Tata cara pertunjukan
Dalam pertunjukan tarawangsa dibagi menjadi 3 bagian dengan cirinya adalah lagu, jadi bagian pertama itu disebut dengan lagu pokok atau pembuka. Pada bagian ini aura sakral akan terasa karena saehu laki-laki atau sesepuh akan mengepulkan asap yang berasal dari parupuyan atau tempat sesaji dengan kemenyan yang ditabur perlahan-lahan, sembari berdoa menghadap ke boneka Dewi Sri dan pasangannya, tarawangsa dan lainnya, kemudain memakai saehu memakai baju yang kaya akan makna.Â
Setelah itu barulah saehu laki-laki itu akan ngibing atau mengikuti alunan lagu dari tarawangsa dan jentreng dan kemudian dilanjut dengan ibingan saehu perempuan yang sebelumnya telah membawa pangaradinan atau sesaji yang ada di gowah (tempat penyimpanan) ke panggung yang disebut ngalungsurkeun. Â
Bagian kedua yakni lagu hiburan, jadi para penonton itu bisa ikut ngibing bersama-sama dengan gaya ibingannya masing-masing sembari mendengarkan lantunan musik dari tarawangsa dan jentreng.Namun laki-laki dan perempuan akan dibedakan waktu ngibingnya, misal perempuan boleh ngibing pada jam 09.00-00.00, lalu dilanjut oleh laki-laki sampai beres bagian kedua.
Bagian ketiga adalah bagian penutup, pada bagian ini sesaji yang ada itu akan dibawa terlebih dahulu ke gowah oleh saehu perempuan yang dibantu oleh para ibu, kemudian pertunjukan pun di tutup oleh ibingan saehu laki-laki dengan maksud tertentu, jika disebutkan itu menentralkan kembali energi disana.
Jadi apakah tarawangsa itu hiburan atau ritual? semuanya ada didalam kesenian tarawangsa ini. Kesenian rakyat ini kaya akan makna dan filosofis kehidupan, jika kita melihatnya dengan kacamata hati yang jernih sebagai manusia yang hidup di dunia fana ini. Sebuah ritual rasa syukur akan hasil bumi kepada yang maha pencipta, tetapi dibalut dengan ajaran tradisional akan membuat kalian mengerti bahwa dinamisme dan animisme itu ternyata ada dan hiburan dengan banyak orang tanpa melihat kasta seorang manusia yang ikut didalamnya, akan menghasilkan sebuah rasa kebersamaan yang hangat diantara mereka, serta hiburan dalam  melupakan masalah yang terjadi di alam yang fana ini.
Kesenian yang ada di sekitar kita bukanlah sesuatu yang harus kita tanyakan mengapa ada, namun nikmatilah dengan pemaknaan jiwa yang penuh suka cita.
Sumber:
Heriyawati, Y. (2016). SENI PERTUNJUKAN DAN RITUAL. Penerbit Ombak.