Media sosial merupakan platform digital yang memungkinkan setiap individu atau kelompok untuk berkomunikasi dan saling berinteraksi. Saat ini penggunaan media sosial terus mengalami peningkatan seiring dengan perluasan jaringan internet dan kemudahan akses informasi. Di Indonesia sendiri, 75 persen dari total pengguna internet merupakan pengguna media sosial.
Media sosial juga menawarkan jangkauan yang luas dan pendistribusian informasi dengan cepat. Tak heran jika media digital ini sering dijadikan sebagai wadah untuk berbisnis, menyebarkan informasi, berbagi bantuan, hingga kampanye yang bertujuan mengajak orang lain untuk melakukan suatu tindakan. Â
Mengapa Skrining Kesehatan Jiwa Penting?
Masih tingginya stigma negatif terhadap orang yang mengalami masalah gangguan kejiwaaan menjadi salah satu penyebab mengapa tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining kesehatan jiwa masih rendah hingga saat ini. Sementara penyebab lainnya adalah perasaan malu untuk melakukan pemeriksaan, merasa diri sehat-sehat saja, hingga enggan tanpa alasan untuk melakukan skrining kesehatan jiwa.
Padahal skrining kesehatan jiwa merupakan langkah awal untuk pencegahan gangguan kesehatan mental. Skrining sederhana, seperti SRQ-20 (Self Rating Questionnaire-20), yang berisikan 20 butir pertanyaan, mampu mendeteksi 30 hingga 40 persen pasien dengan risiko gangguan kesehatan jiwa, dan itu bisa dicegah sebelum mengalami kecemasan dan depresi.
Kampanye Media Sosial Tingkatkan Skrining Kesehatan Jiwa hingga 3 Kali Lipat
Health Collaborative Center (HCC), sebuah wadah edukasi dan advokasi kesehatan masyarakat tentang nutrisi, kesehatan kerja, laktasi, dan kesehatan komunitas kemudian tergerak untuk melakukan eksperimen sosial, dengan menggelar sebuah kampanye di media sosial. Metode ini dipilih karena melibatkan partisipasi langsung, bersifat real-time, dan memiliki respons yang otentik.
Eksperimen sosial yang dilakukan oleh tim peneliti dari HCC dengan Peneliti Utama Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH ini menggunakan media sosial Instagram dengan mengusung tagar #CekTemanSebelah. Dalam kampanye tersebut ditekankan pesan-pesan tentang pentingnya keterhubungan dan interaksi sosial.
"Kami sengaja menggunakan pendekatan eksperimen sosial karena pendekatan ini belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia. Lewat kampanye #CekTemanSebelah, kami memadukan konten edukatif yang dikemas secara menarik, dengan partisipasi secara sukarela dari masyarakat yang mengakses lewat akun Instagram HCC. Sehingga pesan kami dapat tersebar luas dan cepat," ujar Dr. Ray.
Eksperimen sosial tersebut mampu menjaring 688 partisipan yang berasal dari 14 provinsi di Indonesia, dengan rentang usia 16 hingga 53 tahun. 65 persen di antara partisipan tersebut merupakan ibu rumah tangga, 17 persen pekerja lainnya, sedangkan sisanya 15 persen merupakan pegawai swasta.
Hasilnya, skrining kesehatan jiwa meningkat hingga 3 kali lipat dalam waktu satu bulan sejak kampanye diluncurkan. Metode kampanye interaktif lewat media sosial Instagram yang dilakukan oleh HCC terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya skrining kesehatan jiwa. Metode ini menjadi alat yang kuat karena mampu menstimulasi respon otentik penggunanya untuk berinteraksi, terhubung, dan curhat dengan sesama, hingga mendorong tindakan nyata, seperti melakukan skrining kesehatan jiwa.
Berdasarkan hasil eksperimen sosial tersebut, HCC pun merekomendasikan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk memanfaatkan media sosial secara optimal sebagai medium stimulus skrining kesehatan jiwa. Selain itu, kampanye kesehatan jiwa dan stimulasi skrining yang dilakukan sebaiknya berorientasi 'keterhubungan' yang dapat memantik curhat, karena curhat menjadi metode paling populer dalam interaksi seputar kesehatan jiwa. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H