Namun, sayang si aku lirik hanya berkhayal kalau ia dipanggil. Bait Ah! Menunjukkan perasaan kecewa dan kesedihan ia menyadari bahwa itu hanya khayalan. Pada akhirnya si aku lirik hanya bisa meraung dan berteriak Ibu! Ibu! Untuk memanggil sosok seorang ibu. Dua bait awalan dalam puisi bukan termasuk ke dalam aku lirik tetapi dua bait itu juga menjelaskan tentang keadaan yang dialami oleh si aku lirik. Bait Hidupnya tambah sepi, tambah hampa. Malam apa lagi mengambarkan situasi tentang kehidupan si aku lirik yang bertambah sepi dan hampa.
Kesimpulan yang dapat diambil dari puisi "Sendiri" karya Chairil Anwar ini adalah memang sangat berat ketika kita sedang mengalami proses pendewasaan diri. Tidak mudah bagi kita untuk melewatinya karena fakta pahitnya kita melewati dan menghadapi itu semua dengan sendiri tidak bersama orang tua lagi. Tentunya menjadi dewasa sangat berbeda di saat kita masih kecil yang notabenenya masih ditemani, dibantu, diperhatikan oleh orang tua.
Menjadi dewasa itu sulit karena itu tidak semudah saat seusia kita masih kecil. Banyak kejadian yang kita takuti karena belum pernah menjalaninya dengan baik ataupun sempurna. Namun, tidak apa-apa. Justru kunci menjadi dewasa adalah berani menghadapi itu semua, melawan adalah kunci. Sejatinya juga menjadi dewasa sudah menjadi takdir dari tuhan karena itu tuhan tahu kita kuat, tuhan tahu kita bisa melewatinya. Nikmatin setiap proses dengan pikiran damai dan langkah tenang, ambil yang baik dan jadikan yang salah sebagai evaluasi. Menjadi dewasa hanya perlu menjadi diri sendiri dengan versi terbaik dan menghiraukan harapan dari orang lain. Acuh terhadap proses perubahan yang instan dan fokus untuk terus berprogress karena manusia hebat berasal dari rasa sakit, kecewa, dipandang sebelah mata, dan rasa penuh ingin membuktikan kepada mereka yang telah memandang mereka lemah kalau itu tidak benar, mereka kuat dan hebat.