#Asah_Imaji&Kata
Karya: Zahirah Zahra
Perlahan namun pasti, biarkan waktu melaju seiring gerak arah mata angin melintasi deru bising penjuru semesta. Sementara benang kisruh dan lusuh mengukur jarak sepanjang apa kaki kuat meniti tetes peluh. Ketika tangan kecil ini semakin lemah menatih asa, meletakkan mimpi-mimpi yang rebah pada sebentang hamparan tabah.Â
Kucoba melambungkan rasa dan hasrat, meski tahu raga ini tak akan mampu merengkuh ingin di genggaman keniscayaan takdir yang bergulir sumir. Seharusnya sebelum menadah pinta, aku berkaca rupa menyadari tentang keterbatasan diri. Mungkin terlalu gegabah diri, menaruh kepercayaan pada sebuah ranting kering yang ranggas di terpa bayu kemustahilan.Â
Sejujurnya, ingin menikmati suguhan lelap malam bersama gegap gemerlap bintang di ketinggian angkasa biru meski hanya sekejap saja, namun aku takut tersesat dalam kegelapan belantara waktu yang kian jalang membawaku jauh berpetualang. Sebab pada akhirnya Tuhan membujukku tetap bersabar dan bersandar pada keteduhan cinta-Nya, dalam sabda alam yang menggetarkan kalam.
Di rentang waktu yang gencar menyisipkan kabar pada hari-hari yang kadang hambar, masih adakah secuil harap untukku lantang mendekap sebuah pagi yang terlampau gigil memberi asupan energi. Walau teramat buram netra menyibak kabut uji, nyatanya mengais butiran pasir di lautan tenang pun aku tak sanggup, bagaimana merengkuh mentari yang kutahu akan membakar diri. Ketika aku telah lelah akankah semua terbayar sudah ataukah aku kalah menelan kegagalan dalam sejarah paling berdarah??Â
Bekasi, 27 Juni 2023
Catki:
Sumir :singkat
Bayu : angin