Mohon tunggu...
tambara boyak
tambara boyak Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Lepas

Belum lulus dalam ujian hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Emo dan Perilaku Remaja

5 Juni 2022   12:24 Diperbarui: 5 Juni 2022   12:37 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Trauma tidak selalu harus mengalami suatu kejadian ‘traumatis’ berunsur kriminal seperti persepsi masyarakat umum, namun bisa saja karena diabaikan orang tua dan mengalami perundungan secara konstan baik di lingkungan sekolah maupun di rumah juga bisa membentuk trauma. 

Menjadi emo adalah salah satu bentuk mekanisme koping pada remaja atas stres yang dialami, karena merasa tidak ada yang memahami sehingga lebih senang menyendiri–sejalan dengan pernyataan Munteanu, sebelumnya.

Namun trauma bukan satu-satunya penyebab remaja menjadi emo. Mereka mungkin tidak memiliki trauma, tapi hanya ingin untuk diterima oleh lingkungan pertemanannya sehingga mengadopsi tren ini. Remaja memiliki keinginan yang tinggi untuk menjadi bagian dari sesuatu yang ‘keren’ dan ini adalah perilaku remaja yang normal. 

Alasan lain remaja menjadi emo adalah karena ini termasuk bagian dari mencari jati diri yang menjadi tugas perkembangan usia remaja, sehingga ini menjadi sebuah fase yang harus dilewati.

Emo sama seperti grup-grup lainnya di kalangan anak muda, misalnya anak atlet, anak teater, dan sebagainya. Budaya emo tidak begitu diterima masyarakat karena impresinya yang kuat dan cenderung mengintimidasi, sehingga melahirkan miskonsepsi seperti pemakaian obat-obatan terlarang, gangguan makan, dan tindak kekerasan. Kenakalan remaja bisa terjadi di kelompok anak muda lainnya, tidak hanya di kalangan emo saja.

Perlu diketahui bahwa tidak semua remaja emo ingin melukai atau membunuh diri, hanya pada kasus yang ekstrem saja. Apabila anak menunjukkan perilaku ekstrem, sebaiknya bangun komunikasi yang sehat dan hindari menghardik mereka karena justru akan memperkeruh relasi.  

Lebih baik  menghubungi bantuan profesional, seperti konselor remaja, psikolog atau psikiater yang kompeten untuk mengatasi pergumulan anak. Layaknya menjaga dan mengobati sakit fisik, mari normalisasi mendapat bantuan dari praktisi kesehatan mental apabila dibutuhkan, terutama jika sudah menyangkut kesehatan mental .

Musik emo kadang bisa membantu seseorang, tapi juga mungkin memperparah perasaan depresi.  Interaksi sosial yang membantu seseorang memproses emosi secara membangun, hasilnya cenderung lebih positif.  Menggunakan musik emo sebagai catharsis itu membantu, tapi mengasihani diri sendiri itu tidak. 

Musik emo adalah bentuk terapi, cara mengekspresikan diri sebagaimana kita mengeluarkan rasa gundah yang ada di dalam hati. Remaja yang sedang mencari jati diri cenderung sensitif apabila mendapat komentar tentang penampilan mereka. Berikan ruang aman bagi setiap remaja untuk bereksplorasi dan mengekspresikan diri secara kreatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun