Mohon tunggu...
Tamam Malaka
Tamam Malaka Mohon Tunggu... social worker -

pejalan yang menyukai sunyi tetapi pun menyenangi keramaian alam pikir umat manusia

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kenapa Kaum Sufi Harus Jauhi Dunia?

26 November 2015   08:57 Diperbarui: 26 November 2015   10:06 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="doc.maryam-blog.blogspot.com"][/caption]Bagi seorang sufi, berpikir itu sama dengan berbuat. Ketika ia minum air putih, tetapi diimajinasikan sedang minum khamr, maka ia dihitung mabuk yang hukumnya haram. Begitu pun saat membayangkan seorang wanita lain yang bukan istrinya. 

Isi pikiran adalah apa yang diperbuatnya. Apa yang dipikirkan dan dikatakannya memiliki keselarasan dan ketersambungan dengan perbuatan. Ia bukan menjauhi dan menghindari urusan duniawi. Ia hanya menjaga nama dan amalnya tak dikenal. Karena ia menyadari betapa kodrat manusia mudah goyang oleh keindahan, pangkat dan tipu daya hawa nafsu dan bisikan syaitan. 

"Waduh. Gaswat. Gaswattt. Lalu bagaimana dengan diriku ini yang sedang jatuh cinta sama Juleha bos?? Sehari saja wajahnya tak hadir dalam benak, sepi rasanya suasana hari," kata seorang lelaki yang kumisnya sangat tipis. 

"Ya mbuh. Aku kan cuma menceritakan apa yang kudengar kemaren malam itu," kataku. 

"Mungkin itu tergantung minatmu teringat atau mengingat Juleha masbro," kata teman yang lain mencoba menimpali, "Apakah karena keindahan yang terpahat di wajahnya, ataukah karena sebab hawa nafsumu?" 

"Oh, bukan bro. Ini murni bukan sebab hawa nafsu bro," sahutnya, membuat yang lain tertawa panjang. 

"Lalu?" 

"Ini murni sebab keunikan dan estetika keindahan yang terpantul dari wajah dan senyumnya itu kok. Nek ngunu lak piye hukume?" 

"Ha ha, yo embuh. Aku bukan ahli agama jeh dab!" 

"Lha aku beda lagi. Tiap kali duduk di taman bareng istriku, aku selalu membayangkan yang duduk itu bukan istriku, tapi seakan-akan yang duduk di sebelahku itu adalah mantanku yang dulu..." sambung teman lainnya lagi. Penuturannya yang polos sontak bikin kami terbahak-bahak. 

"Aha, aku tahu bagaimana cara kita bisa mengetahui jawabannya!" Katanya. Kami langsung serempak menggiring pandangan padanya. Penasaran ingin tahu. 

"Sebentar ya..." Katanya. Ia mengeluarkan sesuatu dari tas kecilnya. Sepotong tablet ukuran 8 inchi. Agak lama juga ia mengotak-atik tablet di tangannya. 

"Ada sih pas tak googling. Hanya saja kok malah tambah ruwet ya semakin banyak web yang kubaca?" katanya, pasrah. 

"Apakah itu berarti menandakan betapa pentingnya kehadiran seorang guru ya?" kataku menyela setelah beberapa saat kami terdiam 

[caption caption="do

c.mubi.com"]

[/caption] 

renungan hati lainnya

(tak) Selalu Ada Jalan Keluar

Benar Menurutmu, Buatmu Sajalah!

 

Abu Nawas Asli Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun