BY. Zahirah ZahraÂ
Sepagi ini ada kenang yang datang bertandang menghantarkan senarai ingin dalam lembaran warna semesta, yang baru saja meremas dingin perlahan membuka pintu hari. Namun seraut wajah haru mengemas sedu, ketika embusan angin pagi lirih menyapa bilik-bilik perasaan. Kuhadirakan sebait kata di setiap sepi yang menghunjam lara, kendati pun waktu tak jua berdamai dengan rasa.Â
Sepagi ini ada jemu yang menjamu dalam hidangan rindu tanpa muara satu yang paling tuju. Aku meraba setiap datangnya kilau mentari yang tetap angkuh menyunggingkan senyum tanpa memberi kesempatan selintas teduh tuk merengkuh terang. Tersebab teramat panjang jarak yang terbentang, semakin tak mampu kudekap bayang.Â
Bukan perihal rasa yang tak jua mampu menghadirkan keyakinan kuat. Hingga lemah tersulut ego dan uji yang tak henti memantik bara di tungku kedamaian kalbu. Sementara lisan terlalu naif menggaungkan hasrat yang melambung angan. Nyatanya dalam sepenggal kisah yang amat rancu raga terkungkung patah dalam bingkai kenyataan. Menyadari segala keterbatasan diri menampik segenap asa, pada akhirnya jalan terbaik menerima kuasa-Nya.Â
Bekasi, 12 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H