Mohon tunggu...
Tams
Tams Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bila Hilal Tiba

7 Juli 2016   21:39 Diperbarui: 7 Juli 2016   21:42 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku rindu mekar melati bersama tetesan embun pagi

Aku rindu secangkir teh hangat yang kuteguk bersama senyummu

Jingga senja terpancar merona, tak jua tampak sosok yang kudamba

Tumpukan kerinduan tak terurai, tumpah dalam gumpalan air mata, terpantul dibening gelas kaca

 

Ramadhan terus berlalu

Kau masih terdiam

Memenangkan ambisi yang membelenggumu

Membiarkan kerinduan terbakar menjadi abu

Bila hilal syawal tiba

Akankah kau akan merayakan keangkuhanmu..?

Tanpa menengok sosok tulus yang mendukung lakumu

 

Semestinya aku tak berharap karna buku tlah tertutup dan prolog tlah berlalu

Semestinya aku tak menunggu karna dermaga itu bukan tempat persinggahanmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun