Mohon tunggu...
talithamara
talithamara Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

life must go on

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Statement Kuno tentang Perempuan

5 Desember 2024   14:29 Diperbarui: 5 Desember 2024   14:32 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa sih kesetaraan gender itu? Dalam lingkungan masyarakat kesetaraan gender mempunyai sebuah makna kesamaan derajat antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan peran sosial ataupun budaya sekitar. Kesetaraan gender di kalangan anak muda terlebih gen z sangat berpengaruh, pasalnya perempuan di era gen z memiliki pemikiran yang hampir setara dengan laki-laki, bahkan perempuan juga bisa menjalankan beberapa bisnis di perusahaan ternama dan mampu bersaing dengan keahlian yang laki-laki miliki.

Isu kesetaran gender bukan semata isu perempuan saja, laki-laki dan perempuan harus terus berkomitmen untuk melanjutkan perjuangan. Perempuan memiliki potensi yang sangat besar dalam berbagai bidang. Kesetaraan gender adalah perjuangan perempuan untuk mendapatkan hak yang sama seperti laki-laki. Laki-laki adalah manusia dan sama halnya dengan perempuan, sebagai manusia kita seharusnya di mata hukum dan masyarakat mempunyai hak yang sama.

Di sekitaran kita umumnya masyarakat masih menggunakan statement bahwa perempuan tidak bisa bebas untuk memiliki kesempatan dalam menjalankan perannya di kehidupan sosial. Keterbatasan mengenai persoalan perempuan dalam menjalankan perannya berasal dari masyarakat yang sudah didoktrin bahwa perempuan tidak pantas bersaing dengan kaum laki-laki.

Dengan adanya persoalan mengenai kesetaraan gender penulis berpendapat bahwa kesetaraan gender terjadi karena minimnya pikiran masyarakat yang kita temui di lingkungan sekitar. Perbedaan gender biasanya menimbulkan suatu ketidakadilan untuk kaum perempuan.

Ketidakadilan yang terjadi akan menimbulkan konflik, alhasil edukasi harus diterapkan dan dijalankan. Masyarakat mendoktrin bahwa laki-laki kodratnya sebagai pemimpin dalam keluarga, organisasi, maupun politik. Untuk mengambil peran tersebut kaum perempuan mengalami minimnya kesempatan dan membuat perempuan memiliki sifat yang lebih pasif.

Sudut pandang masyarakat kuno seperti halnya "Perempuan ga usah sekolah tinggi-tinggi akhirnya juga di dapur" "Laki-laki ga boleh nangis karena dituntut kuat, ga boleh lemah". Seorang laki-laki dapat dikatakan pria maka harus terlihat maskulin. Maskulinitas seorang laki-laki ditunjukkan dengan karakter yang gagah, berani, kuat, tangguh serta bertanggung jawab, apabila sifat-sifat tersebut tidak dimiliki oleh seorang laki-laki maka secara tidak langsung akan dianggap seperti banci di mata masyarakat. Feminitas seorang perempuan ditonjolkan dengan karakter yang lemah lembut, rendah hati dan anggun, apabila sifat positif banyak ditinggalkan. oleh seorang perempuan maka perempuan yang bersangkutan dikatakan sebagai perempuan yang tidak menarik (No et al., 2024).

Walaupun pada zaman sekarang masyarakat sudah banyak beranggapan dan mulai menerima feminisme, namun realitanya masih ada beberapa oknum yang menganggap dan menolak paham tentang perihal ini. Apalagi beberapa oknum ini biasanya terdiri dari orang tua yang usianya di atas gen milenial (40 tahun keatas). Sebagian orang ini berpikir bahwa wanita masih tidak bisa setara dengan pemikiran laki-laki karena di zaman mereka tahun 90'an kebanyakan wanita mengandalkan laki-laki. (Restu Aji et al., 2022).

Seperti yang diketahui saat ini beberapa masyarakat kalangan umum yang mulai peduli dengan isu kesetaraan hak wanita dan bahkan sebagian dari mereka ikut aktif mengikuti kegiatan yang diusung komunitas feminisme. Contohnya di komunitas feminisme seperti Gril Up Unesa yang memiliki patner berasal dari kaum laki-laki sehingga dalam beberapa kegiatan, laki-laki juga ikut andil dalam bertukar pikiran yang menghasilkan pemikiran efektif dan efisien. Mayoritas dari mereka menyambut hangat fenomena ini apalagi kalangan gen z, sudah banyak pula patner bisnis antara laki- laki dan perempuan. Dengan ini posisi perempuan lebih dihargai di mata laki-laki.

Mayoritas dari masyarakat sekitar mendukung dengan adanya edukasi mengenai isu feminisme sehingga tidak ada salah pemahaman tentang feminisme. Beberapa masyarakat menganggap bahwa laki-laki yang memperjuangkan feminisme adalah orang yang aneh dan banyak lagi perspektif negatif yang diturunkan kepada laki-laki yang memperjuangkan feminisme. Dalam mengkomunikasikan paham feminisme juga dibutuhkan strategi-strategi pendekatan kepada masyarakat karena masih banyak masyarakat yang tidak paham dengan feminisme. Seperti yang kita tahu bahwa masyarakat zaman sekarang lebih aktif di media sosial dengan cara ini media sosial ini bisa menjadi wadah untuk masyarakat bisa memahami tentang feminisme (Restu Aji et al., 2022).

Persoalan ini juga sampai ketingkat agama loh, kok bisa? dengan beredarnya berita dimedia sosial mengenai isu posisi perempuan dan laki-laki hampir setara ternyata bisa menimbulkan masalah juga dari sudut pandang agama. Sudah ada beberapa artikel hadist ataupun ayat al-qur'an yang menyebutkan derajat antara laki-laki dan perempuan, harusnya sebagian orang paham dong? kenapa masih banyak yang ga ngerti ya? hal ini dikarenakan minimnya edukasi kepada masyarakat entah itu dilapangan ataupun didunia digital. Untuk itu sangat penting sekali menanamkan edukasi untuk childern terkhususnya bagi orang tua yang masih berpikir bahwa perempuan rendah derajatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun