Mohon tunggu...
Tamira Novelina
Tamira Novelina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi

Ψ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Beberapa Bentuk Pengasuhan Anak Autis

5 Juni 2021   19:30 Diperbarui: 5 Juni 2021   19:36 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat kita mendengar kata 'autis' pasti kita mengetahui bahwa itu adalah seorang anak yang berperilaku dan bertingkah berbeda dari anak biasa, anak yang tidak nyambung ketika kita ajak bicara, semaunya sendiri dan tidak terkontrol. Nah, definisi autisme itu sendiri, merupakan kegagalan dalam mengembangkan hubungan sosial yang normal dengan orang lain. Dimana penderita autisme ini tidak dapat memprediksi dan menjelaskan perilaku manusia lainnya dalam kaitannya dengan kondisi mental mereka.

Berdasarkan pendekatan neuropsikologis, autisme adalah suatu gangguan yang dialami oleh anak autis akibat kelainan pada struktur dan biokimia otak, serta gangguan dalam mengintegrasikan informasi sensorik yang diterima oleh anak autis. Contohnya, pertumbuhan otak yang lebih besar 5-10% dari anak normal sampai usia 4 tahun, kemudian melambat dan berkurang sebelum waktunya. Perbedaan struktur otak terutama yang berkaitan dengan fungsi eksekutif, kemampuan komunikasi dan sosial seperti di bagian frontal cortex, temporal cortex, hippocampus dan amygdala. Hal inilah yang menyebabkan mereka kesulitan melakukan perencanaan, kurang fleksibel dalam berpikir, kesulitan memaknakan sesuatu hal dan kesulitan melakukan generalisasi. Gangguan dalam mengintegrasikan informasi sensori yang diterima itu bisa berupa bagaimana cara memperoleh informasi melalui indra, cara mengelola informasi, serta cara menggerakan otot dan melakukan respon terhadap stimulus yang diterima. Gangguan inilah yang menyebabkan anak menunjukkan perilaku dan respon yang tidak tepat, misalnya menunjukkan reaksi yang berlebihan (hyper/over reactive), seperti menjerit ketika mendengar musik, atau tidak bereaksi terhadap stimulus seperti tidak merasa sakit ketika terluka.

Disamping itu, Islam memandang bahwa keberadaan anak autis adalah bentuk tanda kebesaran Allah swt. yang harus dipandang positif. Dengan adanya anak-anak autis, adalah bentuk pembelajaran bagi seluruh umat manusia dalam memperlakukan orang lain. Seperti anak normal lainnya, penyandang autisme juga wajib bersekolah, belajar agama, menjalankan dan mengamalkan perintah agama. Allah swt. berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Fatihah ayat 5-6, "Hanya kepada Engkaulah Kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan; Tunjukilah kami jalan lurus". Allah swt. juga berfirman pada Surah Adz Dzariat ayat 59, "dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah".

Dengan demikian, kita mengetahui bahwa segala sesuatu di dunia pasti ada pasangannya. Begitu pula dengan gangguan perkembangan yang terjadi pada anak autis, pasti akan ada petunjuknya. Dalam hal ini, penyandang autisme dapat menggunakan Aplikasi Sholat untuk membantu mereka belajar dalam mempraktekkan sholat dan menghafal ayat-ayat Al-Qur'an, terapi musik Murrotal dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak penyandang autis, dan membaca Al-Qur'an dapat memberikan ketenangan bagi mereka.

Pengasuhan merupakan hal penting yang harus diperhatikan orang tua pada anak autis, keterlibatan orang tua beserta pengasuhan yang tepat, memiliki pengaruh besar bagi perkembangan dan keberhasilan sang anak. Interaksi yang terjalin antara orang tua dan anak adalah pembentukan dan perkembangan perilaku anak. Oleh karena itu, orang tua harus menyesuaikan diri dari awal, terutama dalam mengasuh anak autis. Tidak seperti mengasuh anak normal lainnya, memiliki anak autis melibatkan pengawasan ekstra dari orang tua, dimana mereka harus mengasuh setiap waktu karena anak berkebutuhan khusus memiliki masalah yang kompleks. Skinner (2005) mengungkap bahwa terdapat  3 bentuk pengasuhan :

1. Kehangatan dan Kepedulian Orang tua terhadap Perkembangan Anak
Dalam hal ini, mengacu pada penerimaan, seperti ekspresi kasih sayang, cinta, penghargaan, kebaikan, dukungan, perhatian tulus yang dapat ditemukan melalui interaksi antara ibu dan anak. Misalnya, Ibu yang selalu mengajak anaknya berkomukasi meskipun anak tersebut tidak mampu merespon seperti anak normal lainnya, memberikan pelukan dan ciuman sebagai ungkapan bahwa Ibu menyayangi anaknya, lalu tidak terpancing emosi dan tetap tenang saat menghadapi anaknya yang kesulitan emosional.

2. Kesediaan Orang tua untuk Mengasuh Anak
Pada bagian ini, orang tua akan mengasuh anaknya dengan cara yang disiplin kotrol yang kuat. Melalui kontrol yang terstruktur, anak mendapatkan informasi mengenai jalan mana yang harus dilewati untuk mencapai tujuan. Sebagai contoh, Ibu yang memberikan batasan atas hal-hal apa saja yang di larang dan yang di perbolehkan dilakukan oleh anaknya, konsisten dalam memberikan aturan-aturan meskipun anak menolak atau menangis, dan selalu mendampingi, membimbing serta mengawasi anak dimanapun ia berada.

3. Adanya Dukungan untuk menjadi Pribadi yang Mandiri
Memberikan dukungan untuk kemandirian, memungkinkan kebebasan dalam memilih dan mengekspresikan keinginan anak dalam berkomunikasi. Misalnya, ibu memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan kegiatan secara mandiri seperti membiasakan kegiatan bantu diri, lalu memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan bakat dan minat yang disukai mereka serta memberikan fasilitas, seperti memasukan anaknya ke dalam les yang diminati contoh les berenang atau les musik.

Referensi :

Daulay, Nurussakinah. (2017). Struktur Otak dan Keberfungsiannya pada Anak dengan Gangguan Spektrum Autis: Kajian Neuropsikologi. Buletin Psikologi, 25(1), 11-25.

Kurniawan, Azmi Sholihatun, Endang Supraptiningsih dan Stephani Raihana Hamdan. Pengasuhan Pada Anak Autis: Telaah Pada Ibu Dengan Anak Autis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun