Mohon tunggu...
NITAMI ADISTYA PUTRI
NITAMI ADISTYA PUTRI Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Untirta 2012

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Halloween di Indonesia

12 November 2014   18:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:58 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di akhir bulan Oktober lalu masyarakat Indonesia ramai membicarakan Halloween. Seperti di social media Twitter, Facebook, Instagram, Path, juga bahkan menjadi pembicaraan di beberapa tayangan televisi. Perayaan Halloween di Indonesia kini sudah menjadi acara tahunan terlebih di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Banyak mal-mal, cafe, restoran, dan tempat-tempat hiburan lainnya yang membuat pesta Halloween. Banyak juga diadakan kontes atau kuis yang mengangkat tema Halloween.

Menurut definisi yang didapat dari Wikipedia, Halloween atau Hallowe’en adalah tradisi perayaan malam tanggal 31 Oktober. Tradisi ini berasal dari Irlandia lalu kemudian dibawa oleh orang Irlandia yang berimigrasi ke Amerika Serikat. Perayaan Halloween ini identik dengan anak-anak yang memakai kostum seram dan berkeliling dari pintu ke pintu rumah tetangganya untuk meminta permen atau coklat sambil mengatakan “Trick or Treat!” Ucapan tersebut maksudnya “ancaman” yang berarti “Beri kami (permen atau coklat) atau kami jahili.” Halloween juga identik dengan setan, penyihir, hantu, dan makhluk-makhluk menyeramkan lainnya dari kebudayaan Barat. Jack O’Lantern menjadi simbol Halloween, yaitu buah labu yang diukir seperti wajah dan diberikan lilin di dalamnya agar menyala di antara kegelapan seperti lentera.

Kita tahu kalau sebenarnya Halloween bukan budaya asli juga tidak ada hubungannya dengan Negara Indonesia. Tapi mengapa Halloween bisa menjadi sangat heboh di Indonesia saat ini ? Karena budaya masyarakat kita yang suka “latah” atau ikut-ikutan dengan budaya luar yang sedang digandrungi. Maka wajar kalau orang-orang yang ikut-ikutan tersebut tidak mengerti bahkan tahu arti, tujuan, dan sejarah perayaan Halloween itu seperti apa. Karena kita hanya sebatas ikut meramaikan dan sebagai hiburan saja.

Tapi kemudian perayaan Halloween ini menjadi perdebatan di beberapa kalangan. Selain perdebatan menyangkut dasar agama, juga menyangkut pengikisan budaya asli Indonesia. Akibat dari kebiasaan kita yang latah dengan segala sesuatu yang berbau Barat, kita justru akhirnya mengabaikan apa yang sebenarnya kita miliki. Di Indonesia kita punya pagelaran wayang, ketoprak, debus, rampak bedug. Juga perayaan Hari Nasional seperti 17 Agustus, Hari Kartini, Hari Pahlawan. Tapi hanya segelintir orang saja yang tertarik untuk berpartisipasi memeriahkan acara-acara tersebut. Itupun misalnya terpaksa karena wajib diadakan di sekolah-sekolah. Sementara pada perayaan Halloween kemarin semua orang terlihat antusias sekali mengikutinya meskipun tidak ada yang mewajibkan merayakaan Halloween. Bukan hanya anak muda tapi juga para orang dewasa.

Saat ini pola pikir kita terlebih anak muda memandang bahwa segala sesuatu yang berasal dari Barat itu keren, sementara budaya yang kita miliki itu justru dianggap kuno. Mengapa bisa demikian ? Ini pasti karena cara penyajian atau pengemasan acaranya saja yang kurang menarik. Karena Halloween pun menurut sejarahnya merupakan perayaan orang-orang terdahulu hanya saja sampai saat ini masih terus dirayakan dan dimodifikasi mengikuti perkembangan zaman.

Hal ini yang semestinya kita ikuti, memodifikasi budaya yang kita miliki dengan lebih modern tapi tanpa menghilangkan tujuan dan makna awalnya. Contohnya saja seperti salah satu acara di NET TV “Bukan Sekedar Wayang.” Awalnya itu hanya sebuah pertunjukan wayang golek yang merupakan kesenian tradisional khas Sunda, tapi kemudian dimodifikasi menjadi pertunjukan wayang yang lebih modern dan masa kini. Penggunaan karakter wayang dari beberapa karakter kartun seperti Sinchan, Superman dan karakter lain yang dikenal di Indonesia seperti Sule, Aa Gym, dll. Cara pengemasannya tersebut membuat kita lebih tertarik menonton wayang golek.

Jadi kesimpulannya, tidak selalu salah ketika kita sebagai bangsa Indonesia ingin mengikuti atau merayakaan sesuatu hal yang berasal dari budaya Barat. Selama masih tetap sesuai dengan aturan dan norma-norma yang dimiliki Indonesia dan hanya karena tujuan hiburan bukan untuk hal yang negatif. Tapi jangan lupa untuk tetap bangga dengan budaya yang kita miliki dan ikut terus melestarikannya dengan cara yang lebih menarik agar semua orang bisa tertarik dengan budaya kita. (Nitami Adistya Putri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun