Mohon tunggu...
tamara lisnawati
tamara lisnawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menanggapi Persoalan Konflik Rusia Vs Ukraina dalam Hal Communications and The Media

23 Juni 2023   15:49 Diperbarui: 23 Juni 2023   16:06 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik antara Russia dan Ukraina kian semakin memanas, konflik ini diketahui sudah berlangsung sejak 2014 hingga saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menempuh jalur perdamaian antara kedua negara ini. 

Namun hal itu sulit untuk dilakukan karena semakin panjang dan melebar persoalan kedua negara tersebut hingga saat ini. Sebagian besar masyarakat merasa dirugikan dengan pecah belahnya konflik ini yang tak kunjung selesai. 

Seperti yang kita ketahui, Rusia dan Ukraina pada awalnya adalah satu kesatuan yaitu Uni Soviet, akan tetapi setelah kalahnya Uni Soviet dalam perang dingin hingga memecah Uni Soviet menjadi beberapa negara dan Ukraina menyuarakan untuk memerdekakan diri dalam referendum. 

Awal permasalahan ini muncul ketika NATO pada tahun  2008 menjanjikan kepada Ukraina akan bergabung dengan NATO pada suatu saat nanti. Hal ini merupakan salah satu dari pemicu konflik antara mereka. 

Terlebih lagi sebelum hal ini terjadi Rusia dan Ukraina itu sendiri telah membentuk dan mendatangani perjanjian persahabatan dan kerjasama terhadap intergritas dan teritorial masing-masing negara.  

Akan tetapi, hubungan antara Rusia dan Ukraina kembali memanas, dimana terdapat revolusi di Ukraina yang menentang Rusia. Hal tersebut berhasil melengserkan Presiden Viktor Yanukovych yang merupakan pro-Rusia. 

Pada Maret 2014 Rusia berusahan mengambil alih semenanjung Krimea, tepat pada April 2014 terjadi kerusuhan separatism di timur yaitu Donetsk dan Luhansk, Rusia dicurigai oleh barat mempersenjatai tindakat sepratisme tersebut.  

Rusia sendiri juga merasa terancam dengan keberadaan NATO di perbatasan wilayahnya. Dimana NATO sudah melakukan ekspansinya sejak lama hingga pada saat ini sudah banyak negara disekitaran Rusia yang sudah masuk kedalam NATO. 

Rusia merasa semakin terancam apabila Ukraina  menjadi anggota NATO. Apabila Ukraina resmi bergabung menjadi anggota NATO maka otomatis NATO akan membangun pangkalan militernya di Ukraina dan Rusia akan terasa hal itu dapat mengganggu kepentingannya.  

Hal ini dibutuhkan nya strategi dan  negoisasi untuk dapat meredam persoalan konflik kedua negara ini, dimana komunikasi amat sangat dipengaruhi untuk membantu permasalahan ini. 

Terlebih lagi sudah banyak media yang meliput konflik ini menjadi persolan yang cukup serius dan harus segera ditangani agar kedua negara tersebut bisa kembali berdamai. Strategi lobi yang bisa dilakukan yaitu, mengunjungi kantor kedutaan Russia dan Ukraina di Jakarta Selatan  untuk membahas perkembangan konflik terkini dan melobby diplomat Russia dan Ukraina disana. 

Dengan tujuan mengajak untuk berpartisipasi untuk membahas"Win Win Solution" kedua negara ini, dalam acara talkshow yang akan kami siarkan secara live di Tv dan Livestreaming di berbagai platform. 

Negoisasi serius juga bisa menjadi bahan perbincangan hangat yang bisa dilakukan apabila kedua negara tersebut mau menyelesaikan konflik yang terjadi, dengan kesepakatan dan keputusan bersama yang bisa dibuat dan dibangun kembali.  

Prof. Dr. Sefriani, S.H. M. HUM. dan Dodik Setiawan Nur Heriyanto, S.H.,M,H.,LL.M.,Ph.D. selaku Dosen Hukum Internasional Fakultas Hukum UII berpendapat bahwa hal ini dapat dikomunikasikan melalui perspektif hukum internasional yang berlaku, dimana beliau menjelaskan penyelesaian-penyelesaian konflik tersebut, salah satunya pada pasal 33 PBB, prioritasnya adalah penghentian gencatan senjata biasanya melalui perundingan diplomatik (jalur politik maupun hukum) sedangkan Ukraina sudah submit ke ICC dalam jalur hukum. 

Perang boleh dilakukan namun harus sesuai dengan prinsip HHI (prinsip pembedaan, pembatasan, proporsional). Selain itu,  Media sendiri saat ini memiliki sebuah strategi lobi dan negoisasi yang dapat membantu meredakan konflik Rusia dan Ukraina dengan memberitakan hal sesuai dengan fakta dan pemberitaan yang bagus yang mereka bisa liput, karena apabila media menginformasikan hal yang tidak sesuai maka akan membuat sebuah  tingkat risiko yang akan dihadapi dan kencaman yang bisa saja terjadi. Oleh karena itu pentingnya peran dalam mengupayakan persoalan ini untuk membantu menyelesaikan konflik Rusia dan Ukraina.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun