Jelas ini kabar bahenol. Apalagi jika trend itu bisa menular ke sini. Pasti keren. Sekeren hebohnya Rok Mini, sampai soal trend duduk mengangkang di atas motor. Ya, saat ini sedang mendunia trend hari tanpa memakai celana. Siap?
[caption id="attachment_316151" align="alignnone" width="448" caption="doc | merdeka.com"][/caption]
Hidup itu harus selalu up date. Harus senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Sebab jika tidak, konon kabarnya kita yang akan digerus oleh zaman itu sendiri. Termasuk soal trend satu ini yang sudah berkembang di 60 Negara di dunia.
Saya tidak tahu, mengapa soal hidup trendi yang ini belum menjamur di tanah air, padahal tak kalah kerennya dengan goyangan-goyangan khas yang beredar secara beruntun di tanah aiar.
Trend tersebut adalah Perayaan Tradisi Hari Tanpa Celana, dirayakan pada setiap tanggal 13 Januari. Dalam perayaan yang diistilahkan dengan No Pants Subway Ride tersebut, setiap orang diwajibkan hanya memakai celana dalam, bahkan G-String (halah, istilah apalagi ini, wkk wkkk) saat mereka datang ke kereta bawah tanah, busway atau komuter. Mereka datang ke stasiun secara bergerombol dan tiba-tiba melepaskan celana di dalam kereta.
Semula, di awal kali digelar, perayaan Hari Tanpa Celana hanya diikuti oleh tujuh orang saja. Namun demikian, berbelas tahun kemudian sudah menjalar dan menjadi trend tersendiri hingga ke puluhan negara. Ribuan orang dengan gembira mengikutinya dengan tangan terbuka. Dahsyat.
Tiap peserta mengemas celana dalam mereka semenarik mungkin demi menarik perhatian. Namun semua peserta tetap harus memakai celana dalam. Syarat lainnya adalah dilarang berbicara satu sama lain, dan diminta membawa surat kabar atau buku. “Jika ditanya, katakan Anda lupa memakai celana,” tukas salah satu penyelenggara di Sydney, seperti dilansir dari kompas.com.
Rammi Glomp, peserta dari London sengaja mengemas celananya dengan warna merah gemerlapan. “Aku mungkin akan memakai sepasang celana dalam warna merah gemerlapan, sehingga orang-orang tak akan melupakanku,” tuturnya sebagaimana dilansir, solopos.com.
Bahkan di Hongkong, sekitar 40 orang, termasuk di antaranya warga Australia, Bess Hepworth dan anaknya yang berusia 18 bulan, bela-belain bergabung menyusun kegembiraan bersama. “Ini pertama kalinya dia di depan publik tanpa celana, meski ia sudah sering melakukannya,” cetus seseorang mengomentari Hepworth (kompas.com).
Di Beijing, masih dilansir kompas.com, meski masih membuat bingung warganya, juga terdapat yang merayakannya. Di antaranya adalah Huang Li. “Saya ingin menunjukkan bahwa (Orang China) sekarang sudha mendunia,” papar Hung Li. Perayaan Hari Tanpa Celana itu sendiri sudah sudah memasuki tahun ke 13 tahun ini.
Berawal dari Gurauan
Sebenarnya, diberitakan oleh solopos.com, perayaan Hari Tanpa Celana bermuasal dari sebuah gurauan belaka. Gurauan yang sifatnya tantangan tersebut dicetuskan dalam status Facebook. Pengguraunya adalah London Rammi Glomp. Tepatnya, yaitu pada tahun 2002, diawali oleh grup acting Improv Every Where asal New York. Untuk mengejutkan penggemarnya, mereka melepas celana mereka dalam aksi.
“Misi ini dimulai sebagai lelucon kecil. Kami memulainya dari 7 orang, dan telah tumbuh menjadi sebuah perayaan kekonyolan internasional, di mana puluhan kota di seluruh dunia turut berpartisipasi setiap tahunnya,” demikian kata mereka dalam laman FB.
Bagaimana di Indonesia?
Tampaknya, warga di negeri ini sudah terlalu banyak memiliki hari perayaan. Praktis sudah tak sempat lagi untuk kian menambah-nambah koleksi perayaan. Lebih-lebih, hampir masing-masing individu memiliki cara khasnya sendiri.
Tengok saja warung-warung kopi (Warkop). Setiap pagi, siang hingga malam hari, Warkop senantiasa full dengan para peserta yang ingin sesekali waktu merayakan hari yang paling spesial mereka lepas beban hidup sehari-hari. Belum lagi perayaan khusus pernikahan, warga menggelar habis-habisan joged bareng dalam irama dangdut yang mesra dan mengharu-biru.
Generasi muda juga memiliki perayaannya sendiri yang khas, terutama setelah detik-detik kelulusan sekolah. Mereka merayakannya dengan berkendara di jalanan dengan gembira. Sesekali jika perlu merayakannya dengan hari dengan tawuran.
[caption id="attachment_316157" align="alignnone" width="480" caption="doc | kuliner.panduanwisata.com -"]
Belum lama ini, saya baca di media, telah muncul perayaan populer, menenggak minuman oplosan dengan racikan istimewa bermacam-macam ramuan yang belum pernah ada di dunia. Para politisi juga seringkali merayakan kegembiraannya dengan slogan-slogan di pinggir jalan, televisi atau surat kabar.
Saya pribadi, merasa cukup bergembira dengan merayakan kebahagiaan pikiran via Kompasiana. Meski terkadang, sepi komentar dan pembaca. Tidak masalah. Di saat Kompasiana sedang sehat, kita bergembira, karena bisa saling bersahutan dalam halaman komentar. Di saat Admin sedang sedih karena kendala teknis, ya tetap bergembira. Konon, sahabat sejati adalah saat ia mendatangi kita tidak saja kita sedang merayakan kemenangan dan kebahagiaan, tetapi juga di saat keadaan yang sulit dan mungkin sedang galau-gulana.
Baik, mari tetap merayakan sharing and connecting..
[caption id="attachment_316158" align="alignnone" width="639" caption="doc | nahimunkar.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H