Selalu ada celah dan peluang yang tercipta di saat seperti ini.
Pendapat yang menyatakan kalau rupiah melemah, usaha kecil menengah pasti mati, itu belum sepenuhnya bisa dibenarkan. Justru fakta yang terjadi adalah kebanyakan usaha menengah bisa mampu bertahan saat krisis dan usaha kecil mampu melonjak perkembangannya.
Devaluasi yuan yang terjadi saat ini akan membuat harga barang-barang Tiongkok menjadi lebih murah dalam perdagangan internasional, sehingga bisa melemahkan daya saing barang-barang yang sama dari pesaingnya, termasuk yang berasal dari Indonesia. Akibatnya persepsi pasar uang mata uang Indonesia (rupiah) menjadi negatif. Ini melemahkan kurs rupiah terhadap dollar.
Namun sekali lagi, jangan bilang dengan melemahnya rupiah akan menjadi kiamat buat industri usaha berskala kecil dan menengah. Karena persepsi negatif yang ditanamkan hanya akan menjadi bumerang buat para pengusaha.
Selalu akan ada peluang di sisi lain yang terbuka dan menjadi celah bagi kemanfaatan usaha.
Sebagai contoh adalah ekspor usaha kecil menengah.Â
Harga barang ekspor dari Indonesia akan semakin kompetitif, lebih murah. Pembeli di luar negeri yang menjadi importir dan memegang dollar AS akan semakin terdorong mengambil barang dari Indonesia karena keuntungannya bisa lebih besar daripada sebelumnya.
Contoh produk kerajinan tangan. Saat kurs dollar AS masih di kisaran Rp.10 ribu, harga produk kerajinan tangan yang dibandrol Rp.20.000,- setara dengan 2 dollar AS.
Kini dengan dollar AS mendekati Rp.14.000,- maka si pembeli masih memegang uang sekitar Rp.8.000,-. Dengan asumsi 2 dollar AS menjadi Rp.28.000,-.
Ini lah yang menjadikan peluang bisnis kerajinan tangan dan bisnis-bisnis berbasiskan kerajinan yang home industri justru booming di saat rupiah melemah.
Tentu saja ini semua bisa diwujudkan jika produk yang dihasilkan memenuhi syarat inovatif dan cita kreasi bernilai tinggi. Karena walaupun peluang besar tapi jika produk tidak inovatif dan kreatif, pembeli asing tidak sudi mengambilnya.