Saya bukanlah pecinta binatang. Tetapi melihat bayi kucing yang masih sama sekali belum mandiri bertahan hidup, membuat saya tak ingin melihatnya mati begitu saja. Kadung ada di hadapan mata ada kejadian macam itu. Saya juga teringat, kucing termasuk binatang kesayangan Nabi saya, Rasulullah Muhammad Saw. Karena itu, saya berusaha merawat sebusa mungkin. Minimalnya, jika sudah cukup usianya, yaitu usia mereka sudah tahu caranya bertahan hidup. Saya amati mereka punya cara sendiri dalam bertahan.
Beberapa hal istimewa saya catat dari pengalaman bersama kucing tersebut; pertama, kembalinya sang induk. Saya menduga, di hari Minggu yang tak ada orang, dan tak tersedia makanan sama sekali anak-anak kucing itu pastilah kelaparan.
Bisa saja, suara-suara lapar mereka mampu memancing naluriah keibuan sang induk. Dan pastinya juga mampu memulihkan kesedihan kehilangan beberapa anaknya.
Kedua, kepedulian besar sang induk pada anak yang bukan kandungnya, yaitu si kuning. Bahkan tiap kali si kuning panik dan bingung, si induk segera bergegas, dan membawanya ke dalam dekapannya. Sungguh ajaib. Hewan pun naluri keibuannya luar biasa peka!
Ketiga, perhatian anak-anak kecil juga sama ajaibnya bagi saya. Kepedulian dan empatinya itu lho. Kuat. Saya jadi sadar fitrahnya manusia ya cinta. Kasih dan sayang pada semua makhluk. Allahu Akbar
Â
[caption caption="pribadi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H