Kring ... kring ... kring ....
Keempat kalinya, barulah mendapat jawaban.Â
"Assalamualaikum , Pak. Bagaimana kabar Bapak dan Ibu?" Maafkan Lala baru bisa menghubungi kembali."
"Lala ... kamu ke mana aja, Nak? Ibu kamu sampai sakit memikirkanmu."Â
"Ya Allah, maafkan Lala, Pak, Bu. Lala anak yang tak tahu diri. Lala mau bicara sama ibu, Pak. Boleh?"
Pak Joko menyodorkan handphone-nya kepada Bu Sutri.Â
"Ibu, Lala minta maaf. Lala sudah membuat hati ibu kecewa. Lala terlalu sombong hingga lupa meminta doa restu. Akhirnya sidang skripsi Lala berjalan tidak sesuai harapan."
Lala menangis sejadi-jadinya, ibunya hanya diam. Namun tak berapa lama, kata-kata keluar dari bibirnya.
"Ibu sudah maafkan kamu, Sayang. Jangan ulangi lagi yah. Bagaimana pun rida Allah ada pada rida orang tua. Apa pun yang kamu lakukan ibu selalu rida, tetapi mungkin Allah menegurmu dengan caranya."Â
"Makasih, Ibu. Lala janji tidak akan mengulanginya. Akan berusaha menjadi anak yang berbakti."
Lala menutup percakapan ditelpon dengan perasaan lega bercampur haru. Ada keinginan besar dalam hati Lala untuk membuat ibu dan bapaknya bangga. Tentunya dengan restu dan keridaan orang tuanya terutama ibu. Â