Setelah mengkaji tentang bagaimana pentingnya emosiprososial pada perkembangansoial dan emosi anak, perlu diketahui bahwa dasar-dasar dari sikap ini tidak tumbuh begitu saja, meskipun salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah gender atau keturunan.Â
Bagaimanapun, karakter dan kemampuan berempati seseorang berkembang sesuai tahapan dan terus berkembang seiring bertambahnya usia. Namun, perlu disadari, bahwa masa kanak-kanak yang merupakan golden age merupakan fase paling krusial dalampemventukan karakter maupun menumbuhkan perilaku prososial pada diri anak.Â
Jika orangtua/pengasuh mampu mengembangkan dan menghasilkan kualtas prososial yang baik dimassa ini, maka besar kemungkinan dewasa nanti dia akanmemiliki kualitas perilaku dan karakter yang baik. Oleh karena itu, berikut tahap-tahap perkembangan perilaku prososial anak yang perlu diketahui oleh orangtua maupun pengasuh:
Tahap 1- Berorientasi pada kepentingan pribadi. Anak-anak pada tahap ini masih berorientasipada keuntungan dan protektif yang kemungkinan didapatnya dari lingkungan sekitar apabila dia melakukan kebaikan sebagai bentuk dari perilaku prososial pada orang disekitarnya. Pada tahap in, perilaku dan perbuatan anak belum didasari oleh rasa kepedulian dan murni keingnan ntuk berbuat kebaikan, tetapi lebih untuk kepentingan pribadinya dan menghindari konsekuensi yang mungkin saja diterimanya jika tidak melakukan kebaikna tersebut.
Tahap 2-Berorientasi pada kebutuhan. Pada tahap ini, bentuik kepedulian yang ditunjukkan oleh anak bukan lagi didasari oleh kepentingan pribadinya saja. Terkadang anak mengekspresikan kepeduliannya terhadapa kebutuhan orang lain sekalipun itu tidak ada hubunannya dengan dirinya secara pribadi. Meski demikian, kepedulian ini hanya munculsebagai bentuk respons dari bantuan yang dibutuhkan oleh orang lain yang membutuhkan bantuan tanpa adanya ekspresi simpati secara verbal maupun empati berupa pemosisian dirinya di posisi tersebut.
Tahap 3_Berorientasi pada penilaian orang lain dan agar mendapat cap sebagai anak baik. Dalam berperilaku danmelakukan perbuatan baik, pada tahap ini, cenderung memaknainya sebagai bentuk dan upaya untuk dapat diterima oleh lingkungan sekitar dan sebagai upaya agar mendapat cap atau agar dipandag sebagai anak yang baik.
Tahap 4a- Munculnya kemampuan reflektif dan empati. Pada tahap ini, pertimbangan utama anak-anak untuk berbuat baik atau melakukan perilaku prososial bukan lagi didasari oleh beberapa alasan diatas semata, naun menjadi lebih kompleks. Hal ini dikarenakan pada diri mereka telah berkembang sikap empati yang kemudian memunculkan pertimbangan, prinsip-prinsip kemanusiaan, dan antisipasi terhadap emosi yang kemungkinan akan mereka dapatkan apabila tidak menolong orang yang membutuhkan bantuan. Hal ini juga lebi luas akan memungkinkan anak merasa bahwa dirinya akan menyesal jika tidak melakukan hal tersebut.
Tahap 4b-Tahapan transisi. Lebih jauh, pada tahap ini, anak mengambil keputusan untuk menolong atau tidak, didasari oleh pertimbangan panjag, yang melibatkan nilai-nilai moralitas, norma, tanggungjawab sosial, serta dorongan yang didasari kesadaran untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik.
Tahap 5-Berorientasi pada nilai-nilai moral yangtelah terinternalisasi dalam diri. Pada tahap ini, pertimbangan anak untuk melakukan atau tidak melakukan perilau prososial dipengaruhi oleh berbagai prinsip yang telah disebutkan diatas, namun, pada tahap ini, prinsip-prinsip tersebut telah tertanam dalam diri anak serta telah menjadi kepribadian anak tersebut.
A.Peran Orangtua Dalam Pengembangan Perilaku Prososial
Beberapa dimensi pola asuh demokratis dalam pengembangan perilaku prososial antara lain: