Di zaman ini banyak sekali orang yang berjiwa pahlawan. Mereka membantu orang lain yang berkekurangan, yang membutuhkan kasih dan juga bantuan. Namun apakah kasih dan bantuan yang mereka berikan itu tulus? Belum tentu, mengapa? Karena mungkin bantuan tersebut dilakukan hanya sebagai tameng dan cara mereaka untuk mengambil simpati orang lain. Sebagai contoh adalah para aggota partai yang memiliki obsesi sangat besar untuk menjadi pemimpin dalam tatanan suatu negara baik itu presiden, gubernur, maupun wali kota. Menjelang pemilu mereka berlomba – lomba untuk melakukan hal baik seolah – olah mereka peduli dengan rakyat kecil, misalkan dengan cara mengunjungi dan memberikan bantuan. Selanjutnya aksi mereka dalam memberikan bantuan tersebut dijadikan sebagai iklan di media massa contohnya televisi, hal tersebut mereka lakukan untuk mendapatkan simpati dan good image dari masyarakat, sehingga masyarakat akan memilih mereka dalam pemilu nanti.
Lalu, apakah masih ada orang yang berjiwa besar yang rela dan mau berkorban untuk melayani dan menolong orang lain dengan tulus hati? Tentunya ada. Dia adalah Mother Tersa, seorang biarawati keturunan Albania , berkewarganegaraan India dan pendiri Misionaris Cinta Kasih. Ia lahir di Üsküb , Kerajaan Ottoman , 26 Agustus 1910 dan meninggal di Kalkuta , India , 5 September 1997 pada umur 87 tahun.
Selama lebih dari 47 tahun, ia melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat, di Kalkuta, India dan membimbing ekspansi Misionaris. Mother Teresa adalah seorang yang dipandang humanis karena seluruh hidupnya dihabiskan untuk memperjuangkan hak-hak rakyat miskin dan tertindas di India kota Kalkuta. Di pertengahan tahun 1940-an, situasi India sangat sulit. Tidak saja kemiskinan, tetapi juga pertikaian politik, terlebih menjelang kemerdekaan India.. Pada waktu itu, keberpihakan pemerintah terhadap rakyatnya sama sekali tidak nampak dan bahkan pemerintah menindas dan memojokkan rakyatnya sendiri. Banyak rakyat yang dibiarkan begitu saja dan lebih sadis tindakan pembunuhan tanpa alasan yang jelas pun marak. Realitas itu menghantar Mother Teresa untuk menentukan arah panggilannya yang amat kokoh. Mother Teresa tampil untuk menolong dan mengangkat harkat dan martabat manusia. Mother Teresa tampil dan melawan kekuasaan pemerintah yang hanya bersikap menindas. Ia melawan agar keadilan dapat ditegakkan untuk semua manusia, tanpa terkecuali. Manusia harus diberlakukan sebagaimana sebagai manusia dan bukan sebagai binatang.
Pelayanan Bunda Teresa sama sekali tidak mengenal batas, pelayanannya meluas hingga ke seluruh penjuru dunia di antaranya, ia berkunjung ke Etiopia untuk menolong korban kelaparan, korban radiasi di Chernobyl, dan korban gempa bumi di Armenia. Dalam melakuakan pelayananya Mother Teresa dibantu oleh para biarawati yang tergabung dalam Missionary of Charity, yang ia dirikan di Kalkuta pada 7 Oktober 1950. Karena pelayanannya yang tulus dan konsisten dalam melayani orang miskin, sakit, dan tersingkir maka Mother Teresa menerima berbegai penghargaan yaitu:
1. Pandit Nehru Prize pada tahun 1972.
2. Templeton Prize dari Pangeran Edinburgh pada tahun 1973.
3. John XXIII International Prize for Peace dan penghargaan Good Samaritan di Boston pada tahun 1979.
4. hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1979.
Saya akan menutup artikel ini dengan sebuah quote dari Mother Teresa yang berbunyi
“Kasih yang Tulus Tidak Pernah Menilai Hasilnya, Melainkan Hanya Memberi”
Sumber:
1. Menegakkan Keadilan dan Kedamaian: Belajar dari Mother Teresa
2. Biografi Bunda Teresa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H