Mohon tunggu...
Bawah Paras Laut ۞
Bawah Paras Laut ۞ Mohon Tunggu... lainnya -

~Diaspora Tanah Kumpeni, 40+, domisili di suburb Amsterdam. Paspor merah, hati tetap ijo. Mencoba menulis isu sehari-hari untuk dokumentasi pribadi. Sukur-sukur berguna bagi sesama.~\r\n\r\n“If you don’t like something, change it, if you can’t change it, change your attitude” -Maya Angelou-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Gimana Sih Cara Mahasiswa Belanda Berhemat?

20 Agustus 2013   10:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:05 2705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13769689351120308903

Menyangkut isi dompet, pelajar di belahan dunia manapun hampir pasti masalahnya sama: tongpes alias kantong kempes! Mayoritas mahasiswa Belanda juga menghadapi problem serupa. Apalagi kalau kuliah di kota besar dan jauh dari orang tua. Wah, harus mulai belajar mengatur keuangan untuk sewa kamar, asuransi, belanja harian, hiburan, dan tetek-bengek lainnya. Untung, di Belanda lumayan banyak pekerjaan sambilan yang bisa dilakoni pelajar. [caption id="attachment_282098" align="aligncenter" width="600" caption="Foto: ANP"][/caption]

Apa saja tuh pekerjaan penambah uang saku yang populer di kalangan siswa Belanda?

Bagi-bagi flyer atau brosur Meski kerap dicap boring dan kadang diharuskan memakai seragam 'ajaib', misalnya kostum beruang atau hamburger, pekerjaan ini dapat mengisi pundi-pundi sekitar € 8 hingga € 16 per jam. Pramusaji Di Belanda biasa disebut horeca, kependekan hotel-restaurant-café. Jadi waiter atau waitress digemari di kalangan mahasiswa Belanda karena selain upah per jam mulai € 13 masih ditambah persenan tamu. Tak jarang ada pengunjung royal memberi uang tip. Siap obral senyum deh. Haha... Tapi, waspada bos-bos horeca yang mempekerjakan mahasiswa secara serabutan. Kenapa? Karena tak otomatis diasuransi kecelakaan di tempat kerja. Coba bayangkan, kejatuhan panci panas di dapur atau kepeleset menumpahkan kopi di tas tamu. Pengangkut peti jenazah Pekerjaan ini lebih didominasi oleh pelajar laki-laki. Pengangkut peti mati biasanya dipilih sejajar tinggi badannya, berpenampilan representatif, santun, dan kuat fisik. Anda bisa mengantungi sekitar € 40 setelah dua atau tiga jam bekerja. Callcenter Anda bersuara renyah dan pandai membujuk orang? Telemarketing cocok buat Anda. Upah tiap jam berkisar € 8 dan mayoritas menerapkan sistem bonus. Makin banyak konsumen yang membeli jasa atau produk yang Anda tawarkan melalui telpon, makin besar uang ekstranya. Kerugiannya? Siap-siap dimaki orang tak dikenal lewat telpon! Panti jompo atau panti sosial Membantu di lembaga-lembaga sosial seperti ini bakal menebalkan kocek kira-kira € 15 tiap jam. Di samping itu, jika bekerja sambilan di akhir pekan atau malam hari, ada tuslahnya. Tak punya pengalaman keperawatan? Tak usah khawatir, masih ada pekerjaan administratif yang ditawarkan. Pengisi data di komputer Acapkali, universitas-universitas membutuhkan orang untuk mengisi data penelitian dan sejenisnya. Mereka lebih mengutamakan mahasiswa sendiri ketimbang menyewa orang luar. Bayarannya? Mulai € 9 per jam. Jadi kelinci percobaan Banyak perusahaan farmasi atau laboratorium mencari orang untuk mentes obat-obatan baru. Resipien harus mengikuti tes kesehatan dan berdiam sekitar beberapa hari di klinik. Cukup menggiurkan imbalannya—ratusan euro. Tapi, efek samping dan risiko jangka panjang obat-obatan itu tanggung sendiri! Kompasianers, sekarang ini zamannya media sosial. Dibanding saya dulu tahun 90-an semuanya lebih cepat dan mudah dilakukan. Selain pekerjaan sampingan yang saya sebutkan di atas, sebetulnya masih beragam job sambilan yang dapat digeluti mahasiswa, misalnya wiraswasta kecil-kecilan. Jejaring sosial dapat digunakan untuk menawarkan jasa pengasuh anak, bimbingan belajar buat murid sekolah, reparasi komputer, dan sebagainya. Pengalaman saya, iklan dari mulut ke mulut efektif kok. Kini, jauh lebih gampang karena ada fesbuk dan situs pertemanan sejenis. Jangan lupa, usaha seadanya seperti ini di Belanda perlu terdaftar juga di kamar dagang dan industri. Belajar jujur dimulai dari hal-hal kecil. Hehe... Waduh, enak ya kelihatannya jadi mahasiswa di Negeri Kincir Angin. Sepintas mudah cari tambahan duit, tapi kalau tak hati-hati dan kurang tanggung jawab bakal lekas kebablasan. Bagaimana cara mahasiswa Belanda menghindari saldo negatif di rekeningnya? Tunjukkan kartu mahasiswa atau kartu pelajar Status mahasiswa itu ada untungnya lho. Ini berlaku juga buat mahasiswa asing. Kartu mahasiswa itu boleh dibilang kartu diskon 'sakti'. Jangan malu atau segan! Banyak toko buku, bioskop, toko baju, toko piranti lunak komputer, teater, dan museum yang memberikan korting bagi pelajar. Rabatnya mulai 10% sampai 50%. Patungan atau saweran Bagi rata biaya-biaya tetap dengan rekan-rekan mahasiswa lainnya yang tinggal serumah, umpamanya belanja harian. Lebih murah gantian masak ramai-ramai ketimbang makan sendiri-sendiri. Pengeluaran lain yang bisa dibayar kolektif: sambungan telpon, internet, televisi, langganan majalah dan koran, serta rekening listrik-gas-air. Usahakan irit memakai air pancuran, pemanas ruangan, dan rajin-rajin mendaur ulang mebel. Batasi clubbing Jadi mahasiswa boleh dong sekali-kali dugem dan hura-hura. Namun, sebelum keluar malam ada baiknya isi perut di rumah. Jangan bawa uang kontan berlebihan dan tinggalkan kartu kredit atau kartu debit di rumah. Hindari tempat-tempat hiburan yang men-charge uang masuk terlalu tinggi. Banyak wahana plesiran atau festival menerapkan pre sale—karcis lebih murah jika beli jauh-jauh hari ketimbang antri langsung di pintu masuk. Cermati potongan harga di pasar swalayan Setiap pekan, jaringan supermarket membagikan selebaran ke rumah-rumah. Lebih praktis, bandingkan penawaran khusus di situs pasar swalayan bersangkutan. Cari produk yang sedang didiskon dan beli dalam ukuran besar. Ukuran kecil jauh lebih mahal. House brand juga tak kalah mutunya dengan barang bermerek. Buka rekening khusus pelajar Di Belanda, lembaga-lembaga keuangan pun memudahkan dan memfasilitasi mahasiswa. Instansi finansial ini menawarkan paket khusus pelajar termasuk asuransi dan kartu kredit dengan potongan harga. Selain itu, dalam keadaan terdesak, bank-bank memberi pinjaman berbunga ringan ke mahasiswa. Jangan canggung memakai buku bekas Mahasiswa Belanda setiap tahun kurang lebih mengeluarkan € 500 untuk buku-buku bacaan wajib. Solusi iritnya, banyak pelajar membeli buku dari kakak kelasnya. Anda bisa juga menjual buku-buku pelajaran yang sudah tak digunakan dan masih dalam kondisi baik atau aktual di situs lelang. Kuliah 'gratis' dibiayai perusahaan Studi model begini sebetulnya bukan barang baru di Belanda dan mulai populer belakangan. Sekedar info, biaya kuliah di Belanda 2013-2014 bagi mahasiswa penuh tercatat € 1.835 per tahun, sedangkan mahasiswa paruh waktu mulai € 1.049 tiap tahun. Selain (pinjaman) uang kuliah dari pemerintah, mulai banyak perusahaan bersedia membayar iuran ini, asalkan mahasiswa setelah lulus mau bekerja di perusahaan bersangkutan selama periode tertentu. Ada pula perusahaan bekerja sama dengan sekolah tinggi menerapkan dual system—sepekan kuliah dan pekan berikutnya kerja. Jadi, ilmu yang didapat di bangku kuliah bisa langsung diterapkan. Kasarnya, kuliah tapi sudah 'menerima' gaji. Salam krincing-krincing!

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun