"Kamu sudah pikirkan matang-matang kan, Zahra?" tanya ayah memastikan.Â
"Iya, Zahra yakin, Ayah," jawabnya mantap.
***
Sudah satu Minggu Zahra berada di pesantren. Mencoba menikmati setiap prosesnya, meskipun kehidupan di pesantren sangat berbeda dengan di rumah sendiri yang fasilitas serba lengkap. Mau apa pun tinggal bilang sama orang tua.Â
Belum lagi aturan yang ketat yang harus dipatuhi, jika melanggar ada konsekuensi yang harus diterima. Sebelum memutuskan untuk pesantren, Zahra sudah banyak tahu dari beberapa teman yang sudah lebih dahulu nyantri. Jadi, tak seharusnya ia mengeluh agar tidak menambah beban pikiran kedua orang tuanya.Â
Suatu hari, Zahra melakukan kesalahan yang tidak disengaja. Ia lupa menyerahkan HP kepada ustadzah Aisyah yang bertugas sebagai wali asuh. Pondok memang sudah punya aturan tegas untuk tidak menggunakan HP, selain hari yang sudah ditentukan yaitu Minggu. Itu pun hanya untuk keperluan komunikasi dengan keluarga, waktu juga sangat terbatas. Setelah itu HP akan dicek oleh wali asuh, khawatir santri menggunakan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Zahra baru menyadari ketika ustadzah Aisyah sudah berdiri di depan pintu kamar untuk membangunkan para santri dan mengecek setiap kamar, apakah santri semua sudah bangun untuk melaksanakan salat tahajud, persiapan salat subuh, tadarus, setor hafalan dan pengajian rutin pagi.Â
"Zahra, hanya kamu yang belum menyetorkan HP. Seharusnya tidak boleh telat dari aturan, yaitu pada Minggu pukul 18.00, ini sudah hari apa? Jam berapa?" Ustadzah Dita bicara agak keras, sambil menunjuk jam di dinding kamar.
"Se ... nin, pukul 03.30, Ustadzah." Zahra sedikit gugup.
"Lantas, apa alasannya?" tanya ustadzah Dita.Â
"Semalam saya menunggu telpon dari sahabat saya, ada hal penting yang ingin dibicarakan, katanya. Tetapi sampai malam saya tunggu tidak menelpon, sampai akhirnya ketiduran dan lupa menyerahkan HP kembali," papar Zahra panjang lebar.