Mohon tunggu...
Hutami Pudya
Hutami Pudya Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Semoga bermanfaat" ^_^

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

"Kan Ada Si Tukang Sapu"

23 April 2014   21:05 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:17 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sumber Foto: nasional.teraspos.com
Pernah lihat sampah karcis tol berserakan di pintu tol? Kalau Anda belum pernah lihat, berarti Anda belum pernah ke Indonesia. Hehehe. Pemandangan tersebut tentu sudah tak asing lagi dengan kita yang tinggal di Indonesia, khususnya di ibu kota Jakarta dan sekitarnya.

Salah satu oknum yang kerap membuang karcis tol sembarangan adalah teman saya sendiri. (Benar, teman saya. Bukan saya, karena saya tidak bisa mengendarai mobil). :-D

Sebut saja ia Raflesia Arnoldi. Saya melihat langsung bagaimana ia dengan ringannya membuang karcis tol tersebut, sembarangan. Padahal mobil yang ia miliki terbilang mewah bagi saya. Lalu, saya coba menanyakan hal ini kepadanya. Berikut petikan percakapan kami.

Saya                      : “Kenapa dibuang ke jalan karcisnya? Gak disimpan aja, terus

nanti dibuang ke tempat sampah?”

Raflesia Arnoldi  : “Kecil ini”

Saya                      : “Kecil tetep aja sampah, jeng” (bete)

Raflesia Arnoldi  : “Nanti juga ada yang nyapu’in Tam. Kalo semua pengendara

mobil nyimpen karcisnya dan dibuang ke tempat sampah, si

tukang sapu jalan magabut (makan gaji buta. red) dong. Biar

mereka ada kerjaan Tam. Hahahaha (ketawa ngeselin)”

Saya                      : .... (tambah bete)

Memang betul, ada petugas kebersihan jalan yang bertanggung jawab dengan kebersihan jalan tol. Tapi jumlahnya tidak sebanding dengan pengguna jalan tol yang jumlahnya ribuan. Gaji mereka pun tak seberapa.

Bisa dibayangkan, kalau semua pengguna jalan berpikiran sama seperti Raflesia Arnoldi. Bisa-bisa para petugas kebersihan berkumpul, dan sepakat untuk mencipkatakn monster sampah karcis, untuk menakut-nakuti pengguna jalan yang kerap membuang sampah sembarangan. (Maaf, saya mulai ngelantur. :-P ).

Tapi yang jelas begini, jika semua pengguna jalan tol tidak membuang sampah apapun ke jalan, betapa bersihnya jalan yang kita lewati. Sedaplah dipandang mata. Tak usah khawatir dengan para petugas kebersihan jalan tol. Mereka tidak akan makan gaji buta. Kalau pun jalanan bersih dari sampah, pasti mereka akan diminta oleh atasan mereka untuk membersihkan yang lain, misalnya membersihkan kaca di pintu tol, portal, dan masih banyak lagi.

Ingat pelajaran PKn? Di pelajaran PKn, kita diajarkan bahwa kebersihan adalah tanggung jawab bersama. Bukan tanggung jawab tukang sapu, pemulung, atau dinas kebersihan semata.

Kalau mental masyarakat masih mengandalkan orang lain untuk menjaga kebersihan, tak heran jika tiap tahun, selalu ada “kolam susu cokelat” yang tiba-tiba muncul dimana-mana, alias banjir.

Jadi, tak usah mengeluh banjir jika masih sering membuang sampah sembarangan meski hanya karcis tol.  @TamiPudya_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun