Mohon tunggu...
Badrut Tamam
Badrut Tamam Mohon Tunggu... profesional -

Berusaha Mempersembahkan yang Terbaik dalam Setiap Proses...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemilau Colza di Bumi Prancis (Pengantar)

2 Februari 2016   20:39 Diperbarui: 7 Februari 2016   22:31 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Puji syukur ke hadirat Allah swt yang telah memberikan petunjuk dan kekuatan dalam proses penyusunan buku ini. Semoga dapat memberikan manfaat dan inspirasi perubahan dalam membangun pendidikan di Indonesia.

Walaupun kami tulis catatan perjalanan ini langsung dari Prancis, saat kami bertugas. Tak menutup kemungkinan pandangan kami tentang pendidikan di Prancis belumlah cukup dijadikan acuan yang utuh akan kondisi riil pendidikan di negeri Napoleon itu. Tapi paling tidak, apa yang kami susun ini adalah pengalaman langsung yang terjadi dan kami rasakan selama bertugas.

Banyak hal baru yang kami rasakan. Tidak hanya tentang pendidikan, tata cara hidup dan bermasyarakat, bergaul dan membina hubungan baik antar personal merupakan kesan tersendiri yang tidak bisa kami lupakan. Pola hidup masyarakat di Prancis merupakan satu kesatuan utuh yang telah membentuk karakter dan budaya kemajuan. Terutama kemajuan di dunia industri. Hal itu tidak lepas dari proses revolusi panjang, selama bertahun-tahun. Bahkan dalam hitungan abad.

Observasi yang kami lakukan dimulai jam 08.00 pagi hingga 18.00. 5 hari dalam seminggu, yakni Senin sampai Jumat. Di rumah pun kami masih mempunyai tugas menganalisa dan menyimpulkan setiap temuan selama observasi. Jika ada hal yang kurang jelas kami selalu dipersilahkan untuk bertanya pada nara sumber. Yakni orang-orang yang kami temui selama observasi. Baik di lingkungan pendidikan, ataupun perusahaan tempat kami berkunjung.

Di sela-sela rasa capek dan ngantuk, teman-teman dari Prancis selalu menawarkan diri untuk mengajak kami ke tempat-tempat bersejarah, cagar budaya, ataupun hanya sekedar jalan-jalan ke pantai. Hubungan kami seperti sahabat. Perbedaan budaya dan cara hidup tidak menjadi penghalang bagi kami untuk membangun kebersamaan.

Sedangkan laporan utuh dan komprehensif selama observasi sudah kami sampaikan ke Direktorat Pembinaan SMK Kemdikbud RI, sebagai sebuah pertanggung jawaban pada lembaga yang telah mengirimkan kami itu. Tentu bahasanya tidak seperti dalam buku ini. Jelas lebih formal dan mengikuti kaidah penulisan ilmiah.

Buku ini memang dikemas dengan bernarasi. Sebagai sebuah catatan perjalanan yang kami temui. Baik bersifat pribadi, kelompok dan pandangan makro tentang pendidikan Prancis. Harapannya dengan gaya penulisan seperti itu seolah kami bercerita, dalam suasana santai. Lebih tepatnya serius tapi santai.

Ada banyak orang yang telah berjasa selama proses itu. Diantaranya Direktur PSMK, Drs. Mustaghfirin Amin, MBA. Yang telah mendukung semua proses. Dari persiapan, pemantauan selama di Prancis dan penyambutan ketika pulang ke tanah air. Bahkan sebelum kami berangkat, kami di berifing khusus di Jakarta. Harapannya kami bisa menempatkan diri dan menjalankan tugas secara maksimal.

Selain itu dukungan dari Seamolec dalam hal ini diwakili oleh Bagiono Djojosumbogo, mempunyai arti penting selama proses. Beliau telah memberikan arahan cara bergaul dengan benar dengan orang-orang Normandie. Kami tidak heran mengapa Mantan Atase pendidikan di KBRI Prancis ini begitu faham cara bergaul disana. Karena beliau pernah bertugas selama sekian tahun di Paris dan kuliah S1 nya di daerah Marsaille, kota selatan Prancis. Di tengah-tengah asyiknya kami melaksanakan tugas, beliau menyempatkan diri mengunjungi kami, di sela-sela kunjungan ke Spanyol.

Selama di Prancis kami selalu diarahkan oleh Didier PINEL, kepala sekolah di Fecamp. Beliau koordinator kegiatan ini di Normandie. Dengan gayanya yang lugas tanpa basa-basi selalu menjawab kehausan kami tentang pendidikan disana. Vincent Coquin, Philipe Callonec dan Catherine, teman sekaligus guru yang mengarahkan kami dari persiapan di Indonesia sampai perjalanan kami disana. Mereka tidak sungkan-sungkan mengarahkan kami. Dan selalu bertanya: ‘Apakah kami krasan…?’

Jika sudah kelihatan tidak bersemangat, mereka selalu punya ide untuk membuat hati kami bahagia. Seolah mereka tahu, tidak mudah berada di negeri orang dalam waktu yang relatif lama. Di daerah Le Havre, ada Yuyu Hagenbucher. Wanita asal Bandung yang telah lama tinggal di Prancis. Beliau menerima kami sebagai keluarga yang lama tidak ketemu. Melihat kami seolah menawarkan kerinduan pada kampung halaman.

Masih di Le Havre, Nicole Millene, Karina, Magali Bouye dan Hamid Wardi. Untuk orang terakhir yang kami sebut adalah pria keturunan Maroko. Dengannya kami bisa berdiskusi menggunakan bahasa Inggris, Prancis dan Arab. Gayanya yang sumringah membuat kami seolah tidak ada batas. Dia menunjukkan tempat-tempat dimana kami harus mencari makanan Asia, yang cocok untuk lidah kami.

Ada perasaan haru ketika kami pulang. Orang-orang baik itu sudah terlanjur kami anggap sebagai teman. Bahkan lebih dari itu. Perasaan berat dan bimbang mewarnai jiwa kami. Antara pulang ke kampung halaman dan berdiri menatap mereka sebagai tanda perpisahan. Pada waktunya tiba kami harus pergi meninggalkan mereka, karena di pundak kami ada tugas dan tanggung jawab yang harus kami tunaikan, setelah beberapa bulan belajar.

Kami merasa seperti sekelompok pasukan yang dilatih dan digembleng di kawah candradimuka. Dengan harapan membawa perubahan baru untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik. Mungkin kata-kata kami terkesan lebay dan hiperbolik, tapi memang itulah adanya. Ada banyak pelajaran yang kami petik. Semoga di buku ini pembaca bisa menemukan sesuatu yang berarti, yang bisa menginspirasi untuk kemajuan negeri, tanah air kita Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun