Aku berjalan asal di tengah malam.
Terus berjalan mengikuti peta pemberian.
Harta nihil, berikut matahari terjun tersenyum lebar.
Kali ini bayangan diri membalap dibantu matahari di belakang.
Menyodor jari tengah sementara diri tidak seperti bayangan.
Sial! Dia menikamku dengan aksi menghunus tajam.
Apalah daya, toh dia juga diriku seorang.
Tangan memukul perut sendiri, giliran sana kesakitan.
Entah, lega bercampur perih yang terekam.
Sekali lagi, toh dia juga diriku seorang.
Baca Juga : Puisi_Tak Berguna Ilmu Tanpa Budi Pekerti
Baca Juga : Cerpen_Sayang Sekali Karena Akulah Tokoh Utamanya
Baca Juga : Pendidikan_Mencetak Pribadi Berintelektualitas Tinggi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!