Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dandy Boss

10 Januari 2016   14:31 Diperbarui: 10 Januari 2016   20:00 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - dandy boss (Shutterstock)

Profil pict saya di Kompasiana ini yang pakai dasi, kata seorang kawan mirip "dandy boss" atau kata lainnya, boss bergaya. Ha ha ha, saya hanya tertawa dan menolak halus disebut dandy boss. Karena keseharian saya sangat bertolak belakang dengan gambar profil itu. Bagaimana mau dandy? Keseharian di bengkel yang saya kelola memang harus lincah, udara Kota Denpasar yang panas dan sering mobile dari ujung Nusa Dua ke Ubud, mau berjas dan berdasi seharian? Oh tentu saja tidaaak... hehehe. Saya lebih memilih t'shirt dan celana jeans yang ringan. Terkadang hem casual juga boleh. Tapi ya gitu, kalau disuruh berjas dan berdasi paling hanya untuk menghadiri acara seremonial. Seperti gambar di atas saat menghadiri wisuda seorang karyawati saya di Sanur.

Namun ya jangan juga terkejut kalau di beberapa daerah eksekutif di Jakarta, banyak eksekutif muda yang lalu lalang di jalan bak dandy bossy seperti ini. Kalau di Singapura, atau kota-kota besar lainnya ASEAN ya sering kita temui mereka duduk di taman untuk bercengkerama saat jam makan siang atau sore hari. 

Gaya hidup memang sebuah pilihan. Termasuk memilih baju kebesaran. Banyak yang salah kaprah dengan pengertian dandy bossy ini. Kalau sudah berjas dan berdasi, pasti kantongnya berisi dan pastinya punya "posisi". Weits, sekarang banyak juga sales "door to door" juga seperti ini yang ujung-ujungnya menawarkan produk dan merayu konsumen. Sales juga profesi mulia tapi jelas berbeda dengan dandy boss yang duduk ongkang-ongkang, dan penghasilannya ratusan juta tanpa harus susah payah berkeliling.

Jangan kaget juga kalau terkadang dandy boss, dompetnya "berisi" tapi pas-pasan.

Ah, siapa percaya kalau saya mendapatkan beberapa kali hal seperti ini.

Konsumen datang membawa mobil Eropa keluaran terbaru. Di belakangnya ada pegawainya yang membawa mobil "rakyat" yang keluaran 5 tahun lalu dan perlu diservis. Ketika tahu harus ganti spare part, dandy boss merengut saat diberi tahu harga spare part. "Boleh kurang?" katanya. Ia menawar sampai harga jual kami dibanting-banting serendahnya. Begitu sudah sepakat, ternyata transaksi dibatalkan. Dengan alasan tidak membawa uang cash. Saya tawarkan lagi, bagaimana kalau "gesek saja"? Kami juga merchant bank. Dandy boss menggeleng. Batal, tidak jadi servis. 

Berbeda dengan seorang konsumen lain. Seorang bapak separuh baya. Ia memakai baju pantai. Celana hawai dan baju hem bergambar laut, pantai, matahari lengkap dengan pohon kelapanya. Benar-benar santai. Mobilnya keluaran Eropa juga, tapi sudah zaman bahuela. Ia penggemar mobil antik. Ia meminta kami membenarkan suara mobilnya akibat manivol yang sudah tidak karuan. Setelah kami periksa lengkap, dan kami sebutkan spare part, kondisinya dan harganya, tanpa banyak bak bik buk, "Tolong kerjakan. Yang bagus ya...."

Saat giliran membayar, ia keluarkan uang cash dari dompetnya. Bahkan mekanik-mekanik sempat diajak bercanda. Pulangnya masih memberi tip agak "lumayan" ukuran di luar kebiasaan konsumen. Ternyata ia mengaku seorang pemulung. "Pemulung dollar," katanya renyah. Seorang seniman pematung Ubud yang super sukses dan tidak terbiasa berbaju serta berpenampilan formil seperti layaknya "dandy boss".

Ya begitulah kehidupan. Baju tidak selalu menampilkan keadaan belakang sesungguhnya seseorang kepada manusia lainnya. Hanya kenyataan perbuatan, sikap dan tingkah laku yang membuat kita bisa menilai, kepantasan dan kebaikan seseorang. Tidak selalu baju menjadi ukuran. Ada banyak-banyak nilai yang membuat seorang pemimpin lebih dari sekedar dandy boss seperti Menghargai Manusia Lain.

Thomas Cook seorang penjelajah dan penyelidik menemukan suatu pulau baru, ia memberi nama pulau itu dengan nama orang yang pertama kali melihat dan menandainya. Yang jelas-jelas adalah anak buah kapalnya. Ia tidak egois. Ia menganggap dan memperlakukan setiap orang dalam rombongan dan anak buah, bahkan hingga seorang pesuruh kapal sekalipun adalah sebagai partner kerja dalam perjalanan kapalnya yang harus dihargai dan diberikan penghormatan. Cook adalah dandy boss yang rendah hati, anak buahnya mencintai Cook sepenuh hati.

Thomas Cook berhasil menemukan banyak pulau baru dan berhasil dalam ekspedisinya dengan hasil gemilang. Seorang dandy boss akan menghindari sangkaan bahwa ia sedang memperalat orang lain untuk tujuan-tujuan keinginan atau kepentingan pribadi. Dalam sebuah orkestra, pemimpinnya akan menmberi arahan, menunjuk seseorang dalam kelompok untuk bekerja memainkan musik. Dan bekerja bersama untuk mencapai harmonisasi musikal yang keren dan menarik hati.

Terus, bagaimana dengan masalah mental dan keyakinan dandy boss itu? 

Mari saya berikan gambaran dalam rombongan ikan dalam laut. Ada seekor ikan besar di muka, besar dan kuat yang di belakangnya banyak ikan kecil yang mengikutinya dengan tenang dan damai. Jika ikan pemimpinnya yang berada di muka itu saya lukai, semua ikan yang lainnya akan berserakan secara "sendiri-sendiri" atau ada yang mencoba menelan kawannya yang luka.

Saya adalah ibarat pemimpin ikan itu. Sebagai seorang eksekutif, saya mesti besar dan kuat (tentu saja dalam hal ini saya lebih fokus dalam hal mental dan keyakinan, bukan ukuran fisik badan :D ) Harus bisa memperlihatkan keyakinan dan kekuatan. Saya harus bisa menjadi contoh mereka yang berada di belakang saya untuk punya keyakinan besar juga. Karena kalau saya menunjukkan kebimbangan, mereka akan kehilangan keyakinan juga.

Jadi keyakinan, kekuatan mental, sekali lagi adalah tingkat dandy boss sesungguhnya yang harus diperlihatkan. Jika memang penampilan baik eksklusif diperlukan, silakan. Namun tidak semua penampilan eksklusif harus diperlihatkan. Hidup dandy boss bukan melulu soal fashion. Iya harus mengenal friendship, leadership dan menjadi "totally" pengabdian seutuhnya.

^Terima kasih^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun