Di antara beberapa hal yang sering terjadi dan mengurangi kenyamanan penumpang pesawat internasional adalah ketika penumpang harus melewati sebuah tahapan pemeriksaan yang berbelit-belit di Bandara. Kita bisa memaklumi karena memang bertujuan agar keamanan dan keselamatan penumpang lain terjamin dengan baik. Namun bagaimana jika oknum petugas Bea Cukai yang memeriksa kita tidak menggunakan etika kesopanan yang wajar? Inilah yang menimpa sahabat kami di Bandara Ngurah Rai Denpasar pada tanggal 21 Februari 2017 lalu.
Sebut saja nama panggilan sahabat kami ini, Bang Lubis. Aktivitas beliau keseharian sebagai seorang wiraswasta di Denpasar. Saya mengenal beliau sebagai orang yang baik, gemar bergaul dan bersosialisasi.Â
Kejadian berawal malam hari di Bandara saat sudah turun dari pesawat dan tidak ada bagasi yang dibawa, hanya tas ransel saja yang beliau pegang.
Mari kita simak sesuai dengan apa yang ditulis Bang Lubis di beranda facebooknya.
Malam ini 21 Februari 2017 saya bersama istri tiba di Bandara ngurah rai pukul 19.30 Wita dari Kuala Lumpur.
Awalnya semua berjalan normal, ini bukan kali pertama saya keluar negeri. namun hari ini saya mengalami sebuah kejadian yang sangat tidak nyaman oleh pengawai beacukai.
Saat baru saja akan keluar, tiba tiba saya di minta kembali untuk memasukkan barang bawaan saya melalui mesin xray. ok sampai disini saya belum curiga akan terjadi apa apa.
setelah melewati pemeriksaan barang barang, ada seorang pegawai beacukai dengan wajah ditutup masker, memanggil saya dengan suara yang ketus dan seperti menghardik, sorot matanya seperti penuh kebencian.
dia minta saya meletakkan semua barang barang saya, kemudian dia mengeluarkan satu persatu semua barang barang bawan saya.
dengan tidak ada sopan santun, tidak ada kata permisi dan minta maaf, semua isi tas dikeluarkan, sampai semua habis , hingga maaf pakaian dalam semua juga dia bongkar.
yang membuat saya sangat tidak nyaman, adalah dengan cara dia bertanya, intonasi suara dan seperti mengintrogasi seorang penjahat saja.
banyak sekali pertanyaannya, sampai hal hal privasi saya dia tanyakan. dengan cara yang sangat sangat tidak nyaman.
setelah tas kosong , kemudian tas kembali di lewatkan di xray.
saya kira sudah selesai sampai disana.
saya tanya ada apa ?
kenapa saya dan istri di perlakukan seperti ini??
dia tidak mau menjawab.
dia hanya bilang ada dasar hukumnya.
jawaban macam apa ini?
saya kejar, ya saya di curigai apa ? dia bilang ini pemeriksaan random?
ah mengada ada.
setelah itu dia menyuruh saya masuk kedalam ruangan kecil.
saya tanya lagi untuk apa bukan kah semua barang sudah di periksa?
kata dia didalam ruangan akan dia jelaskan apa alasan kenapa saya di periksa.
benar benar saya semakin tidak nyaman. seperti saya ini seorang pelaku kriminal saja.
sampai di dalam ruangan kecil itu. saya tanya katanya mau menjelaskan apa alasan saya di perlakukan seperti ini.
dia tidak menjawab. dia hanya bilang nanti saya jelaskan.
dengan sangat tidak sopan dia meminta saya melepas semua pakaian saya. sorot mata dan ucapannya benar benar membuat saya hampir kehabisan kesabaran. saya ingin sekali memukul wajahnya.
ya saya betul betul telanjang.. tidak berpakaian. saya tidak percaya peristiwa ini.
ya saya hanya berusaha koperatif.
semua pakaian saya, di periksa, bahkan bagian bagian tubuh saya di tekan tekan. tanpa permisi, tanpa minta maaf. yaa... benar benar ini keterlaluan buat saya.
dan tetap saja tidak ada penjelasan untuk apa semua ini mereka lakukan.
terahir saya tanya lagi, dan menagih dia untuk menjelaskan. namun apa jawabannya?
dia hanya bilang saya akan bikinkan berita acara pemeriksaannya.
ah... saya hanya beristighfar saja...
surat dia buat.. tetap tidak ada penjelasan apapun di surat yang saya bacaa.. hanya surat tentang telah dilakukan pemeriksaan dengan hasil CLEAR.
setelah selesai, di beri saya salinan suratnya. tanpa ada permintaan maaf keluar dari lisannya yang telah menghancurkan privasi saya.
dengan hati yang sangat tidak nyaman saya meninggalkan bandara.
saya baca di surat itu ternyata nama pengawai tersebut adalah DEVO RADIKA TRIJAYA.
saya berharap kepada siapapun yang membaca tulisan ini, bisa meneruskan. semoga ada pimpinan BEA CUKAI agar bisa membina pengawainya agar tidak bersikap seenaknya, paling tidak kalau memang mau melaksanakan tugas, tetap ada sopan santun. meski anda curiga saya ini seorang penjahat sekalipun. rasanya tidak seharusnya memperlakukan manusia dengan cara seperti ini.
semoga sahabat lain tidak ada lagi yang mengalami seperti apa yang terjadi pada saya.
Denpasar, 21 Februari 2017
22.08 Wita
Bang Lubis
Menjadi peristiwa buruk adalah ketika oknum petugas Bea Cukai tersebut tidak menjawab pertanyaan dengan baik, bahkan ada kesan megacuhkan atau tidak perduli dengan apa yang ditanyakan Bang Lubis.
Lebih memilukan lagi adalah ternyata istri Bang Lubis pun yang berbarengan dengan beliau juga mengalami hal yang sama. Istri Bang Lubis juga diperiksa sampai dalam keadaan tidak berbusana.Â
Diminta surat keterangan pemeriksaan juga tidak ada. Tanpa alasan dan penjelasan yang mendasar hal ini menjadikan Bang Lubis benar-benar seperti orang yang terzalimi akibat perlakuan kurang manusiawi dari sang petugas.
Perlakuan kurang baik ini sudah dilaporkan Bang Lubis melalui laporan online kepada Unit Kepatuhan Internal Bea Cukai.
kalau masalah bandara ramai, silahkan di periksa. buka CCTV agar anda bisa tahu se ramai apa bandara saaat saya tiba?
dia bukan berteriak... tapi bertanya dengan memperlakukan saya bak penjahat saja.
kalau anda mengalami , mudah mudahan anda faham.
kalau alasan SOP dan mengabaikan sisi kemanusiaan.
hancur kita.
jadi rimba semua nanti.Â
Semoga Kantor Bea Cukai Pusat bisa menindaklanjuti peristiwa tidak mengenakkan, dan bisa memberi penjelasan kepada Bang Lubis agar tidak terjadi hal-hal seperti ini di kemudian hari.
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H