Mohon tunggu...
Tamara Fitri
Tamara Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Pembelajaran Jarak Jauh terhadap Kesehatan Mental Remaja Menurut Teori Psikoanalisa Sigmund Freud

26 Desember 2021   16:12 Diperbarui: 26 Desember 2021   16:37 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tamara Fitri Cahyani (1405620041)

Pendidikan Sosiologi B 2O2O, Universitas Negeri Jakarta

Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang baik adalah yang mengutamakan pendidikan demi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu, para remaja sebagai generasi muda yang sehat secara jasmani dan rohani, memiliki peran penting dalam membangun bangsa. Dengan remaja yang sehat jasmani dan rohani maka remaja akan mampu menjalankan proses pembelajaran dengan baik. 

Dalam kegiatan belajar, remaja akan memberikan respons terhadap pengalaman-pengalaman yang diterima, respon diberikan melalui tindakan dan emosional. Emosional yang dimaksud seperti rasa sedih, kecewa, takut, cemas, marah, bahagia, menangis dan sebagainya. 

Hal ini wajar terjadi dikarenakan diusia remaja biasanya masih belum memiliki emosi yang stabil apalagi saat ini pembelajaran dilaksanakan secara daring, tentunya anak diusia remaja dapat mudah merasa jenuh dan tidak stabil.

Penelitian pada bidang konseling menunjukkan bahwa masalah kecemasan atau anxiety pada remaja dapat meningkatkan iritabilitas, anxiety dapat merubah emosi remaja seperti mudah marah. Kecemasan yang dialami setiap orang berbeda-beda, tentu saja hal ini berkontribusi terhadap iritabilitas dan kemarahan. Tingkat kecemasan remaja pada masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) berada pada kategori tinggi. 

Keadaan ini harus direduksi dengan memberikan berbagai pelayanan konseling agar tingkat kecemasan remaja tersebut dapat diperkecil. Layanan yang dapat diberikan kepada remaja untuk menurunkan tingkat kecemasan dalam masa pandemi COVID-19 adalah layanan konseling individual, bimbingan dan konseling kelompok.

Saat ini dunia menghadapi pandemi COVID-19 dan World Health Organization (WHO) secara resmi mengumumkannya pada 11 Maret 2020. 

Pandemi COVID-19 menumbulkan perubahan sosial, yaitu perubahan interaksi manusia dalam segala aspek kehidupan. Sehubungan dengan itu, pemerintah memberi kebijakan baru dalam kegiatan belajar di Indonesia. Pembelajaran jarak jauh menjadi alternatif pembelajaran yang digunakan pada masa COVID-19. 

Dalam mengutamakan kesehatan dan keselamatan remaja serta pendidik, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan Surat Edaran (SE) No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran COVID-19. 

Remaja belajar dari rumah dan orang tua membimbing setiap remaja dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan melalui aplikasi seperti Google Classroom, Zoom, Whatsapp, Google Form, dan lain-lain. Selain itu, sebuah penelitian juga membuktikan dampak pandemi COVID-19 ini terhadap kesehatan mental akibat berubahnya sistem pembelajaran menjadi pembelajaran jarak jauh.

Analisis Kesehatan Mental Remaja Terhadap Pjj Melalui Pandangan Teori Psikoanalisa

Dalam buku Membangun Kesehatan Mental Keluarga dan Masa Depan Anak, menurut Douglas Elwood sebagaimana yang dikutip oleh Simanjuntak dalam bukunya, menyatakan salah satu persoalan yang tidak biasa dihadapi manusia era global sekarang ini yaitu sulitnya menikmati ikatan sosial yang bermakna. 

Menurut HB. English, kesehatan mental merupakan keadaan yang menetap dalam diri seseorang terhadap lingkungannya. Dengan pengertian seseorang mampu menyesuaikan diri dengan baik, memiliki semangat hidup yang tinggi, serta berusaha mengaktualisasikan dirinya secara optimal.

Dimasa pandemi saat ini, anak-anak dipaksa untuk dapat beradaptasi dengan kebijakan baru yang sudah diberikan oleh pemerintah. Hal ini membuat para pelajar merasa kaget karena kegiatan belajar yang dilakukan sangat berbeda dengan biasanya, para remaja harus melakukan daring atau tatap muka secara online yang membuat para remaja cenderung jenuh dan bosan. Dengan demikian, tentu hal ini dapat mengganggu mental para siswa.

Disebutkan bahwa, banyak pelajar atau mahasiswa mengalami tingkat stres yang tinggi, rasa cemas yang berlebihan serta tingkat depresi yang tinggi. 

Penyebab munculnya masalah psikologis tersebut yaitu karena tugas perkuliahan yang banyak dan sulitnya pengerjaan tugas kelompok, lingkungan belajar yang kurang kondusif sehingga menimbulkan kebisingan, keterbatasan pemahaman materi perkuliahan, tidak dapat bertemu dengan orang-orang yang dikasihi seperti teman kuliah, jaringan internet yang seringkali terkendala, tidak dapat melakukan kegiatan seperti biasanya, kesulitan beradaptasi, kejenuhan saat pembelajaran daring, hingga perubahan relasi di dalam keluarga. 

Spiritualitas dan religiusitas diketahui memengaruhi kesehatan mental individu karena mampu memberikan kekuatan bagi individu yang mengalami emosi negatif, serta mampu meningkatkan resiliensi ketika menghadapi tekanan hidup.

Dalam pendekatan psikoanalisis memberikan penanganan secara khusus terkait masalah jiwa/mental dalam diri manusia. Psikoanalisis memandang manusia secara deterministik yaitu, manusia sebagai korban lingkungan, keluarga dan pengalamanpengalaman di masa lalu. Manusia tidak dapat melakukan pemberontakan dan hanya dapat menerima apa yang telah terjadi. Manusia dianggap sebagai korban dan secara pasif menerima konsekuensi akibat kejadian di masa lalu. 

Psikoanalisis memandang masalah mental terjadi akibat fungsi ego yang berada di bawah id dan superego. Untuk itu perlu mengembalikan fungsi ego dalam diri manusia yang bertugas dalam mempertahankan kepribadian, menyesuaikan diri dengan alam sekitar, dan membuat keputusan sesuai dengan nilai dan norma.

Teori Freud tentang id, ego, dan superego dapat digunakan dalam manajemen stres dalam batas tertentu. Saat kita menginginkan sesuatu, keinginan ini tentu dapat menimbulkan stres bagi kita, apalagi jika kita hanya memiliki sumber daya yang terbatas untuk memenuhi keinginan kita itu. 

Tentu keinginan kita (yang merupakan id) akan dihadapkan pada norma dan aturan yang melingkupi kita (merupakan superego), misalnya apakah keinginan itu baik atau tidak, apakah tidak ada keinginan lain yang patut kita dahulukan. Di sinilah ego yang harus mengambil peran untuk mengambil tindakan berdasarkan realitas yang ada. 

Bila ego lemah maka ia akan diseret oleh id dan dipaksa memenuhi keinginannya atau akan diseret oleh superego untuk menolaknya. Maka kita akan terombang-ambing. Namun, jika ego kita kuat maka kita dapat memutuskan mana yang akan kita turuti berdasarkan “kompromi” antara id dan superego.

Solusi Yang Perlu Dilakukan Dalam Menangani Kesehatan Mental Remaja Saat Pjj Melalui Pendekatan Psikoanalisa

Kata pendekatan yang dimaksudkan dalam pembahasan ini ialah cara pandang sebuah bidang ilmu pengetahuan tertentu terhadap masalah yang sedang dirasakan individu maupun kelompok. Pendekatan psikoanalisis membahas masalah kesehatan mental remaja yang bersifat self-oriented. 

Pendekatan psikoanalisis digunakan untuk membantu penyembuhan kesehatan mental pada seseorang. Tujuan pendekatan psikoanalisis secara umum adalah mengembalikan dan memperkuat fungsi ego dalam diri manusia serta membuat manusia sadar sepenuhnya akan hal-hal yang tidak disadari. Proses pendekatan psikoanalisis berfokus kepada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak.

Pendekatan psikoanalisis membantu seseorang terlepas atau terbebas dari kejadian masa lalu yang menyebabkan trauma. Masa lalu diingat kembali, dianalisis, dan ditafsirkan sehingga seseorang dapat menyadari apa yang telah dilakukan dahulu dan merasakannya. Pendekatan psikoanalisis berusaha agar seseorang mencapai kesadaran diri, bertindak jujur, mampu mengendalikan tindakan dan mampu mengatasi masalah kecemasan dalam dirinya. Interaksi dalam pelaksanaan pendekatan psikoanalisis dikenal dengan istilah psikoterapi. Pelaku psikoterapi guna membantu seseorang dengan masalah kesehatan mental disebut konselor, dan seseorang dengan masalah kesehatan mental yang mencari konselor untuk membantu menyelesaikan masalahnya disebut konseli.

Penutup

Pembelajaran jarak jauh menimbulkan masalah kesehatan mental bagi remaja. Masalah kesehatan mental terkait kecemasan, rasa takut, marah, kecewa, sedih, depresi, dan stres dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh. Hal ini dikarenakan perubahan yang terjadi dalam dunia pembelajaran. Remaja tidak mampu menyesuaikan diri dengan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Usia remaja ditandai dengan perubahan mental, maka remaja akan sangat mudah mengalami masalah kesehatan mental jika tidak mampu menyesuaikan diri dengan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran dengan konsep online dan menggunakan berbagai aplikasi yang mendukung, menyebabkan remaja tidak mampu menyesuaikan diri dan mengalami masalah kesehatan mental.

Daftar Pustaka

Evi Deliviana, dkk. “PENGELOLAAN KESEHATAN MENTAL MAHASISWA BAGI OPTIMALISASI PEMBELAJARAN ONLINE DI MASA PANDEMI COVID-19.” Jurnal Selaras Vol. 3 No. (2020): 131–32

Fahrina, Afrillia. Minda Guru Indonesia: Peran Guru Dan Keberlangsungan Pembelajaran Di Masa Pandemi COVID-19. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press, 2020

Ferdinan David dkk. Pendekatan Psikoanalisis dan Teologi Kristen Terhadap Kesehatan Mental Remaja Kristen Akibat Pembelajaran Jarak Jauh. Jurnal Sekolah Tinggi Teologi Pelita Dunia vol.7 No. 2

Ifdil, Linda Fitria & Ifdil. “Kecemasan Remaja Pada Masa Pandemi Covid -19.” Jurnal Educatio: Jurnal Pendidikan Indonesia Vol. 6 No. (2020):3

N, L. Syamsu Yusuf. Kesehatan Mental Perspektif Psikologi Dan Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2018

Setiawan, Andi M. Pendekatan-Pendekatan Konseling (Teori Dan Aplikasi). Yogyakarta: Deepublish, 2018

Simanjuntak, Junihot. Membangun Kesehatan Mental Keluarga Dan Masa Depan Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012

Zaviera, Ferdinand. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta: Prismashope, 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun