Mohon tunggu...
Talita Hariyanto
Talita Hariyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

Manusia hina sebagai makhluk mulia

Selanjutnya

Tutup

Book

Kumpulan Cerpen Sihir Perempuan: Perpaduan Tema Horor, Mitos, hingga Feminisme

27 Juni 2024   19:59 Diperbarui: 27 Juni 2024   20:07 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam cerpen ini terdapat plot twist yang menjadi daya tarik tersendiri. Ia bercerita pada Riana tentang kebaikan dan kesuksesan Bram, tapi ternyata pria yang terikat pernikahan dengannya itu malah memilih berselingkuh dengan salah seorang rekan kerjanya. Entah apa yang ada di pikiran Karin saat mengambil keputusan, tetapi yang jelas ia memaklumi perbuatan Bram. Ia memaafkan pengkhianatan yang telah terjadi dalam bahtera rumah tangga mereka dan hanya menganggapnya sepintas lalu. Mungkin Karin tidak benar-benar mengabaikan, hanya saja ia tak ingin reputasinya dan seluruh anggota keluarga memburuk. Setelah kematiannya, satu persatu rahasia keluarga mereka mulai terkuak.

Tasha yang sebetulnya tidak menghadiri seminar mahasiswa dan malah menginap bersama pacarnya di hotel hingga menyebabkan keterlambatan menstruasi, sedangkan Ferry yang malah menghadiri pesta keparat hingga tidak sadarkan diri. Andai saja Karin masih hidup, mungkin ia akan sangat malu untuk mengungkap kebenaran kepada Riana dan orang-orang yang pernah menjadi sasarannya memamerkan pencapaian.

Hidup Karin dipenuhi kepura-puraan hingga akhir hayat. Mungkin ia tidak siap dihakimi oleh kacamata sosial yang menilai bahwa perselingkuhan terjadi karena sang istri tidak mampu membahagiakan suami. Ia tidak siap apabila anak-anak yang telah dipolesnya sedemikian rupa hancur berkeping-keping akibat kehendak mereka sendiri.

Namun bagai bom waktu, pada akhirnya segala yang ditutup-tutupi mencuat juga, meski dalam penceritaan dikisahkan Karin sudah meninggal saat mengetahui fakta-fakta mengejutkan tersebut. Menurut saya, tidak ada yang lebih menyedihkan dari pada nasib Karin. Wanita itu menghamba pada kebahagiaan semu. Ia dibohongi oleh suami dan anak-anaknya yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam membahagiakan Karin. 

3. Mak Ipah dan Bunga-Bunga

Cerpen berjudul Mak Ipah dan Bunga-Bunga sukses menempati posisi pertama dalam kumpulan cerpen Sihir Perempuan, setidaknya menurut saya. Cerpen ini amat menyayat hati, karena menceritakan kejadian traumatis dari seorang ibu yang kehilangan anak perempuannya.

Sang anak yang masih berusia sepuluh tahun itu mengalami tragedi yang sama sekali tidak pantas dialami siapa pun. Kematian yang tidak wajar. Ia diperkosa, disodomi hingga anusnya rusak, dibunuh, lalu dilemparkan ke sungai oleh seorang pedofil. Intan Paramaditha berhasil mengangkat isu-isu yang kurang terdengar ke permukaan. Bahkan melalui karyanya ini, ia sukses melukiskan dendam dan amarah dari perspektif keluarga korban pelecehan seksual.

Mak Ipah, wanita yang tinggal di ujung jalan dan dikenal sebagai sosok yang kurang waras, kerap terlihat sibuk dengan bunga-bunga yang ada di pekarangan rumahnya. Hanya bunga yang diurusnya, setiap hari, sepanjang hari. Ia terasing dan terpojok, tak masuk hitungan dalam masyarakat.

Orang-orang sekitar menganggap ia aneh, namun seorang wanita urban berhasil mengungkap alasan mengapa Mak Ipah bertingkah demikian. Tak lain dan tak bukan adalah karena trauma masa lalu dan imajinasinya tentang anak perempuan yang beranjak dewasa, cantik jelita, dan bekerja di pasar swalayan.

Anak itu sesungguhnya tak pernah ada. Tapi menurut Marini, Mak Ipah teramat waras dengan khayalannya itu. Marini adalah seorang wanita urban yang berhasil mendekati Mak Ipah. Ia merupakan salah satu tokoh yang relate dengan saya karena sangat merepresentasikan gadis-gadis perkotaan yang tidak akrab dengan dapur dan segala perabotannya. Saya merasa memiliki persamaan nasib dengannya, sama-sama tidak bisa memotong sayuran hingga berukuran miniatur misalnya.

Tokoh Marini digambarkan persis seperti orang-orang perkotaan yang mengalami culture shock ketika berada di kampung yang masih menjunjung tinggi kebudayaan setempat. Contohnya saja ketika sebuah keluarga memiliki hajat, maka tetangga dengan radius sekian meter akan berbondong-bondong membantu menyiapkan kepentingan acara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun