BEKAL DARI PAK DIREKTUR
Jika seseorang sudah mampu menembus faktor kritis ini maka kekuatan mengingatnya lebih sempurna dibandingkan kemampuan pikiran sadar. Oleh karena itu mengapa kejadian yang penuh emosi pada puluhan tahun yang lalu masih bisa dengan jelas kita ingat sampai sekarang. Suasana itulah yang kami rasakan malam ini. Begitu menyentuh. Kami hanya bisa menunduk, mengembara dalam pikiran masing-masing. Sesaat membayangkan suasana dan tempat-tempat yang disebutkan dalam diskusi itu.
Dari Hotel Puri Denpasar kami bingung jalan menuju Hotel Amaroosa. Jakarta terlalu luas buat kami. Padahal ada beberapa teman sudah bolak-balik ke Jakarta, tapi tetap saja tidak tahu arah kesana. Maklumlah Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia, disusul Surabaya dan kota besar lainnya.
Ternyata dalam kebingungan ada jalan. Allah tidak akan memberikan kesulitan diluar kemampuan hamba-Nya. Tinggal kemudian, kita mau tidak menggunakan akal keluar dari kesulitan itu?
Akhirnya sampailah kami di tempat untuk briefing : Hotel Amaroosa. Sambil melepaskan sisa-sisa penat karena perjalanan yang macet. Kami menunggu diruang lobby Hotel. Suasananya sangat nyaman, tidak panas dan bising seperti diluar.
Saat kami sedang asyik menikmati suasana, tiba-tiba dari arah samping muncul Pak Bagiono. Kami sudah kenal dengan beliau ketika pertama kali ikut persiapan kursus sebelum keberangkatan. Satu-satu kami diminta berkenalan menggunakan Bahasa Inggris. Tapi waktu beliau tidak komentar sama sekali dengan kemampuan Bahasa Inggris kami. Malam ini kami dipertemukan kembali dalam suasana yang beda.
Sambil menunggu yang lain datang, beliau banyak bercerita tentang kehidupan di Prancis. Termasuk bagaimana kami harus bersikap dalam pola hubungan dengan orang-orang Eropa itu. Satu hal yang selalu kami ingat: Bahwa kami harus tampil terbaik sebagai entitas suatu bangsa. Tanggung jawab kami bukan hanya pada lembaga yang telah memberangkatkan kami, tapi juga pada bangsa dan negara tercinta ini.
Suatu negara dikenal dengan melihat perilaku warganya. Walaupun Indonesia itu negara besar belum tentu familiar di tengah-tengah orang Prancis. “Berikanlah Impressia yang baik...”. Kata Pak Bag, begitu sapaan akrabnya. Kami serius mendengar petuah-petuah itu. Dalam hati selama berharap kami bisa mempersembahkan yang terbaik dalam proses ini.
Memang tahun ini (2015) untuk pertama kalinya Indonesia-Prancis menjalin kerjasama Campus des Metiers Qualification Energies et Efficacite Energetieque semacam kerjasama dibidang Elektronika, Automotive, Welding, Maintenance and Repair yang diselenggarakan di Prancis.
Tim yang diberangkatkan diambil dari SMK-SMK terbaik di Indonesia dan Widyaswara. Setelah melalui proses seleksi selama 1 bulan terpilihlah 6 orang, sebagai duta pertama dari Indonesia. Program ini dibidani oleh Dit. Pembinaan SMK Kemdikbud RI.
Malam ini (Rabu, 15 April 2015) Tim akan bertemu dengan Direktur PSMK M. Mustaghfirin Amin, MBA untuk briefing tentang tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan selama di Prancis.
Pak Direktur membuka acara dengan informasi bahwa: Sebelumnya juga ada kerjasama antar Indonesia – Prancis hanya sebatas kunjungan studi banding dan hubungan antar individu. Tapi kali ini hubungan itu lebih konkrit dalam bentuk partnership in the equal position, sifatnya sama-sama belajar. Tidak ada yang lebih diistimewakan antara dua negara. Masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya. Karena saling tukar informasi dan ilmu itu diharapkan dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan itu.
Tentu ada banyak hal di Indonesia yang bisa dijadikan referensi pengembangan pendidikan di Prancis, begitu juga sebaliknya. Kita juga bisa belajar kemajuan teknologi ke negara yang berbatasan dengan Spanyol itu. Khususnya dalam pendidikan Kejuruan. Sebagaimana kita tahu negera-negara Eropa Barat sudah melakukan Revolusi Industri sejak Abad ke-19. Beda dengan kita, yang baru merdeka pada tahun 1945.
Lebih jauh, Direktur PSMK menegaskan Tim yang dikirim ke Prancis sekaligus menjadi Duta yang akan menentukan sustainability hubungan selanjutnya. Jika dalam kegiatan ini ada value-addid yang didapatkan antar kedua Negara maka di tahun-tahun selanjutnya hubungan ini akan berlanjut.
Bagiono DS, sebagai orang yang pernah hidup bertahun-tahun di Prancis juga berpesan agar selama di Prancis tidak malu untuk bertanya ketika ada hal-hal memang perlu dipertanyakan. Karena orang Prancis akan lebih suka ketika tamunya terlihat antusias dan semangat. Juga setiap ada pertemuan atau membuat janji dengan orang harus tepat waktu.
Tim yang terdiri dari 6 personil ini berasal dari SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, (Badrut Tamam, S.T), SMKN 1 Singosari (Haryono, S.Pd), SMKN 1 Batam (Junaidi, S.Pd), SMK PGRI 3 Kota Malang (Bambang Tamayana, S.Pd) dan dari VEDC Malang (M. Syarif, S.Pd.,M.Pd, Dadang Agus, S.Pd., M.Pd).
Mereka akan berada di Prancis terhitung mulai tanggal 18 April sampai 13 Juni 2015. Yang akan berbaur dengan beberapa BTS (Brevet Technique Superieur) dan perusahaan. Juga akan uji coba mesin CNC (Computer Numerical Control) yang sedianya akan dikirim ke Indonesia pada tahun 2015 ini.
Pertemuan itu sangat berguna bagi kami sebagai bekal untuk beraktifitas selam beberapa bulan di negeri orang. Bagaimana kami harus memposisikan diri dan hal apa yang akan dikerjakan selama berproses.
Juga, persiapan pakaian yang harus kami bawa. Untuk menyesuaikan diri dengan cuaca disana. Kami merasa seperti anak kecil yang akan pergi jauh. Mendapatkan petuah-petuah orang tua yang sudah kenyang dengan asam garam kehidupan. Suasananya penuh dengan haru.
Terkadang kita cepat mengingat sesuatu yang diterima pada saat suasana yang intuitif dan penuh emosi. Karena wilayah berfikirnya sudah pada ranah bawah sadar. Seperti yang dikatakan oleh Adi W. Gunawan Pakar Hipnosis Indonesia bahwa: Ranah emosi terletak dialam bawah sadar, subconscious mind. Ada faktor kritis yang menghubungkan antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.
Jika seseorang sudah mampu menembus faktor kritis ini maka kekuatan mengingatnya lebih sempurna dibandingkan kemampuan pikiran sadar. Oleh karena itu mengapa kejadian yang penuh emosi pada puluhan tahun yang lalu masih bisa dengan jelas kita ingat sampai sekarang. Suasana itulah yang kami rasakan malam ini. Begitu menyentuh. Kami hanya bisa menunduk, mengembara dalam pikiran masing-masing. Sesaat membayangkan suasana dan tempat-tempat yang disebutkan dalam diskusi itu.
Pada saat yang sama, Pak Bag langsung telpon Vincent Coquin. Koordinator pelaksana di Prancis. Dia ternyata yang akan menyambut kami di Bandara bersama Catherine Lemonnaire, guru Bahasa Prancis yang telah membimbing kami sebelum berangkat.
Dari beberapa penjelasan, kami bisa melihat secara makro formulasi kegiatan. Goal yang diharapkan. Dan hal-hal teknis yang harus dipersiapkan. Malam itu kami pulang dengan lega. Beberapa pertanyaan yang mengendap dalam pikiran tercerahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H