Mohon tunggu...
Talitha Tsany
Talitha Tsany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Diponegoro

Universitas Diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Raup Untung Hanya dengan Bermodal Sampah, Masyarakat Sarua Terapkan Hal Ini!

7 Februari 2022   15:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   15:48 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Sosialisasi di ruang serbaguna, Sarua, Ciputat, Tamgerang Selatan, Sabtu (22/1/22) Dokpri

Sarua, Tangerang Selatan (22/01/2022) - Setiap tahunnya Indonesia mengalami pertumbuhan penduduk yang dimana berbanding lurus dengan timbulan sampah yang dihasilkan khususnya sampah domestik. 

Sampah domestik merupakan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga yang dapat berupa sampah sisa makanan, sampah sayuran, dan sampah plastik.

Masalah sampah rumah tangga masih menjadi permasalahan umum yang terjadi di Indonesia karena tidak adanya pengetahuan masyarakat dalam memilah dan mengelola sampah dengan baik dan benar. 

Masyarakat akan tetap mengumpulkan dan membuang sampah yang akan berakhir di tempat pemrosesan akhir (TPA) tanpa adanya pengelolaan lebih lanjut. Permasalahan tersebut juga tidak terkecuali terjadi pada Kelurahan Sarua.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut, mahasiswa Tim 1 KKN UNDIP memutuskan untuk memulai kegiatan sosialisasi pengolahan sampah basah domestik menjadi kompos melalui metode takakura. 

Metode takakura dipilih karena merupakan metode yang mudah dilakukan karena tidak berbau, tidak memakan banyak waktu, dan dapat ditempatkan dimana saja. 

Mudahnya takakura juga dapat dilihat pada persiapan alat dan bahan yang hanya berupa keranjang baju bekas, kardus, sekam, kompos, kain bekas, larutan EM4, dan sampah basah domestik.

Pemberian Hadiah Saat Quiz (Dokpri)
Pemberian Hadiah Saat Quiz (Dokpri)

Kegiatan ini dihadiri oleh warga kelurahan Sarua sejumlah 12 orang ibu rumah tangga RW 19. Pelaksanaan kegiatan dengan melakukan pemaparan materi yang ditampilkan pada proyektor, mendemonstrasikan tata cara pengelohan sampah sampah basah domestik menjadi kompos melalui metode takakura, dan pemberian leaflet materi kepada peserta.

Kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan disambut antusias oleh peserta yang tidak hanya menyimak materi, tetapi bertanya aktif mengenai tata cara pengolahan dan ikut serta mencoba melakukan pembuatan kompos. 

Terdapat juga pemberian hadiah bagi peserta yang dapat menjawab kuis yang membuat para peserta berlomba-lomba menjawab pertanyaan yang dilontarkan.

"Kegiatannya menarik dan baru. Semoga yang lain bisa tetap terus menjalankan kegiatan ini, jangan putus ditengah jalan," kata bu Yani, salah satu ibu rumah tangga yang menghadiri kegiatan, saat dimintai keterangan tentang testimoni setelah mengikuti kegiatan sosialisasi di ruang serbaguna, Sarua, Ciputat, Tangerang Selatan, Sabtu (22/1/2022).

Bu Yani menceritakan, kegiatan yang diadakan mahasiswa UNDIP menarik perhatian dan penasaran warga lain sehingga warga pada berdatangan mengikuti kegiatan sosialisasi.

Ke depan bu Yani berharap, kegiatan ini dapat membangkitkan ekonomi masyarakat dari tekanan pandemi.

Pada minggu pertama setelah diberikan sosialisasi, warga sudah mulai memisahkan sampah menjadi sampah organik dan anorganik dan hanya lima rumah yang sudah melakukan pengolahan sampah. Kemudian pada minggu berikutnya, sebagian warga sudah mulai menerapkan metode takakura dalam melakukan pengolahan sampah.

"Pembuatan kompos dengan metode takakura mudah, tidak bau, dan tidak dihinggapi lalat sehingga mulai banyak yang menerapkan kegiatan ini. Paling sulit saat 5 hari pertama untuk memulai maka saat itu harus sering dipantau dan diingatkan," Ujar ketua RT saat dimintai keterangan mengenai partisipasi warga dalam melakukan kegiatan.

Tiga minggu saat berlangsungnya kegiatan, timbunan sampah yang diangkut truk sampah sudah berkurang secara signifikan. Warga yang memiliki tanaman juga dapat menghemat biaya dengan memproduksi kompos sendiri.

Warga yang sudah melakukan kegiatan pengolahan sampah ini mulai mengajak warga lain untuk ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

"Setelah dilakukan ternyata gampang, tidak perlu dicek secara berkala jadi saya mengajak yang lain untuk ikutan melakukan kegiatan ini. Warga lain setelah lihat bukti di depan mata jadi mau melakukan padahal awalnya nolak. Semoga aja kegiatan ini dapat berkembang menjadi skala besar dan dapat menjadi sumber penghasilan warga," kata bu Tuti saat dimintai keterlibatan dan harapan warga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun