Mohon tunggu...
tama chan
tama chan Mohon Tunggu... -

Lorem Ipsum Dolor

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Semangkuk Sayur Hangat dari Ibu

7 Juni 2010   18:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:41 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di siang hari yang panas itu, Mayang berjalan dengan cepat. Perpaduan antara ranselnya yang besar dan berat serta tubuh gembulnya yang terbalut seragam putih – abu-abu itu membuatnya terkesan seperti berlari tergopoh-gopoh. Tapi ia tidak peduli. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah pulang ke rumah dan menyingkir dari suhu jalanan yang panasnya tak karuan akhir-akhir ini. Bayangan air dingin yang segar dari kulkas dan nasi sayur hangat buatan ibu nya menjadi motivasi tambahan mayang untuk segera pulang. Sesampai di teras, mayang langsung masuk begitu saja. Tanpa mengetuk pintu, tanpa melepas sepatu di luar. Suhu udara yang panas telah menjadikannya pelanggar hukum tak tertulis di rumahnya sendiri. Lagian, bukannya peraturan itu dibuat untuk dilanggar? “Ibuuu…!” mayang berteriak sembari melintasi ruangan. Tak ada jawaban. Tapi suara ketukan pisau metal dan kayu yang bertempo tetap menandakan bahwa ada seseorang di dapur. Ibunya, mungkin. Mayang segera berlari ke dapur. Dan memang benar, ada ibunya di sana, ditengah kepulan asap sayur, berdiri membelakangi mayang, sedang memotong sayuran. “Ibu masak apa? Masih lama nggak?” Mayang bertanya, tapi ibunya tidak bergeming. Ia tetap saja memotong sayuran dengan pelan dan tenang. Mungkin ibu sedang marah karena ia tidak mengetuk pintu dan melepas sepatu di luar, pikir mayang. “Iya deh, maafin mayang. Tadi mayang nggak mengetuk pintu dan ngelepas sepatu di luar” Tetap tidak ada jawaban. “Tapi tadi panas banget bu…” “Ya sudah, nggak apa-apa. Sana, kamu masuk dulu.sebentar lagi masakannya mateng” Akhirnya ibunya menjawab. “Ah, terimakasih! Ibu baik deh” mayang mendekat, lalu memeluk dan mencium pipi ibunya dari belakang, “ Lho, badan ibu kok dingin banget? Ibu sakit ya?” “Cuman lelah sedikit kok. Nanti selesai masak ibu mau istirahat” “OK mum! Mayang tunggu di dalam ya!” Setelah membuka kulkas dan mengeluarkan sebuah botol berisi air putih, mayang meninggalkan ibunya di dapur. *** Jarum jam diding baru menunjuk angka 3 sore, tapi koridor rumah sakit itu sudah jarang dilewati orang. Hanya seorang perempuan muda yang dari pagi tadi duduk di bangku panjang yang berada di tempat itu. Wajahnya kuyu, rambutnya kacau. Sesekali wajahnya menegadah, tapi lebih banyak tertunduk. Tenggelam di dalam tangkupan telapak tangannya. ‘Sialan! Seharusnya aku tidak mabuk… seharusnya aku membiarkan si Eko yang nganter pulang ke rumah… seharusnya aku lebih hati-hati…. Seharusnya…. Ah, anjing!’ Perempuan itu mengumpat dalam hati sambil mengacak-acak rambutnya yang sudah dilakukannya entah berapa kali. Pintu di dekat perempuan itu akhirnya terbuka. Dari dalam, muncul seorang laki-laki paruh baya berjas putih. Dengan lembut orang itu menghampiri si perempuan, lalu duduk di sebelahnya. Si perempaun menoleh, menatap mata laki-laki itu penuh arti. Dan si laki-laki membalasnya dengan tepukan lembut di pundak si perempuan. “Maaf…”, Kata laki-laki itu dengan pelan. *** ‘Tok-tok-tok….’ ‘Tok-tok-tok….’ ‘Tok-tok-tok….’ Mayang terhenyak, kembali ke dunia fana setelah cekikikan melihat acara favoritnya di TV. Sudah tiga kali pintu rumahnya diketuk, tapi ibunya belum membukakan pintu. Aneh, pikir mayang. Biasanya bila pintu depan diketuk, ibunya lah yang langsung meluncur, membukakan pintu. Tapi hari ini, hingga ketukan ketiga, bahkan ibunya suara ibunya belum ia dengar. Jadi, nampaknya mayanglah yang harus membukakan pintu. Di luar, mayang mendapati dua orang teman sekelasnya, Amanda dan Martha. Mereka berdua terlihat cemas. “Wah, tumben siang-siang maen? Ada apa nih?” Tanya mayang, “Ayo, masuk dulu” “Mayang!” Amanda langsung memeluknya dengan erat. “May, please jangan sedih ya” sahut Martha. “Heh, ada apa sih?” “May, kita tadi dapet laporan dari ayahku yang lagi jaga di rumah sakit…” “Laporan apa?” “Eee….. tadi pagi ibu mu kecelakaan waktu pulang dari pasar. Ibumu… meninggal di rumah sakit” “Halah, kalian ini bilang apa sih? Ya nggak mungkin lah. Ibuku tuh sekarang lagi masak di da…pu…r” Mayang sadar. Ada yang aneh dengan ibu nya hari ini. Dengan cepat, ia langsung berlari ke dalam. “IBUUU! IBUUU!” sembari berteriak, mayang menyisir seluruh ruangan. Ruang tamu, kosong. Ruang makan, kosong. Dapur, kosong Kamar tidur, kosong Kamar mandi, kosong. Kosong Mayang sadar ada sesuatu. Ada yang salah. Ada yang terlewat… Masalahnya, dia sedang tidak ingin percaya pada apa yang baru saja disadarinya. Dan di atas meja dapur, semangkuk besar sayur hangat tersaji rapi.

Friday, November 13, 2009, 12:50am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun