Latihan mengemudi ini goalnya adalah merubah mindset jalan, dari sebelah kiri kesebelah kanan. Mindset harus benar-benar tertanam di alam bawah sadar. Harus muncul secara otomatis ketika di jalan raya. Tidak heran salah satu teman kami selalu ‘berdzikir’ kanan, kanan, kanan….. sebelum berangkat.
Orang Indonesia akan terlihat seperti belajar ketika baru pertama kali mengemudi di Prancis. Gugup, sering salah arah. Walaupun adaptasinya tidak seperti orang pertama kali belajar mengemudi. Artinya kami harus melalui proses itu jika ingin lancar dan aman selama mengemudi. Perlu diketahui selama di Prancis kami disediakan 2 unit mobil untuk transportasi.
Tidak tanggung-tanggung. Lokasi latihannya di jalan berkelok dan menanjak. Kami yang di jok belakang kadang tanpa sadar menginjakkan kaki, menjulur kedepan ketika berpapasan dengan kendaraan lain. Tegang.
Sampailah pada lokasi latihan terakhir: Plage D’Etratat (Pantai Etretat). Tempat yang cukup dingin meskipun masuk pada musim semi, sekitar 7° C. Tentu kami orang Indonesia, merasa dingin sekali karena terbiasa pada cuaca 29 – 32 ° C. Plage D’Etretat adalah pantai dengan cadasnya yang khas. Kalau di Malang hampir sama dengan Goa China yang berhadapan dengan Australia. Plage D’Etretat langsung berhadapan dengan Inggris. Walaupun memang tidak sedekat Prancis dan Inggris yang hanya dibatasi oleh selat.
Erick bilang, tempat ini menjadi favorit kebanyakan orang untuk menikmati sun set alias saat-saat indah mentari tenggelam. Semburat warnanya yang jingga berpadu dengan riak air laut, bisa dinikmati dari pantai atau dari atas bukit pantai Etretat. Lebih seru lagi pengunjung dimanja dengan teropong kecil yang memungkinkan melihat momen indah itu dari dekat.
Banyak rumah disekitar pantai ini. Tapi tidak terlihat penduduk ‘seliweran’ mungkin mereka sedang sibuk bercengkrama dengan keluarga. Atau bisa jadi masih belum pulang dari tempat kerja.
Sesekali terlihat elang terbang merendah ‘mencaplok’ mangsanya. Ternyata benar, suasana temaram tenggelamnya mentari di pantai ini sangat indah. Sinarnya sedikit demi sedikit tenggelam ditelan derau ombak yang berangkulan. Disebelah kanan dari tempat kami berdiri, terdapat tebing-tebing di pinggir pantai. Menghujam kedalam dinginnya air berwarna biru.
Sore ini tampaknya tidak begitu banyak pengunjung, hanya ada beberapa anak muda dan beberapa pasang keluarga. Semuanya menggunakan jaket tebal, ada juga yang dilengkapi dengan syal dilehernya. Hawa dingin itu bukan hanya dirasakan oleh kami orang Indonesia, penduduk sekitar Etretat pun merasakan hal yang sama.
Pantai yang kabarnya menjadi tempat untuk mencari inspirasi ini memang sangat pas untuk merenung. Suasana pantai yang sunyi, hanya sesekali suara burung bersautan, semilir angin menusuk tulang, pandangan mata yang luas kedepan.
Di dekat pantai ini, tepatnya sebelah kanan atas. Terdapat area luas nan hijau. Lapangan Golf. Yuyu Hagenbucher, wanita asal bandung yang sudah lama tinggal di Prancis. Merupakan salah satu penggemar golf di Pantai Etretat.
Di bibir pantai, beberapa tempat duduk khusus disediakan untuk pengunjung yang ingin bersantai. Dari tempat itu hempasan ombak laut yang sesekali menghantam tebing sangat jelas terlihat. Memandangnya seperti anak kecil yang main dorong-dorongan dengan orang dewasa. Tebing yang didorong tidak bergeming. Tapi karena ombak rajin menghantamnya, dinding tebing itu sedikit demi sedikit terkikis.