Selanjutnya kajian disertasi ini menjelaskan realisasi signifikansi Kiai Djauhari, Kiai Tidjani dan Kiai Ahmad Fauzi terhadap inti keyakinan dan nilai inti Tarekat Tijaniyah. Pun untuk mengidentifikasi pemikiran ketiga kiai tersebut saat mereka menginterpretasi pengamalan dan obsesi mereka sebagai praktisi Tarekat Tijaniyah berlatar histori keluarga, afiliasi, latar belakang intelektual serta orientasi masa depan dengan impelentasi di lembaga pendidikan sebagaimana terjadi di PP. Al-Amien Prenduan.
Selanjutnya Iwan Kuswandi melalu pemaparannya yang lugas, tangkas dan ringkas menyimpulkan bahwa ketiga tokoh pengamal Tarekat Tijaniyah yang sekaligus  pimpinan pesantren, saat akan memutuskan kebijakan  tidak hanya menggunakan tinjauan syariat akan tetapi juga tasawuf.
"Penelitian ini juga membantah teori bahwa tindakan seseorang (motif keseluruhan) adanya motif masa lalu (motif karena) dan motif masa depan (motif agar) sebagaimana dikemukakan teori fenomenologi sosial Alfred Schutz,"jelasnya.
Pencerahan juga diperoleh melalui penelitian itu terutama terkait pengamalan tarekat dilingkungan pesantren. "bahwa  pengamalan tarekat kiai pesantren bukan berarti kemudian menjadikan sebuah pesantren tersebut menjadi pesantren tarekat. Peneliitian mengungkap adanya internalisasi nilai-nilai dari tarekat bukan pada formalisasi tarekat dalam    pesantren," pungkasnya.
Ucapan selamat atas raihan gelar doktor oleh Iwan Kuswandi disampaikan Badrut Tamam.
"Selamat dan sukses atas diraihnya gelar doktor Pendidikan Agama Islam oleh saudara Dr. Iwan Kuswandi, M.Pd semoga ilmunya penuh keberkahan, Amin," tutur Badrut Tamam yang merupakan dosen Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda.#
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H