Uang, Tapi Jadikan Uang Budakmu
Jangan Menjadi BudakBiarkan uang mengejar kita, bukan kita yang mengejar uang. Ini adalah prinsip yang kebanyakan orang kaya gunakan, sebagai mindset awal yang cukup untuk membangun sebuah kerajaan bisnis yang sangat besar di berbagai pelosok negri.
      Pernah kamu berpikir bagaimana seorang yang kaya raya bisa bertambah kaya, tentu mereka memiliki jalan ninja masing-masing, (jangan berpikir negatif), yap, karena mereka memiliki banyak aset penghasil uang yang tersebar di berbagai pelosok negri.
Biarkan uang mengejar kita, bukan kita yang mengejar uang
      Beberapa orang, dan mungkin mayoritas pernah berpikir, jika seandainya dulu aku sekolah hingga lulus dari universitas mungkin aku bisa bekerja lebih baik, kalau aku memiliki pekerjaan tetap disebuah perusahaan besar mungkin aku akan menjadi orang kaya sekarang. Jika seandainya aku menjadi manajer di gedung itu mungkin aku bisa membeli gadget, motor, mobil atau bahkan rumah baru.
      Ini merupakan mayoritas mindset yang tertanam dalam masyarakat kelas menengah. Cara bagaimana mereka bekerja untuk mendapatkan uang lebih banyak. Untuk apa? ya tidak jauh dari beli rumah, mobil, atau sekadar gengsi harian. Ini definisi kita mengejar uang. Bekerja keras, banting tulang, pagi hingga malam, untuk hanya demi memperoleh lembaran kertas tersebut.
Berbeda dengan mindset kelas atas (orang kaya), yang lebih berpikir bagaimana lembaran uang tersebut bisa terus mendatangi mereka. Mereka jelas tidak berpikir harus bekerja dimana, dengan gaji berapa, menghabiskan waktu berapa lama, dan lain-lainnya. Tapi justru mereka berpikir bagaimana lembaran kertas tersebut bisa berputar. Inilah definisi uang mengejar kita. Mereka fokus memutar uang dengan membeli banyak aset yang bisa menambah sumber penghasilan. Seperti membeli berhektar-hektar ladang atau kebun teh, kopi, dan sawah, Â contohnya. Serta properti yang disewakan, hingga investasi saham di berbagai perusahaan besar yang nantinya akan menghasilkan miliaran lembar uang pertahunnya.
Seperti itu mereka bekerja. Tidak menghabiskan waktu dan tenaga, tapi penghasilan melimpah ruah datang dengan sendirinya.
Sistem Pengelolaan Keuangan Yang Berbeda
      Jawab pertanyaan ini dengan jujur, jika seandainya kamu mendapat uang 1 miliar rupiah bulan ini, apa yang akan kamu lakukan dengan uang tersebut? Membeli Gadget, motor, mobil, atau bahkan rumah baru mungkin.
      Tidak dengan mereka yang memiliki mindset kedua (Uang mengejar kita). mereka lebih memilih membelanjakan uangnya untuk berinvestasi seperti membeli saham, properti, emas, tanah, deposito, atau obligasi. Dengan itulah mereka memutar dan bahkan melipatgandakan uang tersebut dalam jumlah yang lebih besar.
      Meski demikian, resiko yang menyertai juga sangatlah tinggi, seperti pasar saham yang tiba-tiba hancur, menunggu kenaikan harga saham yang tidak pasti dalam jangka waktu yang sangat panjang, Dan kerugian lainnya yang berada diluar jangkauan kita.
      Inilah penyebab kenapa banyak dari kita semua tidak berani terjun kedalam dunia investasi. Selain karena membutuhkan dana, kita juga tidak mau menanggung resiko yang cukup besar tersebut. Cari aman dan yang pasti-pasti ajalah.
      Terlihatlah dari sini perbedaan cara dan sistem pengelolaan keuangan yang sangat berbeda.
Aset dan Liabilitas
      Dalam bukunya, Rich Dad Poor Dad, Robert T Kiyosaki menjelaskan, bahwa aset adalah barang yang kita miliki, tapi bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Contohnya seperti membeli lahan pertanian atau membangun penginapan atau kontrakan seperti diatas tadi. Dari lahan dan kontrakan tersebut kita bisa terus mendapatkan pemasukkan, bahkan tanpa beranjak dari tempat tidur.
Berbanding terbalik dengan liabilitas. Adalah barang yang kita miliki namun terus menguras uang pengeluaran. Contohnya seperti mobil tadi, kita harus membayar pajak setiap tahunnya sesuai dengan jenis mobil yang dimiliki, mengisi bensin tiap kali kosong, membawa ke bengkel ketika rusak, ganti oli, dan lain-lainnya.
Lantas apa hubungannya dengan pembahasan sebelumnya ?
Hubungannya terletak di dalam pengelolaan keuangan. Jika masyarakat menengah dengan gaji 5 juta tiap bulannya, lantas ia membeli mobil (liabilitas), apa yang terjadi ? pengeluarannya akan semakin bertambah tiap bulannya. Setuju ya. Sama dengan ia harus membayar apa yang diperlukan si mobil dari gaji pokok 5 juta tersebut.
Berbeda dengan kelas atas. Ia memiliki pekerjaan pokok dengan gaji 5 juta juga setiap bulannya (ingat ya..Gaji Pokok untuk kebutuhan harian), disamping itu ia memiliki Saham dalam sebuah perusahaan Yang memberikan keuntungan 5 juta setiap bulannya (sebagai gaji sampingan). Lantas ia membeli mobil, apa yang terjadi ? Pengeluarannya dari gaji pokok tersebut tidak bertambah sama sekali, karena biaya yang dibutuhkan si mobil sudah dibayar dari pemasukkan sampingan tadi. Setuju ya. Sama dengan pemasukkan sampingan tersebut 'mentraktir' si pemilik dengan membiayai mobil yang ia miliki.
Baca juga : Berkenalan Investasi : Salah satu cara mendatangi uang
Penutup
      Cerdaslah dalam mengelola keuangan, tidak semua yang tidak bisa kita lihat sekarang merugikan, dan tidak semua yang bisa kita lihat sekarang menguntungkan. Jangan biarkan dirimu terjebak didalam lubang tikus yang hanya kejar-kejaran dengan uang. Tapi jadilah sang penentu jalan yang membuat pundi-pundi rupiah tersebut datang padamu.
      Pada akhirnya. Tiap kita memiliki jalan ninja masing-masing untuk menuju tujuan tertentu, tetaplah fokus, jangan terpancing sehingga jatuh ke dasar jurang yang dalam.
      Jika ditemukan kesalahan dari artikel di atas mohon perhatian dan bimbingannya.
Sumber
Kiyosaki, Robert T. 2005. Rich Dad Poor Dad. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H