Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, SpM(K) selaku Direktur Eksekutif FKI mengatakan bahwa dalam penelitian ini ditemukan anak yang kurang gizi memiliki keterlambatan dalam mencerna informasi, apalagi menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan. Begitupun dengan anak yang mengalami anemia.
"WHO juga mengatakan bahwa kekurangan gizi pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak dan kinerja mental. Jika perkembangan otak anak terganggu tentunya ia tak akan mampu berkonsentrasi dengan baik pada waktu belajar. Dan tentu ada kaitannya dengan gizi, di mana anak tidak ada energi dan semangat, sehingga akan mengganggu proses pembelajaran," jelas Prof. Nila.
Pengujian pun dilakukan terkait korelasi status gizi anak dengan nilai rerata sekolah. Dan ditemukan hasil bahwa nilai rerata sekolah lebih rendah dialami oleh anak dengan short stature karena kurang gizi kronis, dan anemia kurang zat besi. Â
Berdasarkan hasil studi tersebut, FKI menyimpulkan bahwa anak sekolah dasar yang tidak cukup kalori waktu sekolah memiliki working memory yang buruk. Sedangkan anak sekolah dasar yang pendek karena kurang gizi, 3 kali lebih berisiko alami working memory rendah. Begitupun dengan anak sekolah dasar dengan anemia karena kurang zat besi, mereka berisiko alami working memory rendah. Â Â
FKI pun menyarankan pentingnya untuk memastikan asupan makanan kaya zat besi untuk mencegah terjadinya anemia, tidak hanya pada ibu hamil dan menyusui, namun juga pada anak. Bagaimanapun juga asupan gizi selama anak sekolah dapat membantu memenuhi kebutuhan energi anak selama menjalankan proses pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H