Mohon tunggu...
Tamam Malaka
Tamam Malaka Mohon Tunggu... social worker -

pejalan yang menyukai sunyi tetapi pun menyenangi keramaian alam pikir umat manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eh, Memangnya Anda Serius Nih, Betul-betul Siap Jadi Penulis?

4 Mei 2014   12:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:53 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis itu keren. Tapi juga kadang suka menjengkelkan. Bikin esmosi. Bahkan, kadang juga suka menghabiskan isi dompet. Hanya hamba-hamba terpilih saja yang bisa memasuki ruangan-ruangan indah nan eksotisnya.

Karena itu, ketika kita ngompasiana dan melakukan ritual posting, pernahkan terlintas dalam benak kita, bahwa ketika kita memposting naskah maka merupakan bagian dari seni pembelajaran menjadi sosok penulis? Jika demikian, sungguh-sungguhkah kita benar-benar bersiap menuju istananya para penulis?

Setidak-tidaknya, saya memiliki gagasan uji nyali untuk kita datangi sebagai tanda kita benar-benar sudah sadar bahwa kita ini sedang bermimpi menasbihkan diri sebagai penulis. Pertama, sudahkah apa yang kita tulis dan sudah kita posting tersebut berdasarkan landasan dan data yang benar dan tepat? Atau jangan-jangan apa yang kita tulis sekedar asal-asalan belaka? Atau hanya sekedar sebagai sensasi testing pengalaman menulis?

Kedua, menulis itu adalah upaya menyodorkan pandangan pribadi tentang sesuatu. Namanya juga tulisan yang ditulis menurut sudut pandang pribadi, maka otomatis bakal berhadapan dengan penulis-penulis lain yang memiliki sudut pandang yang berlainan. Bagaimana sikap Anda ketika pihak yang berlainan dalam melihat dan memecahkan masalah, tiba-tiba muncul dan main kritik? Apakah menerima begitu saja demi toleransi? Apakah ngotot bertahan pada pendapat kita dan menyalahkan pihak tersebut demi mempertahankan pandangan?

www.jagatreview.com

Kalau saya pribadi sih, pilihan saya adalah ngotot. Ngotot pada pilihan pikiran kita sendiri, sekiranya memang apa yang kita ulas sudah berdasarkan argumentasi dan fakta lapangan yang kuat mengapa harus menyerah pada sudut pandang pihak lain? Kita harus pede dan tampil argumentatif sejauh apa yang kita sajikan itu memang kuat basis data dan analisisnya. Sebab, adakalanya orang main kritik bukan sebab keinginan atau hasrat menjatuhkan. Akan tetapi, memang pada dasarnya ia memiliki titik kesimpulan yang berbeda dengan kita. Jika sampai pada posisi seperti ini, yang perlu kita lakukan adalah salaman (hehehehehe). Biarkan ia dengan pendapatnya, dan kita dengan pendapat kita sendiri.

Ketiga, sudahkah kita mengenali bahwa tulisan itu ragam modelnya? Banyak sih model tulisan. Misalnya, tulisan berbentuk curhatan atau keluh kesah. Tulisan berbentuk mengemukakan pendapat atas realitas tertentu. Tulisan yang bersifat menginformasikan fenomena tertentu. Tulisan model curhatan tentu saja basis datanya adalah pengalaman kita sendiri. Tulisan model opini tentu saja berdasarkan data lapangan yang kita berhasil kita amati kemudian kita oleh menurut versi kita sendiri untuk menanggapi dan mengemukakan analisa, sedangkan model informatif berdasarkan kejadian-kejadian terbaru.

Masing-masing jenis model tersebut memiliki tanggan dan kaidahnya sendiri dari pembaca. Jika model curhatan maka yang berkomentar biasanya memberikan masukan, saran dan dukungan. Jika model opini, dapat memunculkan pihak-pihak lain yang memiliki sudut pandang dan banding data yang bisa saja 100% berbeda dengan apa yang kita analisis. Kalau data informatif, sambutan bisa berupa rasa terima kasih karena sudah memberi informasi.

Keempat, apa pilihan sikap yang harus kita perbuat sekiranya ada pihak yang 100% berbeda pandangan dengan pandangan kita? Apa pilihan sikap kita ketika berhadapan dengan pihak yang memiliki pandangan yang serupa? Atau bahkan, pilihan sikap saat ada pihak yang merasa terbantu dengan informasi tulisan kita? Saya kira ini perlu kita belajar memahami bahwa ketika tulisan sudah diposting maka pembaca memiliki hak untuk merespons sesuai dengan pandangan yang mereka miliki dan kita juga memiliki hak untuk memilih pandangan kita itu.

Sifat pembaca juga banyak ragamnya. Ada yang mendukung. Ada yang senang mengkritisi. Ada yang hobi menyimpulkan dan memberikan catatan tambahan. Ada juga yang bersifat sinisme dan pesimis. Bahkan bisa juga sembari mencemooh. Dengan mengenali model pembaca, kita bisa tabah dan tawakkal pada keadaan yang kita pilih.

Maka tanda tanya besarnya, sudah benart-benar siapkah kita menyambut dunia tulisan ini yang beragam pandangan dan sikap masing-masing pembaca?

Mari sakralkan proses menulis kita …

1399093728349593625
1399093728349593625
campurdotkom.blogspot.com



Bila Dirasa Keren, Perlu Juga Nikmati Ulasan ini:

Berguru pada Empu Keris Dalam Menulis

Berhati-Hati Saat Ngompasiana ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun