Mohon tunggu...
Agus Sutondo
Agus Sutondo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Aku Tetap Sayang dan Cinta Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dibalik Keinginan Mbak Tutut Jadi Presiden

15 Oktober 2012   21:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:48 2457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mbak Tutut karena penasaran dan ambisius, dengan semangat berapi-api bertanya lagi, Ayo dong Mbak Benazir, katakan saja syarat itu, saya pasti akan melaksanakannya.

Benazir Bhutto tetap saja sungkan memberitahukan syarat yang terakhir itu, namun karena didesak oleh Mbak Tutut berkali-kali, akhirnya Benazir berkata :

Begini Mbak Tutut, supaya anda dapat menjadi presiden, anda harus mengikuti langkah-langkah saya yaitu bapak anda harus digantung seperti yang dialami bapak saya mantan Perdana Menteri Pakistan Zulfikar Ali Butto.

Setelah mendengar jawaban syarat terakhir yang disampaikan oleh Benazir Bhutto, maka lemaslah mbak tutut dan sejak itu dia tidak menelpon lagi Benazir Bhutto, karena sangat tidak mungkin syarat terakhir itu dapat dipenuhinya. Mbak tutut tahu bagaimana Benazir Bhutto adalah anak sulung dari Mantan Perdana Menteri Pakistan Zulfikar Ali Butto yang digantung setelah Jenderal Muhammad Zia ul-Haq berhasil mengudeta PM Zulfikar Ali Bhutto pada tahun 1977, hukuman mati yang diberikan kepada Ali Bhutto pada 1979 tercatat sebagai akhir yang paling menyesakkan dunia.

Cerita diatas hanyalah humor segar nostalgia Orde Baru, namun kira-kira mampu tidak dinasti cendana merebut kembali tahta yang pernah diraihnya ? Kemungkinan berhasil atau tidak, faktanya saat ini masyarakat rindu akan masa lalu dan seakan terbius dengan indahnya romantika Orde Baru. Padahal sejarah telah membuktikan bahwa segala keindahan semasa Orba tidaklah fundamental, namun bersipat artificial serta semu belaka. Sehingga bila melihat sipat masyarakat kita yang mudah menjadi pelupa serta ketiadaan kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi persoalan yang sebenarnya terjadi maka tidak menutup kemungkinan kebangkitan dinasti cendana akan muncul kembali dan peluang untuk merebut kekuasaan terbuka lebar.

Mbak Tutut memang pernah mencoba untuk tetap berkiprah dipanggung politik Indonesia dengan mendirikan Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Namun Partai yang dipimpin oleh Jenderal Hartono ini gagal meraih kursi di parlemen, Begitu juga adanya desas-desus dugaan bahwa beberapa Partai Politik baru yang bermunculan tak lepas dari sponsor keluarga cendana ? Salah satunya adalah Tommy Soeharto Ingin Jadi Presiden Indonesia dengan mempergunakan kendaraan politik Partai Nasional republik ? Target Keluarga Cendana merebut kekuasaan kembali dengan semboyan "Kembali kemasa lalu, indahnya romantika Orde Baru".

Mungkinkah kita kembali kemasa lalu, padahal masa lalu itulah yang membuat kondisi bangsa ini hancur lebur, belum lagi banyaknya kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang pernah dilakukan oleh Rezim Orde Baru yang sampai saat ini belum diusut secara tuntas, mulai dari Peristiwa Gestok 1965, Pembunuhan Misterius (Petrus), Kasus Tanah Kedung Ombo, Kasus pembunuhan Aktifis Buruh Marsinah, Kasus Waduk Nipah, Kerusuhan Situbondo, Peristiwa Tanjung Priok, Peristiwa 27 juli 1996, Penculikan para Aktifis dan terakhir kasus pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa Trisakti di Jakarta atau yang lebih dikenal dengan Tragedi Semanggi I, juga kasus-kasus lainnya yang belum terselesaikan dengan baik.

Bahkan Ben Anderson pernah mengatakan bahwa Pemerintahan Orde Baru Berdiri di Atas Tumpukan Tengkorak dan Tulang Belulang sebagaimana dikisahkan dalam artikelnya, How Did the Generals Die ? di jurnal Indonesia edisi April 1987. Artikel Ben Anderson ini membuat pemerintahan Soeharto marah besar, dan sejak itu Ben Anderson diharamkan menginjakkan kaki di Indonesia.

Sekedar catatan bahwa Transparency International (TI), lembaga internasional yang berkedudukan di Berlin, Jerman dan dikenal luas dengan komitmennya memberantas korupsi, telah menobatkan mantan Presiden Soeharto sebagai koruptor paling kaya di dunia. Transparency International mencatat kekayaan Soeharto dari hasil korupsi mencapai US$ 15-35 miliar. Sebagian besar di antaranya diduga kuat hasil jarahan selama 32 tahun berkuasa di Indonesia sejak 1967.

Nama Soeharto bertengger di pucuk daftar koruptor sedunia, di atas bekas Presiden Filipina Ferdinand Marcos dan bekas diktator Zaire Mobutu Sese Seko, yang berada di peringkat kedua dan ketiga dengan nilai korupsi terpaut cukup jauh dari Soeharto. Daftar para raja koruptor itu adalah bagian dari Laporan Korupsi Global 2004 (Global Corruption Report) yang dikeluarkan lembaga itu untuk menunjukkan bagaimana korupsi dan praktek suap-menyuap yang terkait dengan kekuasaan politik telah merusak habis proses pembangunan di banyak negara berkembang. Transparency International menggarisbawahi praktek korupsi yang dilakukan Soeharto dan menyebutnya telah menggerogoti harapan berhasilnya pembangunan di negaranya sendiri.

Kita tentu sangat prihatin bila melihat kenyataan ini, apalagi sampai sekarang Pemerintah Indonesia sama sekali tidak menunjukan upaya maksimal untuk mendapatkan kembali uang rakyat yang dijarah Soeharto dan keluarganya. Ketidakpedulian terhadap harta Soeharto dan miskinnya upaya untuk mendapatkannya, memang tidak terlepas dari keterlibatan beberapa partai politik sekarang dalam praktek korupsi politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun