Secara kuantitatif, kecerdasan adalah proses belajar untuk memecahkan masalah yang dapat diukur dengan tes inteligensi, sedangkan secara kualitatif kecerdasan merupakan suatu cara berpikir dalam membentuk konstruk bagaimana menghubungkan dan mengelola informasi dari luar yang disesuaikan dengan dirinya. Nah sebelumnya perlu dikenali tipe2 kecerdasan yang pertama kali diusung oleh seorang ahli psikologi Howard Gardner pada 1983 berikut ini: 1. Visual Spatial Inteligence (kecerdasan spasial); merupakan kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara cermat dan akurat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda. Kecerdasan seperti ini terdapat pada orang yang berprofesi sebagai arsitek, pilot, mekanis, fotografer dan sejenisnya. 2. Naturalistic Inteligence ( kecerdasan alam); merupakan kecerdasan dalam bentuk kemampuan untuk mengenali dan memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan hewan, tumbuhan, lingkungan alam sekitar, kesehatan, termasuk gejala-gejala alam beserta sebab-akibat dan hubungannya dengan kehidupan manusia. Bentuk kecerdasan ini kadang ditunjukan dengan menyukai berkebun, memelihara tumbuh-tumbuhan atau pet, dsb. 3. Logical / Mathematical Inteligence (kecerdasan logika); kecerdasan jenis ini merupakan kecerdasan yang banyak di klaim orang sebagai kecerdasan yang perlu dimiliki setiap orang. Padahal tiap-tiap personal memiliki tipe kecerdasan yang berbeda. Kemampuan yang menonjol dari seseorang dengan tipe kecerdasan ini antara lain menanggapi segala sesuatu dengan logika, memiliki perhitungan matematis yang tajam dan akurat, memahami hubungan sebab-akibat dengan baik. 4. Interpersonal Inteligence; Merupakan kemampuan untuk memahami dan bekerjasama dengan orang lain, juga dapat berupa kemampuan mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Orang-orang dengan kecerdasan ini juga dikenal sebagai orang yang peka dan responsif pada gerak gerik dan mampu memberi respon secara efektif lewat komunikasi. Contoh orang dengan kecerdasan ini adalah direktur dan pimpinan sebuah perusahaan. 5. Verbal/Linguistic Inteligence (kecerdasan linguistik); merupakan kecerdasan dalam mengolah kata yaitu kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para jurnalis, pengacara, penyair, dan sejenisnya 6. Existential Inteligence; adalah kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Kecerdasan ini sangat berperan atas penghormatan. Semakin orang menghargai dan menghormati keberadaan sesuatu, maka sebesar itu juga orang lain dan lingkungan sekitar menganggap dan menghargai keberadaan nya. Seseorang dengan kecerdasan ini akan mampu membawa diri dalam lingkungan dimana pun ia dihargai dan dianggap keberadaan nya. 7. Bodily-Kinesthetic Inteligence (kecerdasan kinestetik); merupakan kemampuan dalam menggunakan anggota tubuh secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, dan perasaan. Kecerdasan ini meliputi keterampilan fisik dalam membangun koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan. Kecerdasan ini terdapat pada para atlet, montir, pengrajin, dan ahli kinestetik tingkat tinggi. 8. Interpersonal Inteligence (kecerdasan interpersonal); merupakan bentuk kecerdasan yang berhubungan dengan kesadaran dan kemampuan memahami diri sendiri sehingga memungkinkan seseorang dengan kecerdasan ini mengetahui kelemahan dan kelebihan diri sendiri, serta bagaimana me-managenya. Contoh orang yang memiliki kecerdasan ini yaitu konselor, ahli teologi, dan wiraswasta. 9. Musical Inteligence Namun diluar dari 9 tipe kecerdasan yang tersebut di atas, pada tahun 2016 silam, sang pengusung, yakni Gardner menambahkan satu bentuk kecerdasan lain yakni kecerdasan dalam mengajari dan memahamkan orang lain, yang disebut 'Pedagogical Inteligence' Adanya kecerdasan tidak berlaku tunggal, tapi bagaimana membentuk pola belajar lalu mengembangkannya menjadi kretifitas, menciptakan strategi, dan berpikir kritis.Hal ini dapat tercermin dalam perilaku dalam merespons, insting, sampai tingkatan-tingkatan yang berbeda dalam belajar dan kesadaran yang juga berperan penting dalam pemecahan masalah. Membahas tentang kecerdasan tentu saja tentu saja mengantarkan kita pada definisi yang tidak begitu jelas, namun kita bisa menyebutnya sebagai suatu kemampuan yang luwes dan adaptatif. Mengenai kecerdasan itu sendiri, terdapat 3 komponen dasar yang menjadi basic tools terbentuknya suatu inteligensi', yaitu kemampuan mengumpulkan informasi, lalu menyimpannya, dan bagaimana mengembangkan dan memakainya untuk belajar. Mati kita bahas ini.. 1. Informasi. Informasi dikumpulkan melalui alat indera yang berupa penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap yang kemudian membantu kita dalam mengeksplor dan bereaksi terhadap dunia luar secara tepat. 2. Memori. Memori/ ingatan bisa berupa kejadian, tempat, asosiasi, juga perilaku seperti strategi dalam bertindak dan lain sebagainya. Memori sendiri adalah kemampuan menyimpan dan mengambil kembali informasi yang telah didapatkan sebelumnya sehingga kita tidak perlu mengulang atau mempelajari setiap hal yang telah kita tau sebelumnya secara berulang-ulang. 3. Belajar. Setelah melalui 2 tahapan diatas, maka bentuk dari kecerdasan tersebut akan muncul dalam bentuk kemampuan untuk belajar dari informasi yang telah tersimpan di memori. Belajar disini adalah proses menyusun runtutan pikiran dan tindakan yang kemudian diulang, diragamkan, dan diadaptasi . *Apa yang perlu orangtua lakukan untuk memastikan anak mereka benar-benar siap dan sukses di usia sekolahnya dan dimasa depannya nanti? Kabar baik, karena kita tidak perlu tehnik yang begitu rumit, atau mengeluarkan uang yang banyak dalam menyiapkan anak unggul dalam hal akademik maupun inteligensi lainnya. Namun, yang perlu disiapkan hanya sebuah metode yang tepat dan tentu saja kegiatan produktif yang membantunya dapat mengembangkan kapasitas otaknya. Seperti memainkan game yang tepat dan menyenangkan, memberinya makan yang tepat, dan tentu saja menyediakan dan memastikan rumah serta lingkungan tempat mereka berada dalam keadaan yang stabil dan mampu mendukung setiap aktivitas mereka serta yang paling utama adalah memberi mereka banyak cinta dan kasih sayang. Seperti yang kita ketahui, bahwa pada saat terbentuknya manusia, otaknya tidak dalam keadaan sempurna. Maka saat masa pertumbuhannya, pada beberapa tahun kehidupannya, orangtua memiliki kesempatan untuk membentuk dan mengoptimalkan kinerja otak ini, untuk memastikan mereka tumbuh dan menjadi seorang yang mencapai batas optimum kecerdasannya. Maka untuk membentuk anak yang bijak dan mampu mencapai itu semua, tentu saja usaha maksimal orangtua dalam memberi stimulus pada masa keemasan dimasa awal kehidupannya sangatlah penting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H