Mohon tunggu...
Tamara Nandya
Tamara Nandya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Stop The Violence, Break The Silence in Palembang

9 Juni 2016   00:48 Diperbarui: 10 Juni 2016   11:24 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa bulan terakhir ini, headlines berita yang kita lihat kebanyakan adalah mengenai tentang pemerkosaan dan kekerasan seksual terhadap perempuan. Namun isu ini adalah bukan hal yang baru lagi terjadi di Indonesia, tapi berkat headlines berita belakangan ini, akhirnya isu ini mendapatkan perhatian dari masyarakat sehingga kita sadar bahwa kekerasan terhadap perempuan itu memang benar ada dan terjadi di sekitar kita.

Sejak Januari hingga Mei 2016 saja, Women’s Crisis Centre (WCC) Palembang telah menangani puluhan tindak kekerasan dalam rumah tangga di daerah Palembang sendiri. Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang ditangani itu sebagian besar diselesaikan secara kekeluargaan, perceraian, dan beberapa kasus diproses secara hukum. Ketua dari WCC Palembang mengatakan, kasus tindak kekerasan dalam rumah tangga di Palembang bahkan jumlahnya diprediksi lebih banyak lagi, karena data yang muncul di permukaan sekarang diperoleh dari korban yang meminta pendampingan aktivis WCC sedangkan yang tidak melapor kemungkinan jauh lebih banyak. (sumber: antarasumsel, 23 Mei 2016)

Mengapa kekerasan terhadap perempuan sering terjadi? Dari kecil, kaum laki-laki sudah diajarkan untuk tidak menangis. “Boys don’t cry” itu yang selalu diucapkan orang tua kepada anak laki-lakinya saat mereka menangis. Anak laki-laki tidak boleh menangis. Tetapi yang kebanyakan orang tua lupa pada saat mengajarkan anak laki-lakinya dari kecil adalah mengajarkan anak laki-laki mereka untuk tidak membuat anak perempuan menangis. Sehingga mereka tumbuh besar dan berpikir bahwa laki-laki adalah sosok yang tangguh dan tidak boleh menangis, sifat seperti itu yang biasanya bisa membuat ia merasa tidak bersalah jika menyakiti perempuan.

Hingga saat ini, dimana banyak terjadi kasus pemerkosaan, masih banyak yang berpendapat bahwa yang “salah” adalah perempuan karena mereka memakai pakaian yang membuka aurat, pergi-pergi pada malam hari. Masih banyak yang menyalahkan perempuan pada kasus pemerkosaan, padahal mereka ada di posisi dimana mereka adalah korban dari kasus itu sendiri. Sudah waktunya kita berhenti menyalahkan perempuan karena mereka diciptakan sebagai perempuan.

Stop the violence, break the silence. Jika Anda mengalami tindakan kekerasan, atau mengenal orang yang mengalami tindakan kekerasan, bicaralah. Karena dengan mengeluarkan suara Anda, Anda sudah dapat menolong banyak perempuan yang mengalami hal yang sama. Banyak ibu rumah tangga yang mengalami kasus KDRT tidak berani untuk keluar dari masalahnya karena takut akan masalah finansial jika ia harus berpisah dengan suaminya, banyak juga yang tidak bisa keluar dari kasus KDRT karena suaminya yang akan mengejar dia kemanapun. Semua itu dapat terhindari hanya dengat bercerita kepada orang lain. Dapat dimulai dengan bercerita ke lembaga-lembaga pelindung hak perempuan seperti Women’s Crisis Center. Women’s Crisis Centre sendiri adalah sebuah pusat pembelaan hak-hak perempuan. WCC ini diketuai oleh Yeni Roslaini Izi, yang sudah menjadi aktivis perempuan sejak tahun 1990an.

Kekerasan terhadap perempuan dapat dihindari jika kita berani angkat bicara, dan jika kita mengajarkan anak-anak kita bagaimana menghormati seorang perempuan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun