noken kecil hingga noken besar. Secara tradisional, masyarakat Papua menggunakan Noken tidak dengan di jinjing atau diselempangkan di pundak. Melainkan di selipkan di tenah kepala sehingga menggantung ke belakang. Bisa dibayangkan bukan, betapa kuatnya kepala menyangga beban berat isi noken yang dikenakan masyarakat Papua. Noken ini sengaja saya cari di pasar tradisional. Di Pasar Remu yang letaknya di Kota sorong itulah, saya bisa mendapatkan pernak pernik kerajinan yang dibuat oleh warga Papua.
Wahh, tak cukup sehari dua hari, seminggu dua minggu untuk bisa benar-benar berada di tengah budaya Papua. Apa yang saya nikmati selama 10 hari berada di Papua hanyalah sebagian kecil dari budaya Papua lainnya. Tari Yospan, tradisi Injak Piring, bale-bale papeda, kunyah pinang sirih hingga mengenakan noken menjadi pengalaman budaya luar biasa. Tentunya masih belum apa-apa jika dibandingnya Pesona Indonesia yang ada seluruhnya.
Kesempatan luar biasa ini tentunya akan lebih lengkap rasanya bila bisa diikuti dengan pengalaman budaya dari beberapa daerah lain di nusantara, sehingga menjadi lengkap adanya. Indonesia memang luar biasa...Sayonara Papua