Mohon tunggu...
Tamam Malaka
Tamam Malaka Mohon Tunggu... social worker -

pejalan yang menyukai sunyi tetapi pun menyenangi keramaian alam pikir umat manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wow, Muncul Candi Baru di Halaman Candi Mendut!

29 April 2014   15:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:04 2281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_333829" align="alignnone" width="640" caption="postwall.blogspot.com"][/caption]

Berita yang menggemaskan. Sebuah candi baru telah ditemukan. Dan anehnya, candi tersebut ditemukan di halaman Candi Mendut!

Ya, bagi saya ini cukup bikin gemas. Penemuan Candi baru tersebut adalah isyarat betapa negeri ini butuh lebih banyak lagi para ahli yang memiliki kepekaan dan kepedulian yang kuat atas pelestarian dan penggalian benda-benda peninggalan leluhur.

Bisa dibayangkan saja, Kerajaan-Kerajaan besar dan keren-keren di negeri kita masih sangat minim penggalian datanya, bahkan soal lokasinya saja masih sumir, seperti lokasi kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Yang konon, peradaban termaju di Nusantara.

[caption id="attachment_333833" align="aligncenter" width="400" caption="Megah dan Eksotis: Candi Muara Takus (Sriwijaya) | lintas.indopos.co.id"]

13987358021305050856
13987358021305050856
[/caption]

Pakar epigrafi dan sejarah kuno Indonesia, Profesor Boechari, dengan miris pernah menyatakan dalam bukunya, Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti, bahwa untuk mengetahui informasi lebih banyak soal sejarah kita, harus menunggu kabar dari data-data yang sudah berada di luar.

[caption id="attachment_333832" align="aligncenter" width="600" caption="Candi Tikus: Keindahan dan cita rasa seni bangunan Ala Majapahit | www.iwantgoto.com"]

1398735435312817767
1398735435312817767
[/caption]

Sehingga, jelas beliau, kita perlu berinisiatif menggalinya sendiri melalui pencarian prasasti-prasasti yang mungkin masih belum diketemukan. Lebih-lebih jika menyimak penuturan Muhammad Anis (kompas.com), Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia (UI), seperti dilansir kompas.com, bahwa program studi yang dianggap kurang favorit adalah jurusan arkeologi, sastra jawa, sejarah, dan filsafat. Nah lho. Miris banged bukan?

Dalam catatan kompas.com lainnya, menyebutkan bahwa Indonesia mengalami krisis tenaga peneliti di bidang arkeologi. Sekarang, jelas kompas.com, hanya ada empat universitas yang memiliki jurusan arkeologi dengan jumlah lulusan total rata-rata 80 orang per tahun.

Jumlah yang amat kurang dengan kebutuhan tenaga peneliti arkeologi. Mengutip Junus Satrio Atmodjo, Staf Ahli Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Bidang Hubungan Antar Lembaga, idealnya di setiap kabupaten/kota ada kantor unit pelaksana teknis atau balai arkeologi karena di setiap kabupaten/kota memiliki peninggalan bersejarah.

Sedangkan fakta yang muncul di lapangan, hanya terdapat empat perguruan tinggi yang mempunyai jurusan arkeologi, yaitu Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta), Universitas Indonesia (Jakarta), Universitas Udayana (Denpasar), dan Universitas Hassanudin (Makassar).

Maka adalah wajar, hingga saat ini, data sejarah semacam babad masih belum (langka) yang mengulas secara ketat dengan pertemuannya konteks realitas yang benar. Tak ayal, muncul banyak versi sesuai asumsi masing-masing. Sebagai anak bangsa, yang tak memiliki kemampuan yang keren di bidang penelitian sejarah, saya pun hanya menjadi penikmat sejati yang kerap dilanda kebingungan. Terjebak mana yang benar dan mana yang benar-benar valid.

Candi Baru di Halaman Candi Mendut

Penemuan Candi baru ini ditemukan oleh Balai Konservasi Borobudur (BKB) menemukan candi baru di halaman Candi Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Menurut penelitian BKB, Struktur candi itu bukan terbuat dari batu seperti struktur candi Mendut dan Borobudur, melainkan berupa bata berukuran besar.

[caption id="attachment_333831" align="aligncenter" width="560" caption="Candi Mendut tahun 1980| www.iwantgoto.com"]

1398734936994540761
1398734936994540761
[/caption]

"Kami terus lakukan penggalian dan benar ada pondasi bata," terang Koordinator Pokja Pemeliharaan BKB, Yudi Suhartono, sebagaimana dilansir kompas.com. Dijelaskan Yudi, penemuan tersebut tergolong langka. Pasalnya,letak pondasi bata di bawah bangunan Candi Mendut terbuat dari batu andesit.

Diperkirakan, pondasi bata ini adalah struktur bata pada masa kerajaan Mataram kuno. Hal ini jika diteliti dari dari ukuran bata yang besar, sepanjang 34 centimeter, tebal 13 centimeter dan lebar 23 centimeter.

Penemuan BKP ini tentu adalah kabar yang luar biasa. Semoga ini menjadi petanda bangkitnya spirit kecintaan pada sejarah dan aset-asetnya, baik yang sudah diketemukan dan yang belum diketemukan, seperti aset Kerajaan Majapahit, Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan lainnya di Nusantara.

Presiden dan Cinta Leluhur

Bangsa yang kuat adalah bangsa yang mencintai leluhurnya. Cinta kepada leluhur berarti akan selalu terekam ingatan akan warisan nilai, aset peninggalan, baik materi maupun non materinya.

Masih banyak aset-aset budaya yang tersimpan di tanah Nusantara. Mulai dari Sabang sampai Merauke yang masih perlu digali dan dicari. Ini semua adalah tugas anak-anak bangsa. Rasa cinta akan tanah air dan para leluhur yang telah mewariskan khazanah kebudayaan dan peradaban yang adiluhung.

Oh, Tuhan yang Mahakuasa. Semoga Engkau menghadiahkan kami pemimpin-pemimpin terbaik bagi negeri tercinta kami ini untuk mengurusnya. Siapapun pemimpin kami nanti, Jokowi, Jusuf Kalla, Prabowo, Mahfud MD, Ical, atau siapapun yang menjadi kehendakMu, semoga Engkau jadikan dia mencintai bangsa ini secara sempurna ...

Jayalah negeriku. Jayalah generasinya. Jayalah peradabannya..

[caption id="attachment_333837" align="aligncenter" width="448" caption="bolosirullah.blogspot.com"]

139873610958830492
139873610958830492
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun