Pulau Bali, selain terkenal menjadi tujuan wisata dunia karena keindahan alamnya, ternyata juga banyak melahirkan seniman dunia yang patut dibanggakan karya seni mereka. Lebih pada citarasa yang disukai dunia walau nama mereka nyaris tidak terdengar gaungnya di Nusantara.
Adalah seorang pemuda Bali, sarjana seni lulusan ISI Yogyakarta di Tahun 2010, sangat mencintai seni dan seluk-beluknya kembali ke tanah kelahirannya di Desa Mas, Sukawati Gianyar dengan seribu impian dan cita-citanya tentang seni. Harapan dan masa depan yang terletak di pundaknya ia wujudkan dengan menjadi seorang pembuat patung, dengan seni rupa dalam berbagai bentuknya.
[caption caption="Putu "Gepeng" Suardana, Seniman Barang Bekas Bali (dok.pribadi)"][/caption]Putu Suardana (31) yang mengaku lebih senang dipanggil dengan sebutan "Gepeng" ini mulai melirik karya seni berbahan dasar olahan barang-barang bekas. Karya seni yang menonjol dari workshop-nya adalah patung-patung kuda dalam bentuk rangka yang terbuat dari roda bekas sepeda onthel. Jenis sepeda yang setiap hari berseliweran di Jalan Malioboro Yogyakarta inilah yang menginspirasi Bli Gepeng dalam berkarya.
Workshop yang dijadikan markas berkarya Gepeng dinamai "Loud, Bali Art Sclupture" terletak di Jalan Raya Desa Mas, Sukawati. Hanya dengan jarak tempuh 35 menit dari Kota Denpasar menuju destinasi wisata Ubud, desa yang terkenal karena sawahnya menjadi ikon sawah dunia.
[caption caption="Workshop dan Toko Art Loud milik Gepeng di Jalan Raya Desa Mas Sukawati Gianyar (dok.pri)"]
[/caption]Dalam berkarya, sehari-harinya Gepeng dibantu oleh 6 orang asisten pemahat dan perupa seni. Mereka mengandalkan berbagai macam barang bekas seperti gear sepeda, plat easer (besi), shockbeker motor, roda sepeda onthel, gulungan kawat tembaga dan kuningan hingga kipas angin putar yang sering dipakai di dalam rumah sehari-hari. Sungguh membuat banyak orang yang melihat karya seni seperti ini takjub!
[caption caption="dok.pribadi"]
[/caption]Tak heran, patung kuda dari sepeda onthel ini dihargai mahal oleh para pecinta seni. Pengerjaan sebuah rangka patung kuda terbang berwarna putih ini hanya menghabiskan waktu sampai 2 (dua) minggu saja. Harganya pun fantastis. Berkisar di antara 5 juta rupiah hingga 10 juta rupiah, dan tetap saja pesanan mengalir deras berdatangan dari para pecinta seni, baik di Eropa seperti Jerman, Inggris, Italia sampai daratan Taiwan, Vietnam, Thailand, Singapura dan Australia. Mereka umumnya adalah kolektor pecinta seni dan juga pemilik toko olahraga (sport shop) yang bertebaran di Eropa dan menjadikan rangka patung kuda buatan Gepeng sebagai ikon toko mereka.
[caption caption="dok.pribadi"]
[/caption]Pembeli dari Indonesia juga banyak. Umumnya berasal dari pemilik hotel dan resort, dan museum. Harga yang terjangkau dan pembayaran yang mudah dinegosiasi menjadikan usaha seni Gepeng semakin maju. Tokonya sering dikunjungi bukan hanya oleh pecinta seni, tapi juga mahasiswa dan dosen dari Institut Seni di Denpasar. Usahanya merambah maju hanya dengan barang-barang bekas yang selama ini tidak pernah dilirik orang. Dan Gepeng mengaku kalau sepeda
Onthel yang dijadikan karya seni ini berasal dari limbah-limbah yang begitu menggunung dan berlimpah di Yogya dan Solo.
[caption caption="Anak Gajah dari lempengan besi karya Gepeng (dok.pribadi)"]
[/caption]Karya seni yang memikat menjadikan Gepeng akhirnya sering diundang untuk mengisi berbagai kegiatan pameran baik pameran berskala nasional hingga internasional.Â
[caption caption="dok.pribadi"]
[/caption]Paling berkesan buat Gepeng adalah saat dirinya mendapat pesanan dalam skala besar saat event 28th SEA Games yang baru saja digelar di Singapura tahun 2015. Ia mendapat pesanan beberapa patung rangka kuda raksasa untuk mengisi space dan venue di sudut-sudut gelanggang lomba dilaksanakan. Syaratnya rangka kuda raksasa itu harus terbuat dari spare part sebuah sepeda. Tentu saja ini menggembirakan hati Gepeng. Ia bersama para staffnya bekerja membuat rangka patung kuda raksasa bertema bahan bekas roda sepeda itu. "Lumayan, karya kami diterima dan disambut bagus oleh panitia Sea Games 2015 di Singapura. Bahkan tidak ada yang menyangka kalau karya seni ini adalah orang Bali, orang Indonesia yang buat. Banyak yang berpikir, ini buatan orang Eropa atau Amerika," jelas Bli Gepeng sambil tersenyum.
[caption caption="dokumen pribadi"]
[/caption]
[caption caption="dokumen pribadi"]
[/caption]Tentu saja ini adalah pengalaman sekaligus prestasi gemilang yang ditorehkan pemuda bangsa Indonesia. Buah kerja kerasnya selama ini tidak sia-sia. Kebahagiaan dan kesuksesan Putu "Gepeng" Suardana lengkap dengan kehadiran Ni Putu Laras Purnamasari sebagai istri yang dikasihi dan mereka sudah dikaruniai seorang putra yang berusia 4 tahun.
Lihat Sosbud Selengkapnya