Aku rindu mekar melati bersama tetesan embun pagi
Aku rindu secangkir teh hangat yang kuteguk bersama senyummu
Jingga senja terpancar merona, tak jua tampak sosok yang kudamba
Tumpukan kerinduan tak terurai, tumpah dalam gumpalan air mata, terpantul dibening gelas kaca
Â
Ramadhan terus berlalu
Kau masih terdiam
Memenangkan ambisi yang membelenggumu
Membiarkan kerinduan terbakar menjadi abu
Bila hilal syawal tiba
Akankah kau akan merayakan keangkuhanmu..?
Tanpa menengok sosok tulus yang mendukung lakumu
Â
Semestinya aku tak berharap karna buku tlah tertutup dan prolog tlah berlalu
Semestinya aku tak menunggu karna dermaga itu bukan tempat persinggahanmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H