Mohon tunggu...
Talitha Izanah
Talitha Izanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa universitas airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Budaya Tradisional yang Memberi Dampak Negatif Pada Ibu Hamil

4 Juni 2024   10:05 Diperbarui: 4 Juni 2024   10:15 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

        Setiap daerah pasti memiliki budaya tradisional berbeda-beda yang diyakini masyarakat setempat akan membawa dampak positif apabila diterapkan. Tak jarang di beberapa daerah yang budayanya sangat kental, masih menerapkan budaya tersebut hingga sekarang. Budaya yang dinilai dapat membawa dampak positif telah dilakukan secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. 

Salah satu contoh budaya tersebut adalah ibu hamil dan post partum dilarang mengonsumsi makanan tertentu. Bagi siapa yang melanggarnya akan mendapatkan ancaman bahaya yang terdapat kesan magis. 

        Namun, apabila ditinjau dari sisi medis, budaya tersebut justru dapat membahayakan kesehatan ibu hamil dan calon bayi. Dengan adanya larangan mengonsumsi makanan tertentu, dapat membuat ibu hamil dan janin yang dikandungnya kekurangan gizi. Gizi yang seharusnya tercukupi untuk keduanya, justru tidak tercukupi karena adanya larangan untuk mengonsumsi makanan tersebut. 

Akibatnya, ibu akan terkena anemia serta melahirkan bayi yang memiliki berat badan rendah. Hal tersebut, membuktikan bahwa budaya yang diyakini dapat memberikan dampak positif justru membawa dampak negatif bagi seseorang yang melakukannya.                

        Contohnya di Provinsi Jawa Tengah. Di sana, terdapat kepercayaan bahwa ibu hamil tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi telur. Telur tersebut dipercaya dapat membuat persalinan menjadi lebih sulit. Selain itu, ada juga kepercayaan untuk tidak mengonsumsi daging yang dapat mengakibatkan pendarahan. 

Apabila hal tersebut dilakukan justru akan membahayakan ibu hamil dan janin yang akan berakibat kekurangan energi kronis (KEK) dan anemia. Saat melakukan persalinan, sang ibu akan mengalami pendarahan serta bayi yang dilahirkan memiliki berat badan kurang dari 2,5 kg. Hal tersebut, akan mempengaruhi kesehatan dan imunitas si bayi. 

        Di daerah lainnya, seperti Subang terdapat larangan memakan buah-buahan untuk wanita hamil. Padahal buah-buahan memiliki banyak manfaat bagi ibu hamil, seperti untuk menghidrasi tubuh, memperkuat daya tahan tubuh, memperlancar pencernaan, mengurangi morning sickness, dan masih banyak lagi. Ibu hamil pasti akan mengalami mual dan muntah yang menyebabkan kekurangan cairan tubuh. 

Hal tersebut, dapat dicegah dengan mengonsumsi buah-buahan yang memiliki kadar air tinggi seperti jeruk, semangka, dan stroberi. Selain itu, vitamin yang terkandung pada buah-buahan seperti A, C, E, serta antioksidan dapat meningkatkan daya tahan tubuh pada sang ibu yang sangat mudah terkena infeksi dan penyakit. 

        Selain kepercayaan untuk tidak mengonsumsi makanan tertentu, di beberapa daerah masih ada budaya yakni melakukan persalinan ke dukun beranak daripada melakukan persalinan ke bidan. Pemilihan dukun beranak tersebut, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu biayanya terjangkau, mobilitas cepat karena lokasi dekat dengan rumah, dan bisa membantu saat upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi hingga 40 hari. 

Namun, masih ada praktek dukun beranak yang memberikan dampak negatif bagi sang ibu, seperti "ngolesi" atau membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk memperlancar persalinan dan "nyanda" atau ibu duduk bersandar dengan posisi kaki lurus ke depan selama berjam-jam setelah persalinan yang dapat mengakibatkan pendarahan dan pembengkakan hingga kematian. 

        Penyebab kematian akibat bersalin selain pendarahan yaitu infeksi dan eklamsia atau keracunan kehamilan. Hal tersebut, terjadi karena penanganan yang kurang tepat, terlambat mencari pertolongan, serta fasilitas yang kurang memadai. Bidan yang terampil dapat mencegah separuh dari kematian ibu, sementara sisanya tidak terselamatkan akibat kekurangan fasilitas perawatan medis. 

Sebenarnya, banyak bidan yang telah dilatih oleh pemerintah pusat dan dikirimkan ke seluruh Indonesia. Namun, pemerintah daerah tidak melihat hal tersebut sebagai hal utama sehingga banyak masyarakat pedesaan yang memilih untuk bersalin ke dukun beranak. 

        Dari beberapa argumen di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua budaya yang diyakini memberi dampak positif dapat dilakukan tanpa memperhatikan sudut pandang medis. Budaya tersebut boleh dilakukan apabila tidak berbahaya bagi kesehatan ibu hamil dan bayi. Pendidikan kesehatan bagi masyarakat perlu ditingkatkan lagi. 

Pemerintah harus aktif berperan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat, contohnya memberi fasilitas kesehatan yang memadai, mengirimkan banyak bidan yang terampil di berbagai daerah, serta meningkatkan akses pelayanan medis sehingga masyarakat mudah mendapatkan pelayanan dan fasilitas kesehatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun