Mohon tunggu...
Tamariah Zahirah
Tamariah Zahirah Mohon Tunggu... Penulis - Guru di SMPN 3 Tambun Utara

Menulis salah satu cara menyalurkan hobi terutama dalam genre puisi dan cerpen. Motto : Teruslah menulis sampai kamu benar-benar paham apa yang kamu tulis!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Keanggunan Rupa

23 September 2022   20:06 Diperbarui: 23 September 2022   20:13 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tema : Putri Biru
Judul :  Keanggunan Rupa
Karya : Tamariah Zahirah

Selembut sutera yang apik mengurai benang kasih dari sentuhan jemari cinta sang kekasih. Hadirkan karisma tanpa celah yang tersimpan rapi. Pengobat hati dalam segala perih dan rintih. Memberi secercah asa, di setiap pinta yang tersisih.

Aku mengagumi keanggunan rupa, meski kerap menghadirkan pertautan rasa dalam kesempurnaan yang musykil, sebab terlalu lembut dan cantik peran kisah yang kau tampilkan. Menjelma di setiap lintas waktu, bersemayam dalam bayangan semu.

Dalam keabadian makna, puja mantra masih tertata dalam barisan aksara yang bernyawa. Hidup dalam degup dada, menghadirkan candu dari telaga murni bermata air biru. Tak pernah ternoda oleh debu yang meracuni kalbu, meskipun badai menerjang lautan rindu.

Ketika sang pengembara cinta, menjatuhkan pilihan pada palung hati paling teduh. Meski beribu pembenci mengerahkan kekuatan menebar caci. Namun cinta tak pernah terganti.  Sekalipun terhantar putri bertakhta mutiara dari kedalaman samudera tanpa batas tepi.

Terlalu naifkah diri? terjerat dalam arus kebodohan pikir yang mangkir dari kebenaran tafsir. Meracuni logika dengan perasaan yang telanjur membara. Memberi label istimewa penerang kegelapan jiwa, yang tak mudah tercampakkan oleh hina dan nista. Sebab terlalu buta netra.

Memujamu bukanlah sebuah kesalahan fatal,  yang harus dihakimi dalam ruang pengadilan tak bermoral. Dianggap terlalu abnormal,  hingga membawa jauh pada dimensi kesia-siaan yang menjerat kebebasan fisik dan ekspresi.

Nyatanya, segala amal baik dan buruk akan  dipertanggungjawabkan. Lalu masihkah diri bermuara pada hasrat yang memanjakan syahwat fana. Mendulang banyak prestasi alpa dalam ruang etalase koleksi serupa, pada sekotak perhiasan dunia yang penuh kepalsuan belaka.

#Self_reminder#

#Terinspirasi dari kekagumanku terhadap hal-hal yang berbau biru

Bekasi, 20 September 2022

Catatan kaki

Kharisma : kemampuan diri yang membangkitkan rasa kagum
Musykil : tidak jelas
Naif : polos, lugu, tak banyak tingkah
Tafsir : ilmu tentang cara mengucapkan lafal yang benar.
Bermoral : berakhlak baik
Abnormal : tidak biasa
Syahwat : keinginan dalam diri yang membuat senang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun