Dalam era yang semakin dinamis dan penuh tantangan ini, kesehatan mental siswa sekolah dasar menjadi topik yang tidak bisa diabaikan. Di tengah tuntutan akademik, teknologi, dan perubahan sosial yang terus berkembang, para pendidik kini dituntut untuk lebih memperhatikan kesejahteraan psikologis siswa, selain perkembangan akademik mereka. Salah satu inisiatif yang relevan untuk tujuan ini adalah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yang dirancang dalam Kurikulum Merdeka untuk membentuk karakter siswa melalui pembelajaran yang holistik.
P5 memiliki enam karakter utama: beriman dan bertakwa, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Menariknya, implementasi P5 di sekolah dasar tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan intelektual, tetapi juga memberikan ruang yang cukup untuk pengembangan kesehatan mental siswa.
Bagaimana P5 Mendukung Kesehatan Mental Siswa?
Salah satu aspek utama P5 yang berkaitan langsung dengan kesehatan mental adalah mendorong siswa untuk mandiri dan bernalar kritis. Kemampuan ini membantu siswa mengenali dan mengatasi masalah, termasuk dalam hal emosional dan sosial, yang mereka alami dalam keseharian. Melalui proyek berbasis nilai Pancasila, siswa diajak untuk merefleksikan diri, mengembangkan empati, dan belajar cara mengelola stres sejak usia dini.
Sebagai contoh, proyek yang melibatkan gotong royong bukan hanya sekadar kerja sama fisik, tetapi juga membentuk sikap saling peduli dan mendukung antar siswa. Ini membantu menciptakan lingkungan yang aman secara emosional, di mana setiap siswa merasa dihargai dan diterima. Lingkungan yang positif seperti ini penting untuk mengurangi tekanan sosial yang kerap memicu stres di kalangan siswa.
Pentingnya Keseimbangan Aktivitas Akademik dan Kesehatan Mental
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak sekolah dasar mulai menyadari bahwa fokus berlebihan pada capaian akademik dapat mengorbankan kesejahteraan mental siswa. Melalui P5, keseimbangan ini diupayakan dengan mengajak siswa terlibat dalam proyek kreatif yang menyalurkan emosi mereka secara positif. Misalnya, proyek-proyek berbasis seni dan kreativitas memberikan siswa ruang untuk berekspresi, yang penting dalam menjaga kesehatan mental mereka.
Tidak kalah penting adalah aspek berkebinekaan global, di mana siswa diajak untuk menghargai perbedaan dan menjadi lebih toleran. Hal ini mendorong siswa untuk lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sosial yang beragam, mengurangi potensi tekanan dari pergaulan yang tidak sehat, serta mengajarkan cara menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat dan damai.
Mengembalikan Kesejahteraan Mental Siswa ke Akar Pendidikan
P5 selaras dengan visi Ki Hadjar Dewantara yang menekankan pentingnya mendekatkan pendidikan dengan kehidupan nyata, agar siswa tidak hanya memiliki pengetahuan teoritis, tetapi juga memahami dan merasakan kehidupan di sekelilingnya. Sebagaimana beliau sampaikan,Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!