Pada tahun 1293 itu pula, Raden Wijaya membangun sebuah kerajaan yang kemudian ia beri nama ”Majapahit”.
Raja-raja kerajaan Majapahit terdiri dari Raden Wijaya (1239-1309), Jayanegara (1308-1329), Tribuwana Tunggadewi (1328-1350), Hayam Wuruk (1350-1387), dan Ratu Kusumawardini (1389-1429).
Kapabilitas Maritim Kerajaan Majapahit
Saat Kertarejasa (yang kemudian mengganti namanya mengganti Raden Wijaya) memimpin Majapahit, dia menghadapi tantangan untuk melindungi pelabuhan bekas Sriwijaya yang baru saja dikalahkan, yang mana terbentang dari Sumatra, semenanjung Malay, dan Borneo. Untuk membangun kekuatan angkatan lautnya, Wijaya mempersiapkan proporsi dari penjualan lada ke luar kerajaan untuk membiayai kapal dan awak kapal yang berasal dari Jawa bagian utara (Wisseman,1976).
Dengan keberadaan angkatan laut ini, Kertanegara mampu mendominasi selat Malaka dan melindungi jalur perdagangan yang sering diserang oleh bajak laut yang berasal dari laut wilayah kerajaan Khmer.
Marcopolo menggambarkan kemampuan ini membuat Kertanegara mampu mengumpulkan kekayaan yang sangat banyak bagi Majapahit :
“The treasure in the island is beyond all computation. It is from this island that the merchant of Quanzhou and Manzi (Southern China in general have derived and continue to derive a great part of their wealth” (Paine,2013)
Hal ini menyebabkan kecemburuan oleh raja dari kerajaan Yuan. Pertempuran terjadi tahun 1289, dan meski kehilangan Kediri, Kertarejasa berhasil mengumpulkan kekuatan Trowulan.
Terbujuk dengan gigihnya perjuangan Raden Wijaya, orang-orang dari pulau Banda dan Seram bersatu dengan Wijaya untuk mengalahkan pasukan Yuan.
Tidak hanya mendapatkan kemenangan, Wijaya pun dipercaya untuk memperdagangkan rempah-rempah yang berasal dari dua pulau tersebut.
Kecanggihan maritim kerajaan Majapahit diakui sebagai salah satu yang termaju di zamannya, pelabuhan-pelabuhan laut ataupun sungai memperlihatkan jaringan perdagangan global yang cukup maju.