Perilaku prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul sebagai bentuk dari adanya kontak sosial pada tiap individu. Menurut istilah para ahli, perilaku prososial merupakan hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri.Â
Perilaku ini berupa tindakan yang menguntungkan orang lain, yang secara konkrit meliputi tindakan berbagi (sharing), kerjasama (cooperation), menolong (helping), kejujuran (honesty), dermawan (generously) serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain.Â
Secara ringkas, prososial ini sendiri merupakan perilaku yang mempunyai tingkat pengorbanan tertentu yang tujuannya memberikan keuntungna bagi orang lain baik secara fisik maupun psikologis, menciptakan perdamaian dan meningkatkan toleransi antar sesama namun tidak ada keuntungan yang jelas kepada individu tersebut.
Dalam perkembangannya, adanya emosi prososial yang dominan pada diri anak menjadi aspek penting bagi perkembangan nilai moral maupn perilakunya secara mendasar.hal ini dikarenakan emosiprososial ini berkaitan erat dengan emosi-emosi yang berkaitan dengan empati, yakni simpati dan tekanan pribadi.
Apa itu empati?
Empati sendiri merupakan tambahan respons afektif yang berasal dari ketakutan dan pemahaman akan keadaan atau kondisi emosional oranglain. Misalnya anak melihat orang lain bersedih, anak ini turut merasakan kesedihan tersebut, hal ini yang disebut sebagai empati. Atau yang lebih lazimnya adalah mampu merasakan apa yang orang lain rasakan.
Apa itu simpati?
Simpati adalah respons afektif yang berasal dari empati, tetapi juga kemungkinan berasal dari proses kognitif lainnya. Simpati terdiri dari perasaan yang menimbulkan kesedihan karena kepedulian terhadap oranglain.Â
Tetapi bukan karena merasakan hal yang sama, karena simpati adalah tanggapan afektif yang juga memiliki dasar kognitif, itu berasal dari pengambilan perspektif atau manfaat dari proses kognitif lainnya, seperti mendapatkan kembali memori tentang bagaiaman dulu perasaan saat mendapatkan emosi yang sama. Perasaan ini lebih sering terefleksikan dalam bentuk iba dan kasian atas apa yang terjadi pada orang lain, dan dorongan untuk turut membantunya.
Jadi, simpati seringkali berasal dari hasrat empati, tetapi empati tidak diperlukan untuk mengalami simpati.