Mohon tunggu...
Badrut Tamam
Badrut Tamam Mohon Tunggu... profesional -

Berusaha Mempersembahkan yang Terbaik dalam Setiap Proses...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemilau Colza di Bumi Prancis (3)

4 Februari 2016   08:22 Diperbarui: 7 Februari 2016   22:30 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

                Apakah anak-anak kita sudah terbiasa pergi ke bandara, apalagi bandara internasional? Seberapa penting orang familiar dengan suasana di bandara? Apakah bandara itu hanya untuk orang-orang berduit yang tidak mau naik transportasi darat?

                Pertanyaan diatas seiring dengan perkembangan jaman tidak akan ada lagi. Naik pesawat suatu keharusan. Lebih - lebih bagi mereka yang mempunyai urusan ke luar negeri. Naik pesawat bukan prestise lagi tapi lebih pada kebutuhan dan efektifitas.

                Apalagi nanti ketika MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang akan menghilangkan jarak antar negara ASEAN. Mobilitasnya tidak bisa menggunakan transportasi darat. Atau nanti ketika Indonesia benar-benar ikut TPP (Trans Pacific Partnership). Akan sangat terasa ‘keahlian’ naik pesawat sangat dibutuhkan.

                Tidak heran jika Renald Kasali, Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia, memberikan tugas wajib untuk mahasiswanya: Visite ke negara-negara Asia dan Eropa sendirian. Semua berba sendiri, dari persiapan, pemesanan tiket pesat dan semua proses sampai kembali lagi ke Indonesia. Seperti yang diceritakan dalam buku Self Driving: Menjadi Driver atau Passanger.

                Kami masih tenggelam dalam lamunan kami masing-masing. Tanpa terasa pesawat sudah datang.  Semua passenger (penumpang) dipersilahkan naik. Suasana maskapai internasional terlihat beda tentunya. Jika biasanya pesawat yang kami tumpangi dari Surabaya – Jakarta atau Malang – Jakarta di dominasi oleh wajah-wajah Asia, kali ini tidak. Termasuk para pramugari pun kebanyakan dari Arab dan Eropa dan hanya satu dari Indonesia.

                Setiap pengumuman, pemberitahuan atau apapun bentuk komunikasi dengan passenger menggunakan bahasa Arab dan Inggris hanya sekali saja menggunakan bahasa Indonesia, ketika pesawat mau take off. Jadi penasaran mana pramugari dari Indonesia?

                Pemberitahuan agar semua passenger memakai dan mengencangkan ikat pinggang. Pesawat akan take off. Kelihatannya tidak selincah pesawat domestic karena ukurannya lebih besar.

                Proses naiknya pesawat ke udara berjalan lancar. Tidak sampai menimbulkan mabuk udara. Semua penumpang santai di tempat duduknya masing-masing. Saat pesawat sudah anteng,  seorang pramugari berparas Indonesia mendatangi kami. Dengan lembut dia bertanya kami akan minum apa?

                Sontak saja kami menyimpulkan, dialah pramugari dari Indonesia. Setelah bincang-bincang sebentar baru kami tahu ternyata rumahnya Jl. Sumpil Blimbing Kota Malang. Ternyata dunia hanya selebar daun kelor. Bertemu dengan tetangga diatas pesawat menuju ke Abu Dhabi. Setelah tahu, kami pun semakin akrab.

                Berada diketinggian 38000 feet atau 11582 m tentunya terasa sangat dingin sekali. Untungnya kami berada dalam pesawat dengan suhu yang telah disesuaikan. Sudah mulai terlihat perbedaan waktu dengan Indonesia. Sampailah kami di bandara termegah di Timur Tengah ini.

                Ada selisih 3 jam antara Abu Dhabi dan Indonesia. Ketika kami mendarat di International Air Port di Abu Dhabi jam 07.00 waktu setempat saya lihat jam tangan yang kebetulan masih disetting jam Indonesia sudah menunjukkan jam 10.00 pagi menjelang siang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun