Remaja belajar dari rumah dan orang tua membimbing setiap remaja dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan melalui aplikasi seperti Google Classroom, Zoom, Whatsapp, Google Form, dan lain-lain. Selain itu, sebuah penelitian juga membuktikan dampak pandemi COVID-19 ini terhadap kesehatan mental akibat berubahnya sistem pembelajaran menjadi pembelajaran jarak jauh.
Analisis Kesehatan Mental Remaja Terhadap Pjj Melalui Pandangan Teori Psikoanalisa
Dalam buku Membangun Kesehatan Mental Keluarga dan Masa Depan Anak, menurut Douglas Elwood sebagaimana yang dikutip oleh Simanjuntak dalam bukunya, menyatakan salah satu persoalan yang tidak biasa dihadapi manusia era global sekarang ini yaitu sulitnya menikmati ikatan sosial yang bermakna.Â
Menurut HB. English, kesehatan mental merupakan keadaan yang menetap dalam diri seseorang terhadap lingkungannya. Dengan pengertian seseorang mampu menyesuaikan diri dengan baik, memiliki semangat hidup yang tinggi, serta berusaha mengaktualisasikan dirinya secara optimal.
Dimasa pandemi saat ini, anak-anak dipaksa untuk dapat beradaptasi dengan kebijakan baru yang sudah diberikan oleh pemerintah. Hal ini membuat para pelajar merasa kaget karena kegiatan belajar yang dilakukan sangat berbeda dengan biasanya, para remaja harus melakukan daring atau tatap muka secara online yang membuat para remaja cenderung jenuh dan bosan. Dengan demikian, tentu hal ini dapat mengganggu mental para siswa.
Disebutkan bahwa, banyak pelajar atau mahasiswa mengalami tingkat stres yang tinggi, rasa cemas yang berlebihan serta tingkat depresi yang tinggi.Â
Penyebab munculnya masalah psikologis tersebut yaitu karena tugas perkuliahan yang banyak dan sulitnya pengerjaan tugas kelompok, lingkungan belajar yang kurang kondusif sehingga menimbulkan kebisingan, keterbatasan pemahaman materi perkuliahan, tidak dapat bertemu dengan orang-orang yang dikasihi seperti teman kuliah, jaringan internet yang seringkali terkendala, tidak dapat melakukan kegiatan seperti biasanya, kesulitan beradaptasi, kejenuhan saat pembelajaran daring, hingga perubahan relasi di dalam keluarga.Â
Spiritualitas dan religiusitas diketahui memengaruhi kesehatan mental individu karena mampu memberikan kekuatan bagi individu yang mengalami emosi negatif, serta mampu meningkatkan resiliensi ketika menghadapi tekanan hidup.
Dalam pendekatan psikoanalisis memberikan penanganan secara khusus terkait masalah jiwa/mental dalam diri manusia. Psikoanalisis memandang manusia secara deterministik yaitu, manusia sebagai korban lingkungan, keluarga dan pengalamanpengalaman di masa lalu. Manusia tidak dapat melakukan pemberontakan dan hanya dapat menerima apa yang telah terjadi. Manusia dianggap sebagai korban dan secara pasif menerima konsekuensi akibat kejadian di masa lalu.Â
Psikoanalisis memandang masalah mental terjadi akibat fungsi ego yang berada di bawah id dan superego. Untuk itu perlu mengembalikan fungsi ego dalam diri manusia yang bertugas dalam mempertahankan kepribadian, menyesuaikan diri dengan alam sekitar, dan membuat keputusan sesuai dengan nilai dan norma.
Teori Freud tentang id, ego, dan superego dapat digunakan dalam manajemen stres dalam batas tertentu. Saat kita menginginkan sesuatu, keinginan ini tentu dapat menimbulkan stres bagi kita, apalagi jika kita hanya memiliki sumber daya yang terbatas untuk memenuhi keinginan kita itu.Â