Mohon tunggu...
talitha zahra
talitha zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

The place for all of my thoughts

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Proses Pendewasaan dari Puisi Sendiri Karya Chairil Anwar

20 Desember 2023   16:00 Diperbarui: 21 Desember 2023   19:38 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Manusia pada hakikatnya mengalami masa pertumbuhan mulai dari sejak ia dilahirkan menjadi bayi ke anak kecil ke remaja hingga dewasa. Di dalam masa pertumbuhan itu pastinya manusia juga mengalami proses. Proses di sini luas cangkupannya entah proses tindakan entah proses sikap ataupun pemikiran. Namun, manusia tidak bisa berkembang begitu saja jika hanya mengandalkan bertambahnya umur. Dalam kehidupan, pada hakikatnya juga manusia menjalaninnya dan dari perjalanan itulah menimbulkan kejadian yang bisa membuat sebuah nilai evaluasi tersendiri. Hal itulah yang membuat manusia berkembang.

Kembali lagi sama seperti di atas manusia mengalami pertumbuhan dalam usianya. Semakin bertambahnya umur semakin mengalami perubahan dari sikap ataupun pemikirannya dan di dalam masa menjalani pertumbuhan di sinilah masa-masa kesulitan mulai datang. Tentu kita menjalani hidup tidak semulus layaknya yang ada di film atau novel yang kita lihat pasti ada saja rintangan atau hal yang tidak kita sukai yang harus kita hadapi.

Di setiap jenjang umur pasti manusia merasakan kesulitan. Kesulitan di sini maksudnya kesulitan yang memang banyak dirasakan pada umur tersebut. Seperti pada di usia kecil yang merasakan susahnya jalan atau berbicara, anak-anak yang susah menyesuaikan lingkungan baru sebagai pengalaman pertamanya, bahkan orang dewasa yang memang kesulitannya sudah datang mulai dari sudut manapun. Namun, sebelum beranjak sebagai orang dewasa juga mengalami proses kesulitan dalam fasenya—apalagi baru beranjak dewasa, mereka mengalami proses pendewasaan.

Tidak semua manusia dapat dengan mudah untuk menjalani fase ini karena memang faktanya sebuah proses pendewasaan itu sulit semuanya baru mencoba langkah pertamanya. Dalam kehidupan sehari-hari atau bahkan di dunia social media menunjukkan banyak manusia yang mengeluh ketika berada di fase ini. Memang tidak mudah dan memang kita sebagai manusia tidak bisa menghindari fase ini karena menjadi dewasa sudah hukum alam dalam proses kehidupan.

Sebuah proses kedewasaan tentu tidak bisa ditentukan apakah pada masa itu kita akan disambut oleh hal-hal baik atau buruk. Plus dan minus pasti ada di dalam segala hal. Mungkin saja dewasa akan mengajarkan kita tentang hal baru yang belum pernah kita coba dan itu bisa menjadi nilai plus untuk kita—karena sebelumnya kita belum pernah mencoba hal itu. Mungkin juga dewasa akan menyambut kita dengan beberapa hal buruk seperti musibah dalam artian musibah patah hati, overthinking, memikirkan masa depan yang tidak pasti, dan menanggung harapan. Sebuah hal yang berat tentunya dan manusia mengalami serta merasai seluruh musibah tersebut.

Proses pendewasaan ini juga terdapat dalam puisi Chairil Anwar yang berjudul "Sendiri". Chairil Anwar sendiri merupakan penyair terkenal di Indonesia pada angkatan '45. Nama Chairil Anwar naik karena karya-karya puisinya yang terkenal salah satunya puisi yang berjudul  "Aku" dia juga mempunyai beberapa puisi lainnya yang terkumpul di dalam buku yang berjudul Aku Ini Binatang Jalang: koleksi sajak 1942-1949.

Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 16 Juli 1922. Orang tuanya berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat dengan Ayah yang bernama Toeloes dan Ibu yang bernama Saleha. Chairil Anwar juga mempunyai paman yang bernama Sutan Syahrir beliau adalah pernada menteri pertama Indonesia dan karena mempunyai ikatan khusus ini membuat Chairil sendiri bisa mempunyai jalur untuk bersekolah di zaman dahulu. Chairil memulai dan mengenal dunia sastra di saat ia berusia 19 tahun tulisan pertama yang ia buat berjudul "Bertajuk Nisan" ia terinspirasi dari kematian neneknya.

Gaya bahasa yang digunakan oleh Chairil Anwar sendiri sangat khas dengan tema individualistisnya serta mencerminkan seluruh aspek hidupnya karena itu tidak hanya satu tema saja yang ia tulis tetapi bermacam-macam. Tentang depresi, kematian, kebahagiaan, dan romansa semuanya berada di dalam karya tulis puisinya. Selain itu, Chairil Anwar juga mempunyai ciri khas yaitu selalu menyertakan bahasa kiasan yang khas dengan ungkapan ia sendiri atau multitasfir. Pemilihan bahasa yang dipilih olehnya untuk dituangkan dalam karyanya adalah bahasa sehari-hari.
Salah satu karyanya adalah yang berjudul "Sendiri" berikut puisinya:
 
Sendiri
 
Hidupnya tambah sepi, tambah hampa
Malam apa lagi
Ia Memelok ngeri
Dicekik kesunyian kamarnya
Ia membenci. Dirinya dari segala
Yang minta perempuan untuk kawannya
Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga
Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama
Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu?
Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu!
 
Gambaran besar dari karya puisi tersebut adalah perasaan kegundahan. Melalui si aku lirik sangat menjelaskan bahwa ia ketakutan serta merasah resah akan situasi yang ia alami—sudah menjadi dewasa. Telah menjadi dewasa sama dengan artian sudah harus menghadapi semua urusan dunia nyata dengan diri sendiri. Sebuah fakta pahit yang diterima ketika sudah beranjak dewasa adalah semua masalah yang datang dari mana saja harus dilewati oleh kita sendiri. Pada akhirnya si aku lirik hanya mampu meraung-raung karena menyadari kalau di titik ini ia sudah berubah, ia sudah sendiri karena itu ia merindukan sosok yang selalu ada di sisinya, selalu membantu dan memberikan semangat kepadanya yaitu sosok seorang Ibu.

Melalui aku lirik ditunjukkan pada bait Ia memekik ngeri menandakan kalau ia ketakutan dan merasakan kekhawatiran akan kehidupan kedepannya harus bagaimana yang harus ia jalani. Ia ketakutan karena ini pengalaman pertamanya untuk melewati akan segala masalah yang mulai bermunculan. Ini juga didukung oleh bait selanjutnya yang berbunyi Dicekik kesunyian kamarnya mengartikan seakan-akan kesunyian di dalam kamarnya mulai menyiksanya. Si aku lirik merasa tersiksa atas keheningan dan kesepian tidak ada sosok teman yang menemaninya di samping dirinya.

Melalui aku lirik selanjutnya ditunjukkan pada bait Ia membenci. Dirinya dari segala. Yang minta perempuan untuk kawannya mengartikan dari salah satu permasalahannya yaitu masalah percintaan atau hubungan. Si aku lirik membenci dirinya sendiri karena sesuatu yang telah terjadi dalam hidupnya. Dalam artian ia membeci dirinya karena belum bisa memenuhi permintaan dari sosok "kawannya" yaitu perempuannya. Perempuan di sini diartikan sebagai seorang kekasih yang meminta kepadanya untuk menjadikan ia sebagai sosok kawan hidup atau sosok istri.
 
Melalui aku lirik selanjutnya ditunjukkan pada bait Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama menandakan bahwa segala masalah yang ia takuti mulai berdatangan. Entah dari mana saja masalah mulai mendatanginya sehingga si aku lirik mulai merasakan ketakutan, khawatir, gelisah, untuk menjumpainya dan karena semua perasaan itu hanya munculah rasa keinginan pertolongannya, membutuhkan sebuah sosok orang. Bait sebelumnya juga mendukung sebagai unsur sebab akibat baitnya berbunyi Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga yang mengartikan sebuah permasalahan yang akan datang. Bahaya di sini sebagai peristiwa atau hal buruk yang akan menimpa si aku lirik akan datang dari mana saja dan mendekati dirinya.

Untuk bait aku lirik terakhir ditunjukkan pada bait Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu? Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu! Mengartikan kondisi si aku lirik yang sudah terpuruk karena sudah terkejut tentang masalah atau hal buruk yang datang ke arahnya. Si aku lirik sangat terkejut sehingga mulai muncul perasaan kalau ia tak akan sanggup untuk melewati semua itu bahkan untuk menanggungnya juga. Pada akhirnya ia terduduk dan hanya bisa diam membisu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun